JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Destinasi wisata halal atau yang kini dikenal juga dengan sebutan family friendly makin menjanjikan. Apalagi, destinasi wisata halal di Indonesia semakin mendapat tempat di kalangan negara-negara Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) ataupun non-OKI.
Merujuk MasterCard-CrescentRating Global Muslim Travel Index (GMTI) 2017, destinasi wisata halal di Indonesia makin kondang. Posisi Indonesia sebagai penyedia destinasi wisata halal bahkan menanjak di antara 130 negara yang disurvei. Merujuk GMTI yang dirilis Rabu (3/5), Indonesia berada di peringkat ketiga dengan nilai 72,6.
Posisi Indonesia berada di bawah Malaysia dan Uni Emirat Arab (UAE). Malaysia berada di posisi teratas dengan skor 82,5, sedangkan UAE di urutan kedua dengan nilai 76,9.
Padahal, posisi Indonesia pada GMTI 2017 di peringkat keempat setelah Malaysia, UAE dan Turki. Skor Indonesia pada GMTI 2016 adalah 70,6.
Pada GMTI 2016, skor Malaysia adalah 81,9. Selanjutnya ada UAE dengan 74,7. Sedangkan skor Turki adalah 73,9.
Namun, Turki justru merosot ke urutan keempat pada GMTI 2017. Skornya 72,4.
CEO CrescentRating & HalalTrip Fazal Bahardeen mengungkapkan, penelitian menunjukkan pasar wisata muslim di Asia bakal tumbuh pesat. Nilainya bahkan diperkirakan mencapai USD 220 miliar pada 2020.
Menurutnya, pasar itu akan terus tumbuh. Bahkan pada 2026 diproyeksikan mencapai USD 300 miliar.
Fazal pun secara khusus mengamati Indonesia yang serius menggarap sektor wisata halal. “Indonesia telah menanamkan investasi yang besar terhadap sektor ini dan hal tersebut tercermin pada peningkatan yang dicapai Indonesia dalam peringkat secara keseluruhan selama dua tahun berturut-turut,” tuturnya.
Merujuk GMTI 2017, peningkatan peringkat Indonesia disebabkan para traveler muda menginginkan pilihan yang lebih banyak, pengalaman yang unik, serta konektivitas. Ternyata, gaya hidup muslim dalam hal fesyen ternyata terhubung dengan sempurna dengan pasar wisata itu.
“Kami tentunya melihat adanya pengaruh dari generasi kaum wisatawan muda, milenial dan Gen Z yang menggabungkan teknologi dengan keinginan yang nyata untuk menjelajahi dunia sambil tetap memerhatikan kebutuhan-kebutuhan yang sesuai dengan kepercayaan mereka,” jelasnya.