28.9 C
Medan
Tuesday, May 21, 2024

Keren! Menteri LHK Dukung Homestay di Tujuh Taman Nasional

Mandikan gajah di Tangkahan Langkat, wilayah Taman Nasional Gunung Leuser. Kementerian Lingkuhan Hidup dan Kehutanan mendukung program homestay di seluruh Taman Nasional yang ada di Indonesia.

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Rakornas II/2017 Pariwisata dengan tema besar Homestay Desa Wisata yang digelar Kemenpar di Hotel Bidakara, 18-19 Mei lalu terus mendapat respons positif. Kali ini kabar baik datang dari Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan yang dipimpin Siti Nurbaya Bakar.

Mereka langsung on dengan mempersiapkan homestay di tujuh Taman Nasional itu untuk mengoptimalkan aset dan keindahan bawah laut sebagai atraksi destinasi wisata bahari yang memikat dunia. Niatan itu juga disupport United Nations Development Programme (UNDP).

Langkah KLHK pun semakin meyakinkan. Sebab, ada organisasi multilateral terbesar pemberi bantuan teknis dan pembangunan di dunia yang ikut mem-back up homestay desa wisata itu. Dari paparan Menteri Siti Nurbaya, UNDP siap bekerjasama dan mendukung konservasi laut, salah satunya dengan pembangunan homestay di wilayah Taman Nasional Wakatobi.

“Homestay bisa dilakukan di area Taman Nasional, dan itu sangat mungkinkan. Nantinya homestay dikelola masyarakat setempat, sehingga pertumbuhan ekonomi masyarakat setempat bisa terbantu. Dan mereka akan menjadi penjaga kelestarian seluruh taman nasional. Krena harta yang paling berharga adalah Taman Nasional itu sendiri, taman yang dilihat wisatawan,” ujar Siti Nurbaya Bakar saat peluncuran buku The Mangnificent Seven: Indonesia Marine National Park di Restoran Tugu Kunstkring Paleis, Jakarta, Jumat (2/6).

Selain bisa menikmati keindahan bawah laut di Taman Nasional, lanjut Siti Nurbaya, Wakatobi sudah mempunyai atraksi kelas dunia. Itu artinya, program homestay yang menjadi program Kemenpar sangat tepat.

Dan itu juga bisa diarahkan untuk mengurangi pencemaran limbah di sana. “Kami dukung pengembangan homestay. Itu sekaligus mendukung konservasi di laut. Tapi jumlahnya tetap harus dibatasi sehingga tidak overload dan menggangu ekosistem dan pencemaran limbah di sana,” ucapnya.

Mandikan gajah di Tangkahan Langkat, wilayah Taman Nasional Gunung Leuser. Kementerian Lingkuhan Hidup dan Kehutanan mendukung program homestay di seluruh Taman Nasional yang ada di Indonesia.

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Rakornas II/2017 Pariwisata dengan tema besar Homestay Desa Wisata yang digelar Kemenpar di Hotel Bidakara, 18-19 Mei lalu terus mendapat respons positif. Kali ini kabar baik datang dari Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan yang dipimpin Siti Nurbaya Bakar.

Mereka langsung on dengan mempersiapkan homestay di tujuh Taman Nasional itu untuk mengoptimalkan aset dan keindahan bawah laut sebagai atraksi destinasi wisata bahari yang memikat dunia. Niatan itu juga disupport United Nations Development Programme (UNDP).

Langkah KLHK pun semakin meyakinkan. Sebab, ada organisasi multilateral terbesar pemberi bantuan teknis dan pembangunan di dunia yang ikut mem-back up homestay desa wisata itu. Dari paparan Menteri Siti Nurbaya, UNDP siap bekerjasama dan mendukung konservasi laut, salah satunya dengan pembangunan homestay di wilayah Taman Nasional Wakatobi.

“Homestay bisa dilakukan di area Taman Nasional, dan itu sangat mungkinkan. Nantinya homestay dikelola masyarakat setempat, sehingga pertumbuhan ekonomi masyarakat setempat bisa terbantu. Dan mereka akan menjadi penjaga kelestarian seluruh taman nasional. Krena harta yang paling berharga adalah Taman Nasional itu sendiri, taman yang dilihat wisatawan,” ujar Siti Nurbaya Bakar saat peluncuran buku The Mangnificent Seven: Indonesia Marine National Park di Restoran Tugu Kunstkring Paleis, Jakarta, Jumat (2/6).

Selain bisa menikmati keindahan bawah laut di Taman Nasional, lanjut Siti Nurbaya, Wakatobi sudah mempunyai atraksi kelas dunia. Itu artinya, program homestay yang menjadi program Kemenpar sangat tepat.

Dan itu juga bisa diarahkan untuk mengurangi pencemaran limbah di sana. “Kami dukung pengembangan homestay. Itu sekaligus mendukung konservasi di laut. Tapi jumlahnya tetap harus dibatasi sehingga tidak overload dan menggangu ekosistem dan pencemaran limbah di sana,” ucapnya.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/