25.6 C
Medan
Saturday, May 4, 2024

Arief Yahya Gulirkan Ide ASEAN sebagai Destinasi Tunggal Pariwisata

Menteri Pariwisata RI Arief Yahya di WTTC 17th Global Summit Bangkok Thailand.

BANGKOK, SUMUTPOS.CO – Satu sesi menarik yang mendapat publik di Bangkok adalah saat tiga menteri pariwisata di ASEAN tampil kompak. Menpar Arief Yahya, Menpar dan Olahraga Thailand Kobkarn Wattanavrangkul, dan Menpar Filipina Wanda Teo. Mereka sama-sama mendorong isu Visit ASEAN @50, menjadikan Asia Tenggara sebagai single destination.

Menteri Pariwisata Arief Yahya melontarkan gagasan yang masuk nalar. Menurutnya, kedekatan di antara negara-negara Asia Tenggara menjadi faktor penting untuk maju bersama di sektor pariwisata. Data 2015 menunjukkan 42% travellers yang datang di semua negara ASEAN itu berasal dari negara-negara ASEAN juga. Sisanya, 36% dari Asia.

“Kekuatan regional itu bisa menjadi competitives advantage bagi ASEAN. Kalau kuta kumpulkan semua kelebihan ASEAN, maka akan kuat dan bisa bersaing dengan Eropa, Great China, Timur Tengah dan Amerika utara, yang sama-sama menjual punya kekuatan regional,” ujar Arief.

Menurut Arief mencontohkan Singapore yang menjadi hub country. “Misalnya Singapura, dia punya maskapai penerbangan dan manajemen transportasi, maka negara Asia Tenggara bisa menjadikan Singapore Airlines sebagai regional airlines nya,” kata Arief.

“Sebaliknya Singapore tidak kuat di nature and  cultural resources. Wisatawan bisa terbang ke  Singapore lalu diantar ke destinasi di Indonesia, juga bisa menyeberang lewat laut,” ungkap Arief yang tidak terlalu risau dengan cara itu. Sehingga atraksi dapat kelas dunia, akses juga kelas dunia, amenitasnya juga bisa dibangun oleh private sector.

Arief menyatakan hal itu saat menjadi pembicara diskusi bertema “Freedom to Travel-Can ASEAN Countries lead The Way?” pada hari kedua ajang The Global Summit World Travel and Tourism Council (WTTC) 2017 di Bangkok, Kamis (27/4). Menurutnya, orientasi promosi pariwisata negara-negara ASEAN memang perlu difokuskan pada sesama negara di Asia Tenggara.

Arief Yahya sependapat dengan Kobkarn Thailand, bahwa pariwisata itu borderless, tidak mengenal batas-batas teritorial. Pariwisata itu hubungan antar manusia. People to people relationship. “Karena itu Indonesia membenas visakan 169 negara selama setahun ini,” kata Menteri Arief.

Hasil studi UNWTO menjelaskan, bebas visa kunjungan (BVK) itu menaikkan 20-25% kedatangan wisatawan. Angka di Indonesia juga 19% lebih, kalau dibulatkan 20% di tahun 2016. “Tahun ini, ada 49 negara yang akan diturunkan  dari bebas visa ke visa on arrival, sesuai janji kami ke parlemen,” ungkap Arief Yahya.

Pembicara lain dalam diskusi yang dipandu Linda Yueh itu adalah Menteri Pariwisata Filipina Wanda Teo dan Regional Director ICAO Asia & Pacific Office Arun Misha. Sedangkan tampil sebagai pembicara kunci adalah Menteri Pariwisata dan Olahraga Thailand Kobkarn Wattanavrangkul.

Menteri Pariwisata RI Arief Yahya di WTTC 17th Global Summit Bangkok Thailand.

BANGKOK, SUMUTPOS.CO – Satu sesi menarik yang mendapat publik di Bangkok adalah saat tiga menteri pariwisata di ASEAN tampil kompak. Menpar Arief Yahya, Menpar dan Olahraga Thailand Kobkarn Wattanavrangkul, dan Menpar Filipina Wanda Teo. Mereka sama-sama mendorong isu Visit ASEAN @50, menjadikan Asia Tenggara sebagai single destination.

Menteri Pariwisata Arief Yahya melontarkan gagasan yang masuk nalar. Menurutnya, kedekatan di antara negara-negara Asia Tenggara menjadi faktor penting untuk maju bersama di sektor pariwisata. Data 2015 menunjukkan 42% travellers yang datang di semua negara ASEAN itu berasal dari negara-negara ASEAN juga. Sisanya, 36% dari Asia.

“Kekuatan regional itu bisa menjadi competitives advantage bagi ASEAN. Kalau kuta kumpulkan semua kelebihan ASEAN, maka akan kuat dan bisa bersaing dengan Eropa, Great China, Timur Tengah dan Amerika utara, yang sama-sama menjual punya kekuatan regional,” ujar Arief.

Menurut Arief mencontohkan Singapore yang menjadi hub country. “Misalnya Singapura, dia punya maskapai penerbangan dan manajemen transportasi, maka negara Asia Tenggara bisa menjadikan Singapore Airlines sebagai regional airlines nya,” kata Arief.

“Sebaliknya Singapore tidak kuat di nature and  cultural resources. Wisatawan bisa terbang ke  Singapore lalu diantar ke destinasi di Indonesia, juga bisa menyeberang lewat laut,” ungkap Arief yang tidak terlalu risau dengan cara itu. Sehingga atraksi dapat kelas dunia, akses juga kelas dunia, amenitasnya juga bisa dibangun oleh private sector.

Arief menyatakan hal itu saat menjadi pembicara diskusi bertema “Freedom to Travel-Can ASEAN Countries lead The Way?” pada hari kedua ajang The Global Summit World Travel and Tourism Council (WTTC) 2017 di Bangkok, Kamis (27/4). Menurutnya, orientasi promosi pariwisata negara-negara ASEAN memang perlu difokuskan pada sesama negara di Asia Tenggara.

Arief Yahya sependapat dengan Kobkarn Thailand, bahwa pariwisata itu borderless, tidak mengenal batas-batas teritorial. Pariwisata itu hubungan antar manusia. People to people relationship. “Karena itu Indonesia membenas visakan 169 negara selama setahun ini,” kata Menteri Arief.

Hasil studi UNWTO menjelaskan, bebas visa kunjungan (BVK) itu menaikkan 20-25% kedatangan wisatawan. Angka di Indonesia juga 19% lebih, kalau dibulatkan 20% di tahun 2016. “Tahun ini, ada 49 negara yang akan diturunkan  dari bebas visa ke visa on arrival, sesuai janji kami ke parlemen,” ungkap Arief Yahya.

Pembicara lain dalam diskusi yang dipandu Linda Yueh itu adalah Menteri Pariwisata Filipina Wanda Teo dan Regional Director ICAO Asia & Pacific Office Arun Misha. Sedangkan tampil sebagai pembicara kunci adalah Menteri Pariwisata dan Olahraga Thailand Kobkarn Wattanavrangkul.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/