26.7 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Kontrakkan Rumah Pemberian Mertua, Diungkit… Eh Marah-marah

Ilustrasi

SUMUTPOS.CO – Punya mertua kaya ada enak dan enggaknya. Enaknya bisa menikmati fasilitas mewah tanpa susah-susah kerja. Enggak enaknya ketia semua fasilitas itu sering diungkit di depan khalayak umum. Bikin malu.

Sebagai suami, Tongat (37) merasa harga dirinya tercabik-cabik. Sebab, di mana dan kapan pun berada, si mertua selalu mengungkit-ungkit 4 rumah yang dibeli untuk menantunya tersebut.

“Saya lho enggak pernah minta sama mertua. Ya dia beli rumah, dan diatasnamakan istri saya. Sudah gitu saja. Saya nggak pernah ngemis-ngemis minta rumah, kok,” kata Tongat di sela-sela sidang gugatan cerai istrinya, Butet (34) di Pengadilan Agama (PA).

Satu rumah pemberian mertua ditempati oleh Tongat, tiga rumah lainnya dikontrakan.

“Pikirku dari pada tidak menghasilkan, ya tak kontrakkan. Lha pengennya mertua itu aku tinggali aja sendiri daripada dikontrakkan,” kata Tongat.

Menurutnya, jika ditinggali sendiri tentu akan menambah biaya hidupnya. Ia harus merawat empat rumah sekaligus. Itu artinya ia harus membayar empat kali biaya listrik, PDAM, iuran lingkungan, dan pajak tahunan rumah (PBB).

Bagi Tongat itu sangat memberatkan. Makanya, biar tiga rumahnya ada yang merawat dan enggak cepat rusak, ia memilih mengontrakannya. Dengan bisnis kontrakan itu, Tongat pun punya tambahan biaya hidup tanpa harus susah-susah kerja.

Bahkan, Tongat resign dari pekerjaannya sebagai sales karena memanfaatkan uang kontrakan rumah yang setahun jumlahnya mencapai Rp100 juta.

Rata-rata satu rumah dikontrakkan minimal Rp30 juta sampai Rp35 juta per tahun. “Saya tinggal memanfaatkan uang kontrakan rumah,” kata Tongat tersenyum.

Yang bikin Tongat sakit hati adalah kata-kata mertuanya yang sering mengungkit-ungkit hasil rumah yang dikontrakkan. Di mana dan kapan saja, mertuanya bercerita kalau menantunya menguasai semua hartanya.

“Saya enggak nguasai. Hanya ngontrakkan rumahnya saja. Gitu aja kok sedunia tau. Dasar mertua kurang ajar,” kata menantu tak tahu diuntung itu.

Ternyata Butet tidak terima dengan ucapan suaminya itu. Sampai akhirnya ia pilih mengajukan gugatan cerai.

“Suami itu gak sopan. Ya wajarlah kalau orang tua ngasih rumah buat anaknya. Setidaknya kalau emang dikontrakkan, suami ngasih ke orang tua. Ini malah nggak sama sekali. Pelitnya minta ampun,” kata ibu dua anak itu.

Butet pun merasa enggak enak dengan orang tuanya. Terlebih ia juga tidak pernah dikasih uang hasil kontrakannya. (jpg/ras)

Ilustrasi

SUMUTPOS.CO – Punya mertua kaya ada enak dan enggaknya. Enaknya bisa menikmati fasilitas mewah tanpa susah-susah kerja. Enggak enaknya ketia semua fasilitas itu sering diungkit di depan khalayak umum. Bikin malu.

Sebagai suami, Tongat (37) merasa harga dirinya tercabik-cabik. Sebab, di mana dan kapan pun berada, si mertua selalu mengungkit-ungkit 4 rumah yang dibeli untuk menantunya tersebut.

“Saya lho enggak pernah minta sama mertua. Ya dia beli rumah, dan diatasnamakan istri saya. Sudah gitu saja. Saya nggak pernah ngemis-ngemis minta rumah, kok,” kata Tongat di sela-sela sidang gugatan cerai istrinya, Butet (34) di Pengadilan Agama (PA).

Satu rumah pemberian mertua ditempati oleh Tongat, tiga rumah lainnya dikontrakan.

“Pikirku dari pada tidak menghasilkan, ya tak kontrakkan. Lha pengennya mertua itu aku tinggali aja sendiri daripada dikontrakkan,” kata Tongat.

Menurutnya, jika ditinggali sendiri tentu akan menambah biaya hidupnya. Ia harus merawat empat rumah sekaligus. Itu artinya ia harus membayar empat kali biaya listrik, PDAM, iuran lingkungan, dan pajak tahunan rumah (PBB).

Bagi Tongat itu sangat memberatkan. Makanya, biar tiga rumahnya ada yang merawat dan enggak cepat rusak, ia memilih mengontrakannya. Dengan bisnis kontrakan itu, Tongat pun punya tambahan biaya hidup tanpa harus susah-susah kerja.

Bahkan, Tongat resign dari pekerjaannya sebagai sales karena memanfaatkan uang kontrakan rumah yang setahun jumlahnya mencapai Rp100 juta.

Rata-rata satu rumah dikontrakkan minimal Rp30 juta sampai Rp35 juta per tahun. “Saya tinggal memanfaatkan uang kontrakan rumah,” kata Tongat tersenyum.

Yang bikin Tongat sakit hati adalah kata-kata mertuanya yang sering mengungkit-ungkit hasil rumah yang dikontrakkan. Di mana dan kapan saja, mertuanya bercerita kalau menantunya menguasai semua hartanya.

“Saya enggak nguasai. Hanya ngontrakkan rumahnya saja. Gitu aja kok sedunia tau. Dasar mertua kurang ajar,” kata menantu tak tahu diuntung itu.

Ternyata Butet tidak terima dengan ucapan suaminya itu. Sampai akhirnya ia pilih mengajukan gugatan cerai.

“Suami itu gak sopan. Ya wajarlah kalau orang tua ngasih rumah buat anaknya. Setidaknya kalau emang dikontrakkan, suami ngasih ke orang tua. Ini malah nggak sama sekali. Pelitnya minta ampun,” kata ibu dua anak itu.

Butet pun merasa enggak enak dengan orang tuanya. Terlebih ia juga tidak pernah dikasih uang hasil kontrakannya. (jpg/ras)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/