26 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Prof. Dr. Amroeni Drajat : ‎Generasi Bangsa Harus Paham, Apa Pancasila Yang Sebenarnya

Prof. Dr. Amroeni Drajat, M.Ag‎ Taushiyah Kebangsaan ‎Secara Daring.(ist)
Prof. Dr. Amroeni Drajat, M.Ag‎ Taushiyah Kebangsaan ‎Secara Daring.(ist)

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Wakil Rektor (WR) 3 UIN Sumut, Bidang Kemahasiswaan dan Kerjasama, Prof. Dr. Amroeni Drajat, M.Ag mengungkapkan akan pentingnya generasi bangsa Indonesia untuk tahu hakikat sebenarnya dari pancasila dan proses lahirnya.

Hal itu, diungkap ‎Prof. Amroeni Drajat, yang merupakan Guru besar Filsafat Islam, baru-baru ini, pada taushiyah kebangsaan tentang pancasila pada acara halal bihalal keluarga besar Mathla’ul Anwar secara virtual atau daring.

“kita sebagai generasi bangsa harus paham apa itu pancasila yang sebenarnya, dan bagaimana pancasila itu lahir. Sebab, sikap yang salah terhadap pancasila itu bisa diawali karena ketidakfahaman akan hakikatnya dan lupa sejarahnya. Kalau kita sudah faham, maka menjadi imun terahdap pikiran-pikiran yang salah akan pancasila,” jelas Prof. Amroeni, yang juga calon Rektor UIN SU Medan 2020-2024.

Dalam kegiatan tersebut, dihadiri oleh ‎Ketua Umum PBMA KH Ahmad Sadeli Karim, Lc, Sekjen H Oke Setiadi, dan pengurus lainnya, serta Ketua Majelis Amanah KH. Irsjad Djuwaeli, Ketua Majelis Fatwa KH. Abdul Wahid Sahari.

Kemudian, para pengurus Wilayah Mathla’ul Anwar, Pengurus DPP Muslimat dan pengurus DPP Generasi Muda Mathla’ul Anwar dalam Negeri dan Luar Negeri.

Prof. Amroeni menjelaskan bahwa pancasila sebagai dasar dan falsafah Negara lahir dari kompromi antara relijiusitas dan nasionalitas. Oleh karena itu, semangat relijiusitas dan nasionalisme harus tertanam pada diri anak bangsa.

Maka selain pelajaran kewarganegaraan, ia mengatakan pelajaran agama menjadi kewajiban dalam penyelenggaraan pendidikan, sehingga pikiran untuk menyingkirkan pelajaran agama tentu bertentangan dengan pancasila.

“Pancasila adalah hasil ijtihad para pendiri bangsa kita, antara yang relijius dan nasionalis. Kalau kita perhatikan keduanya memiliki landasannya masing-masing. Kalau kita mendekatinya dari sisi nasionalitasnya, pancasila itu adalah hasil penggalian akar kebudayaan, akar peradaban bangsa kita sendiri yang memiliki keanekaragaman karakter yang luar biasa,” tutur ‎Prof. Amroeni.

Selanjutnya, dari sisi relijius, Prof. Amroeni menjelaskan memiliki dasar seperti pada sila pertama, ketuhanan yang maha esa, sebagai karakter bangsa kita yang memiliki kecenderungan untuk beragama.

“Kemudian datang dari Islam, pernyataan alquran: qulhuwallahu ahad punya garis merah dengan sila yang pertama itu. Maka pelajaran agama itu wajib, disamping pelajaran kewarganegaraan,“ kata Prof. Amroeni.

Lebih jauh, Prof. Amroeni‎ menyampikan bahwa Pancasila memiliki fungsi sebagai alat pemersatu bangsa. Setiap anak bangsa dimanapun berada, dengan latar belakang agama yang berbeda tentu punya rasa pancasila, artinya jiwanya bergetar jika disebutkan pancasila.

“Sila-sila yang ada dalam pancasila, merupakan kesepakatan bersama, sebagai kontrak sosial bangsa Indonesia dengan latar belakang agama, suku, dan bahasa. Oleh karena itu, pancasila adalah sumber nilai dan hukum dalam kehidupan berbangsa dan bernegara,” kata ‎Prof. Amroeni.

Diakhir taushiyahnya Prof. Amroeni menegaskan bahwa pancasila sebagai kompromi relijiusitas dan nasionalisme yang diijtihadkan oleh pendiri bangsa ini harus dijaga dari ideologi dan gerakan yang bertentangan dengan pancasila, semisal komunisme.

“kita harus paham bahwa sila-sila yang ada dalam pancasila itu digali dari karakter kebangsaan yang beragam dan nilai-nilai relijiusitas yang luhur, maka tidak boleh ada ideologi atau gerakan yang ingin merubah itu. Komunisme adalah salah satunya, maka harus disingkirkan,” tandas Prof. Amroeni.

Untuk diketahui, Prof. Dr. Amroeni Drajat, M.Ag menjadi salah satu tokoh yang pantas dijadikan roll model untuk generasi muda sekarang bahkan masa mendatang. Ia merupakan salah satu guru besar di UIN Sumatera Utara sekaligus Wakil Rektor (WR) III UINSU, bidang kemahasiswaan dan kerjasama saat ini. ‎

Kiprahnya dalam dunia pendidikan dan jasanya terhadap lingkungan akademisi kampus membuatnya dikenal sebagai tokoh berwibawa, menginspirasi, hingga kaya karya. Dengan itu, ‎Prof. Dr. Amroeni Drajat, M.Ag merupakan sosok pendidikan massa kini.

Amroeni kecil lahir di Bala Pusuh, Brebes, Jawa Tengah pada 12 Februari tahun 1965. Anak kedua dari 12 bersaudara ini diketahui sangat rajin membantu orang tuanya yang hanya bekerja sebagai kusir dokar saat itu.

Amroeni menimbah ilmu pendidikan di Pondok Pesantren Gontor, Jawa Timur sampai selesai pada tahun 1986. Selanjutnya ia kemudian mengajar di Pesantren Darul Arafah selama setahun, setelah sebelumnya tidak pernah berpikir akan melanjutkan kuliah. Kondisi ekonomi keluarga saat itu terpaksa harus dipertimbangkan jika ingin menempuh studi lagi.

Namun keinginan Amroeni menekuni dunia pendidikan akhirnya tercapai kembali pada 1987, di mana ia memutuskan kuliah di IAINSU (sekarang UINSU) di Fakultas Ushuluddin dengan mengambil jurusan Aqidah Filsafat.

“Setelah mengajar di pesantren, saya mau melanjutkan kuliah saya, walaupun saya awalnya tidak pernah berpikir akan kuliah, memikirkan kondisi kedua orang tua saya yang tidak memungkinkan, kan masih banyak adik-adik di bawah saya,” tutur Amroeni.

Selama di IAINSU, Penulis The Wisdom of Nature ini pun membiayai kuliahnya sendiri melalui program beasiswa yang tersedia di kampus tersebut.

Cikal bakal menjadi pemikir bahkan kian tampak ketika Amroeni melanjutkan program S2-nya di IAIN Syarif Hidayatullah, Jakarta (sekarang UIN), dengan mengambil Jurusan Kajian Islam. Tak berhenti di situ, ia kemudian melanjutkan S3-nya di kampus yang sama, dengan jurusan yang sama pula. Selama program S3 Amroeni diketahui telah menyelesaikan sembilan buku beserta buku terjemahannya.

Sekarang Amroeni telah menyelesaikan banyak karya-karya cerdas untuk dinikmati pemikirannya, dijadikan panduan kedisiplinan ilmu. Perjalanan panjang seorang Amroeni membuatnya dikenal sebagai salah satu tokoh inspiratif di kalangan masyarakat termasuk UIN Sumatera Utara Medan.

Selain itu Prof. Dr. Amroeni yang juga merupakan pendiri Pesantren Jabal Rahmah tahun 1992 ini pun dikenal sebagai tokoh santun, yang amat lembut tutur katanya hingga sangat disukai pergaulannya.

Termasuk selama berkiprah di UIN Sumatera Utara Medan, Prof. Dr. Amroeni kerap kali dimintai pemikirannya menjadi pembicara dalam berbagai kegiatan seremonial maupun nonseremonial. Penulis dan pemikir adalah dua kata yang pantas disematkan pada beliau.

UIN Sumatera Utara Medan bukan lagi tempat asing bagi Prof. Dr. Amroeni, beliau sudah malang melintang di kampus itu bahkan saat masih menjadi mahasiswa. Perjalanannya pun berlanjut sampai menjadi tenaga pendidik hingga sekarang menjabat sebagai wakil rektor di sana.

Pun begitu dalam catatan kiprahnya. Prof. Dr. Amroeni Drajat, M.Ag diketahui pernah menerima penghargaan sebagai Dosen Terbaik I Fakultas Ushuuddin, pernah menjabat di Senat Fakultas Ushuluddin, Senat IAINSU, Ketua Program Studi Pemikiran Islam, hingga menjadi Wakil Dekan I Fakultas Ushuluddin.

Jejak karir itu menunjukkan amat besarnya kepercayaan UIN Sumatera Utara Medan pada beliau di masanya, besarnya harapan UINSU akan pikiran-pikiran intelektualnya.

Sekarang dalam posisinya sebagai calon rektor UIN Sumatera Utara Medan Periode 2020-2024, Prof. Dr. Amroeni Drajat, M.Ag., diminta terus memberikan edukasi positif bagi masyarakat dan kampus, menuangkan ide-ide cerdas ke bentuk literasi ilmiah maupun teknis lapangan, sehingga berguna bagi pemajuan dunia pendidikan.‎(gus)

Prof. Dr. Amroeni Drajat, M.Ag‎ Taushiyah Kebangsaan ‎Secara Daring.(ist)
Prof. Dr. Amroeni Drajat, M.Ag‎ Taushiyah Kebangsaan ‎Secara Daring.(ist)

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Wakil Rektor (WR) 3 UIN Sumut, Bidang Kemahasiswaan dan Kerjasama, Prof. Dr. Amroeni Drajat, M.Ag mengungkapkan akan pentingnya generasi bangsa Indonesia untuk tahu hakikat sebenarnya dari pancasila dan proses lahirnya.

Hal itu, diungkap ‎Prof. Amroeni Drajat, yang merupakan Guru besar Filsafat Islam, baru-baru ini, pada taushiyah kebangsaan tentang pancasila pada acara halal bihalal keluarga besar Mathla’ul Anwar secara virtual atau daring.

“kita sebagai generasi bangsa harus paham apa itu pancasila yang sebenarnya, dan bagaimana pancasila itu lahir. Sebab, sikap yang salah terhadap pancasila itu bisa diawali karena ketidakfahaman akan hakikatnya dan lupa sejarahnya. Kalau kita sudah faham, maka menjadi imun terahdap pikiran-pikiran yang salah akan pancasila,” jelas Prof. Amroeni, yang juga calon Rektor UIN SU Medan 2020-2024.

Dalam kegiatan tersebut, dihadiri oleh ‎Ketua Umum PBMA KH Ahmad Sadeli Karim, Lc, Sekjen H Oke Setiadi, dan pengurus lainnya, serta Ketua Majelis Amanah KH. Irsjad Djuwaeli, Ketua Majelis Fatwa KH. Abdul Wahid Sahari.

Kemudian, para pengurus Wilayah Mathla’ul Anwar, Pengurus DPP Muslimat dan pengurus DPP Generasi Muda Mathla’ul Anwar dalam Negeri dan Luar Negeri.

Prof. Amroeni menjelaskan bahwa pancasila sebagai dasar dan falsafah Negara lahir dari kompromi antara relijiusitas dan nasionalitas. Oleh karena itu, semangat relijiusitas dan nasionalisme harus tertanam pada diri anak bangsa.

Maka selain pelajaran kewarganegaraan, ia mengatakan pelajaran agama menjadi kewajiban dalam penyelenggaraan pendidikan, sehingga pikiran untuk menyingkirkan pelajaran agama tentu bertentangan dengan pancasila.

“Pancasila adalah hasil ijtihad para pendiri bangsa kita, antara yang relijius dan nasionalis. Kalau kita perhatikan keduanya memiliki landasannya masing-masing. Kalau kita mendekatinya dari sisi nasionalitasnya, pancasila itu adalah hasil penggalian akar kebudayaan, akar peradaban bangsa kita sendiri yang memiliki keanekaragaman karakter yang luar biasa,” tutur ‎Prof. Amroeni.

Selanjutnya, dari sisi relijius, Prof. Amroeni menjelaskan memiliki dasar seperti pada sila pertama, ketuhanan yang maha esa, sebagai karakter bangsa kita yang memiliki kecenderungan untuk beragama.

“Kemudian datang dari Islam, pernyataan alquran: qulhuwallahu ahad punya garis merah dengan sila yang pertama itu. Maka pelajaran agama itu wajib, disamping pelajaran kewarganegaraan,“ kata Prof. Amroeni.

Lebih jauh, Prof. Amroeni‎ menyampikan bahwa Pancasila memiliki fungsi sebagai alat pemersatu bangsa. Setiap anak bangsa dimanapun berada, dengan latar belakang agama yang berbeda tentu punya rasa pancasila, artinya jiwanya bergetar jika disebutkan pancasila.

“Sila-sila yang ada dalam pancasila, merupakan kesepakatan bersama, sebagai kontrak sosial bangsa Indonesia dengan latar belakang agama, suku, dan bahasa. Oleh karena itu, pancasila adalah sumber nilai dan hukum dalam kehidupan berbangsa dan bernegara,” kata ‎Prof. Amroeni.

Diakhir taushiyahnya Prof. Amroeni menegaskan bahwa pancasila sebagai kompromi relijiusitas dan nasionalisme yang diijtihadkan oleh pendiri bangsa ini harus dijaga dari ideologi dan gerakan yang bertentangan dengan pancasila, semisal komunisme.

“kita harus paham bahwa sila-sila yang ada dalam pancasila itu digali dari karakter kebangsaan yang beragam dan nilai-nilai relijiusitas yang luhur, maka tidak boleh ada ideologi atau gerakan yang ingin merubah itu. Komunisme adalah salah satunya, maka harus disingkirkan,” tandas Prof. Amroeni.

Untuk diketahui, Prof. Dr. Amroeni Drajat, M.Ag menjadi salah satu tokoh yang pantas dijadikan roll model untuk generasi muda sekarang bahkan masa mendatang. Ia merupakan salah satu guru besar di UIN Sumatera Utara sekaligus Wakil Rektor (WR) III UINSU, bidang kemahasiswaan dan kerjasama saat ini. ‎

Kiprahnya dalam dunia pendidikan dan jasanya terhadap lingkungan akademisi kampus membuatnya dikenal sebagai tokoh berwibawa, menginspirasi, hingga kaya karya. Dengan itu, ‎Prof. Dr. Amroeni Drajat, M.Ag merupakan sosok pendidikan massa kini.

Amroeni kecil lahir di Bala Pusuh, Brebes, Jawa Tengah pada 12 Februari tahun 1965. Anak kedua dari 12 bersaudara ini diketahui sangat rajin membantu orang tuanya yang hanya bekerja sebagai kusir dokar saat itu.

Amroeni menimbah ilmu pendidikan di Pondok Pesantren Gontor, Jawa Timur sampai selesai pada tahun 1986. Selanjutnya ia kemudian mengajar di Pesantren Darul Arafah selama setahun, setelah sebelumnya tidak pernah berpikir akan melanjutkan kuliah. Kondisi ekonomi keluarga saat itu terpaksa harus dipertimbangkan jika ingin menempuh studi lagi.

Namun keinginan Amroeni menekuni dunia pendidikan akhirnya tercapai kembali pada 1987, di mana ia memutuskan kuliah di IAINSU (sekarang UINSU) di Fakultas Ushuluddin dengan mengambil jurusan Aqidah Filsafat.

“Setelah mengajar di pesantren, saya mau melanjutkan kuliah saya, walaupun saya awalnya tidak pernah berpikir akan kuliah, memikirkan kondisi kedua orang tua saya yang tidak memungkinkan, kan masih banyak adik-adik di bawah saya,” tutur Amroeni.

Selama di IAINSU, Penulis The Wisdom of Nature ini pun membiayai kuliahnya sendiri melalui program beasiswa yang tersedia di kampus tersebut.

Cikal bakal menjadi pemikir bahkan kian tampak ketika Amroeni melanjutkan program S2-nya di IAIN Syarif Hidayatullah, Jakarta (sekarang UIN), dengan mengambil Jurusan Kajian Islam. Tak berhenti di situ, ia kemudian melanjutkan S3-nya di kampus yang sama, dengan jurusan yang sama pula. Selama program S3 Amroeni diketahui telah menyelesaikan sembilan buku beserta buku terjemahannya.

Sekarang Amroeni telah menyelesaikan banyak karya-karya cerdas untuk dinikmati pemikirannya, dijadikan panduan kedisiplinan ilmu. Perjalanan panjang seorang Amroeni membuatnya dikenal sebagai salah satu tokoh inspiratif di kalangan masyarakat termasuk UIN Sumatera Utara Medan.

Selain itu Prof. Dr. Amroeni yang juga merupakan pendiri Pesantren Jabal Rahmah tahun 1992 ini pun dikenal sebagai tokoh santun, yang amat lembut tutur katanya hingga sangat disukai pergaulannya.

Termasuk selama berkiprah di UIN Sumatera Utara Medan, Prof. Dr. Amroeni kerap kali dimintai pemikirannya menjadi pembicara dalam berbagai kegiatan seremonial maupun nonseremonial. Penulis dan pemikir adalah dua kata yang pantas disematkan pada beliau.

UIN Sumatera Utara Medan bukan lagi tempat asing bagi Prof. Dr. Amroeni, beliau sudah malang melintang di kampus itu bahkan saat masih menjadi mahasiswa. Perjalanannya pun berlanjut sampai menjadi tenaga pendidik hingga sekarang menjabat sebagai wakil rektor di sana.

Pun begitu dalam catatan kiprahnya. Prof. Dr. Amroeni Drajat, M.Ag diketahui pernah menerima penghargaan sebagai Dosen Terbaik I Fakultas Ushuuddin, pernah menjabat di Senat Fakultas Ushuluddin, Senat IAINSU, Ketua Program Studi Pemikiran Islam, hingga menjadi Wakil Dekan I Fakultas Ushuluddin.

Jejak karir itu menunjukkan amat besarnya kepercayaan UIN Sumatera Utara Medan pada beliau di masanya, besarnya harapan UINSU akan pikiran-pikiran intelektualnya.

Sekarang dalam posisinya sebagai calon rektor UIN Sumatera Utara Medan Periode 2020-2024, Prof. Dr. Amroeni Drajat, M.Ag., diminta terus memberikan edukasi positif bagi masyarakat dan kampus, menuangkan ide-ide cerdas ke bentuk literasi ilmiah maupun teknis lapangan, sehingga berguna bagi pemajuan dunia pendidikan.‎(gus)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/