MEDAN, SUMUTPOS.CO – Jika di tiga daerah yang ikut Pilkada Serentak 2020 di Sumatera Utara hanya diikuti bakal calon tunggal, yakni Pilkada Pematangsiantar, Humbang Hasundutan, dan Gunung Sitoli, di enam daerah lainnya, bakal pasangan calon (bapaslon) kepala daerah malah lebih dari tiga pasang. Ada yang 4, bahkan 6 pasangan. Di enam daerah itu pula, terdapat tujuh paslon dari perseorangan.
Data dihimpun dari Komisi Pemilihan Umum (KPU) Sumut, hingga masa perpanjangan pendaftaran bapaslon, Minggu (13/9) baru lalu, enam daerah yakni Kabupaten Nias, Labuhan Batu, Labuhan Batu Utara, Labuhan Batu Selatan, Simalungun, dan Karo memiliki pendaftar bapaslon terbanyak. Bapaslon yang terbanyak mendaftar untuk berkontestasi terdapat di Labuhanbatu, Labura, dan Labusel, masing-masing lima paslon. Tiga daerah berikutnya, yakni Nias, Simalungun, dan Karo diminati empat bapaslon.
Di Pilkada Labuhanbatu, bapaslon yang mendaftar ke KPU yakni pasangan Abdul Roni dan Ahmad Jais; pasangan Suhari Pane dan Irwan Indra (perseorangan); pasangan Erik Atrada Ritonga dan Ellya Rosa Siregar; pasangan Andi Suhaimi dan Faizal Amri Siregar; serta pasangan Tigor Panusunan Siregar dan Idlinsah Harahapn
Di Pilkada Labura, bapaslon yang mendaftar yakni pasangan Hendri Yanto dan Syamsul Tanjung; pasangan Ali Tambunan dan Panusunan Rambe; pasangan Ahmad Rizal Munthe dan Aripay Tambunan; pasangan Dwi Prantara dan Edi Sampurna Rambe (perseorangan); dan pasangan Darno dan Haris Muda Siregar.
Adapun bapaslon di Pilkada Labusel yang mendaftar yakni pasangan Edimin dan Ahmad Padli Tanjung; pasangan Maslin dan Fery Andhika (perseorangan); pasangan Nurdin Siregar dan Husni Rizal Siregar (perseorangan); pasangan Mangayat Jago Ritonga dan Jon Abidin Ritonga (perseorangan); serta pasangan Hasnah Harahap dan Kholil Jufri Harahap.
Tiga daerah yang diminati 4 bapaslon yakni di Pilkada Nias, diminat pasangan Yaatulo Gulo dan Arota Lase; pasangan Christian Zebua dan Anofuli Lase; pasangan Enanoi Dohare dan Yulius Lase (perseorangan); serta pasangan Aroshoki Waruwu dan Asaldin Gea.
Di Pilkada Simalungun, bapaslon yang mendaftar yakni pasangan Anton Achmad Saragih dan Rospita Sitorus; pasangan Radiapoh Hasiholan Sinaga dan Zonny Waldi; pasangan Wagner Damanik dan Abidinsyah Saragih (perseorangan); serta pasangan Muhajidin Nur Hasim dan Tumpak Siregar.
Di Pilkada Karo, bapaslon yang mendaftar yakni pasangan Iwan Sembiring dan Budianto Surbakti; pasangan Josua Ginting dan Saberina Br Tarigan; pasangan Cory Sriwaty Sebayang dan Theopilus Ginting; dan pasangan Yus Felesky Surbakti dan Paulus Sitepu.
Lebih Menggairahkan
Menyikapi fenomena banyaknya bapaslon yang berminat maju di enam daerah Pilkada 2020 di Sumut, pengamat politik asal Universitas Sumatera Utara (USU), Agus Suriadi, mengatakan untuk proses demokrasi jumlah bapaslon tentu akan jauh lebih menggairahkan karena banyaknya alternatif bagi pemilih untuk menilai mana paslon terbaik.
“Jika banyak paslon di suatu daerah untuk berkompetensi dalam Pilkada, tentu hal itu dipengaruhi beberapa faktor. Pertama, di daerah tersebut petahana yang dianggap kuat dan mendominasi sudah tidak ada lagi,” katanya menjawab Sumut Pos, Selasa (15/9).
Kedua, lanjut dia, tokoh sentral yang dianggap memengaruhi juga sudah tidak berperan kuat. Ketiga, terjadinya polarisasi di antara berbagai partai, sehingga memunculkan tokoh-tokoh yang punya nilai jual.
“Keempat dan yang paling penting, adanya keinginan masyarakat untuk menguji tokoh-tokoh yang dianggap layak dan menjadi alternatif masyarakat untuk memiliki preferensi dari para paslon yang dianggap punya kualitas,” katanya.
Lantas mengenai peluang menang para paslon tersebut terutama yang maju melalui jalur perseorangan?
“Peluang menang untuk setiap paslon tentu saja besar karena tidak adanya tokoh atau paslon yang jadi determinan (faktor yang menentukan) di antara berbagai paslon yang ada,” pungkas dia.
Senada, pengamat politik asal UINSU, Faisal Riza, mengatakan banyaknya calon dapat dianggap positif, karena mereka akan mengabdikan diri. Keadaan jumlah itu juga menunjukkan variasi pilihan politik masyarakat lebih beragam. “Harapan kita bisa lebih banyak paslon yang maju,” tuturnya.
Sisi lain, sambung Riza, jumlah kandidat lebih dari tiga itu memakan energi politik dan polarisasi di tengah masyarakat. Menurutnya, ini harus dikelola hati-hati agar tidak mengarah pada konflik horizontal. “Paslon perseorangan mungkin punya peluang. Seperti di Labuhanbatu atau di tempat lain. Tergantung pada strategi penguasaan opini dan lapangan politik,” imbuhnya.
Melihat potensi gesekan sosial, apa saran dan imbauan kepada para paslon pada enam daerah tersebut? “Sebenarnya penting mempertimbangkan protokol kesehatan ya. Selain itu, situasi pandemi dan krisis begini rakyat harus hati-hati. Elit politik juga harus peka dan sensitif terhadap persoalan rakyat,” pungkas Riza. (prn)