26 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Tanpa Tersangka Utama

F: DHEV FRETES BAKKARA/metro siantar Rekonstruksi pembunuhan Bosly Panjaitan berjalan dengan lancar meski tangan tersangka Maruhum Simarmata diborgol,di Siantar Hotel Pematangsiqantar, Kamis (3/10).
F: DHEV FRETES BAKKARA/metro siantar
Rekonstruksi pembunuhan Bosly Panjaitan berjalan dengan lancar meski tangan tersangka Maruhum Simarmata diborgol,di Siantar Hotel Pematangsiqantar, Kamis (3/10).

SIANTAR- Meski tanpa tersangka utama, Polres Siantar tetap menggelar rekonstruksi pembunuhan Bosly Panjaitan (33), Kamis (3/10). Dalam reka ulang yang digelar sebanyak 11 adegan itu, tersangka diperankan Maruhum Simarmata alias Pak Rio sebagai tersangka satu, bersama sejumlah saksi-saksi. Dari rekonstruksi ini juga terungkap, ternyata Bosly bukan tewas di Siantar Hotel. Sebab pada adegan ke 9, Maruhum keluar dari pintu depan mobil Kijang Innova dengan melompati tubuh Bosly yang masih meronta-ronta hingga selanjutnya kabur dengan menumpangi angkot KPB.

Adegan yang juga dihadiri keluarga Bosly itu, baru dimulai sekitar pukul 10.00 WIB yang seogiyanya direncanakan pada pukul 09.00 WIB. Dengan melibatkan 50 personel dan dua orang jaksa, rekon pertama dimulai dengan komunikasi Maruhum dengan LN (DPO). Persisnya, Selasa (2/9) lalu, tiba-tiba saksi Fernandes (teman Maruhum) mendapat telepon dari LN dengan tujuan meminta nomor Maruhum. Tanpa keberatan, Maruhum lantas memberi izin Fernandez untuk memberikan nomornya kepada LN. Pada adegan kedua, Maruhum bersama LN akhirnya berkomunikasi yang percakapan diawali dengan tawaran makan di RM Saroha, Jl. H Ulakma Sinaga, Kec. Siantar, Simalungun, tak jauh dari rumah Maruhum.

“Managih utang jo hita, godang do hepengna alai maol paulakon. Hepengipe nah u jamini do, gabe I paila parhepengi au (menagih utang dulu kita, banyaknya uangnya, tapi payah mengembalikan. Padahal uang itu aku jamini, jadi aku yang dipermalukan yang punya uang),” kata LN kepada Maruhum kala itu.  Bahkan LN juga meyakini Maruhum dalam percakapan lewat HP itu, jika Bosly mati tak akan ada yang mencari. Bahkan ketika Maruhum memberitahu akan ke Perumnas Batu VI untuk mengurus sekolah anaknya, LN tetap bersedia mengantar. Sampai akhirnya mereka bertemu di warung makan tersebut, hingga selanjutnya pergi bersama ke Siantar Hotel mengendarai Kijang Innova BK770 MY milik anggota Polri yang bertugas di Simalungun.

LN selanjutnya menelepon saksi Hartono yang tak lain petugas Satpam Siantar Hotel untuk memesan kamar eksklusif. Namun tak ada yang kosong, hingga LN dan Maruhum keluar dari Siantar Hotel menuju Ramayana. Dalam adegan ke 3 dan ke 4 ini diketahui pula, LN menjemput seorang pria yang identitasnya masih kabur, namun Maruhum menyebutnya si Jawa. Maruhum sendiri tidak mengenal dan LN tidak ada mengenalkan pada dirinya. Setelah ketiganya berada dalam mobil, LN yang mengemudi melaju ke Jl. Melanthon Siregar untuk makan BPK tak jauh dari sekolah Budi Mulia. Usai makan, ketiganya kembali ke Siantar Hotel dan LN menelepon Hartono lagi. Kamar tersebutpun ada dan Hartono mengarahkan pada kamar 138 seperti petunjuk resepsioni hotel. Saat itu, Hartono melihat ketiganya turun dari mobil dan langsung pergi menuju kamar yang terletak di belakang dan ujung tersebut.  Tepatnya diadegan ke 5, LN kembali memasang ancang-ancang dengan meminta Maruhum dan si Jawa siap-siap di belakang, jika Bosly sudah masuk ke kamar. Selain itu, LN menegaskan, Maruhum bertugas untuk menangkap tangan korban. Sedang si Jawa berperan menahan kaki Bosly seraya melakban mulutnya. Permintaan itupun langsung disetujui keduanya seraya menunggu Bosly datang

 Diketahui pada adegan ke tujuh, Bosly datang ke Siantar Hotel mengendarai Honda Vario tanpa plat. Usai memarkir kereta tak jauh dari kamar nomor 138. Begitu berjalan menuju kamar, Maruhum dan si Jawa pun membuntutinya dari belakang. Bahkan, Bosly yang tak sadar sempat duduk di kursi membelakangi pintu kamar. Singkat cerita, dalam hitungan detik, Maruhum langsung menarik kedua tangan Bosly dengan melipat ke punggung seraya mendorongkan tubuhnya ke arah kasur. Selanjutnya si Jawa memegang erat kedua kaki Bosly agar mudah dilumpuhkan.

Dalam posisi terjepit itulah, Bosly sempat melontarkan kalimat pada LN. “Soadong borum tulang” (tidak adanya anakmu perempuan tulang). Tapi LN tak peduli, sebaliknya ia malah mengambil sarung bantal milik Siantar Hotel dan menyumpal mulut Bosly. Setelah itu, LN juga melakban mulut serta kaki dan tangan Bosly hingga benar-benar tak berdaya. Setelah  memastikan tak ada orang di sekitar kamar, persisnya pada adegan ke 8, ketiganya lantas membawa tubuh korban yang masih bergerak-gerak itu ke dalam mobil yang diparkir tepat di depan kamar. Tubuh Bosly diletakkan di lantai mobil persisnya di antara jok depan dan jok tengah. Selanjutnya mereka melaju ke arah Parapat.

Pada adega ke 9, tepatnya di Simpang II atau di Jl. D.I Panjaitan, Siantar Simarimbun, LN tiba-tiba menghentikan mobil seraya memerintahkan si Jawa untuk mengamankan sepeda motor Honda Vario milik korban yang sebelumnya parkir di depan kamar. Bahkan saat si Jawa turun, Maruhum yang tadinya duduk di jok tengah sebelah kanan, langsung bergerak dengan melompati tubuh Bosly yang masih meronta-ronta dan keluar dari pintu depan sebelah kiri mobil. “Aku lompat karena sudah diluar kesepakatan bu. Aku langsung menyebrang jalan dan menumpangi angkot KPB yang menuju kota,” kata Maruhum kepada Jaksa Siti Martiti saat meragakan adegan ke 9. Bosly sendiri diketahui tewas lemas saat diperjalanan ke Tobasa. Setelah itu, pelaku membuang jasadnya ke sungai.

 

>>Dicari Polisi, Brimob dan PM

Namun keterangan Maruhum berbeda pula pada adegan ke 10, dimana melalui kesaksian Suparno yang tak lain penjaga kos-kosan Maimun di Jl. Penyabungan, Siantar Barat justru melihat LN dan Maruhum datang ke kos-kosan tersebut untuk menemui Dwi Maharani (wanita yang disebut-sebut dekat dengan LN). Saat itu persisnya pukul 23.20 WIB, LN dan Maruhum langsung masuk ke dalam kamar kos Dwi Maharani. Saat diperiksa penyidik, Dwi Maharani juga membenarkan kedatangan LN dan seorang pria yang tak ia kenal. Bahkan sebelum datang, LN diketahui Dwi tengah dicari-cari polisi, Brimob, PM dan pemilik mobil Kijang Innova yang mereka kendarai.

Dwi sempat bertanya ada apa, namun LN tetap diam. Selanjutnya LN dan Maruhum masuk ke kamar dan kedatangan kedua pelaku juga sempat dilihat Suparno. Setelah mengemasi pakaian dan dimasukkan ke dalam kantongan plastik, LN dan Maruhum keluar dan meminta Suparno yang kebetulan punya becak motor untuk mengantar. Tapi di Jl. Merdeka persisnya di simpang Jl. Cokro Aminoto, LN turun dan Maruhum justru meminta Suparno untuk mengantarnya ke Jl. H Ulakma Sinaga Rambung Merah. Setiba di sana, Suparno pun kembali ke kosnya. Selama rekon tersebut, beberapa warga juga sempat berteriak dan memaki Maruhum yang memperagakan adegan rekon. Namun terhenti saat polisi bertindak mengawal warga yang mendekat lokasi kamar 138 saat Maruhum memperagakan pembekapan Bosly diatas kasur.

Melalui Sarbudin Panjaitan, pihak keluarga meminta agar polisi bisa menangkap LN untuk mempertanggung jawabkan perbuatannya yang keji dan sadis tersebut. Meminta pula agar Maruhum dihukum mati karena dari adegan rekon tersebut sangat jelas tindakan sadis itu ia lakukan. “Yang jelas polisi harus menangkap pelaku lainnya terutama si LN. Jerat pelaku ini dengan hukuman mati,” kata Sarbudin. Kasubag Humas AKP Efendi Tarigan mengaku sampai saat ini pihaknya masih berusaha menangkap pelaku lain yang terlibat atas kematian Bosly.”Bagaimana pun, berbagai upaya akan tetap kita  lakukan agar pelaku bisa tertangkap secepat mungkin,” kata Efendi seraya bilang adegan rekon berjalan aman dan tertib. (dho/deo)

F: DHEV FRETES BAKKARA/metro siantar Rekonstruksi pembunuhan Bosly Panjaitan berjalan dengan lancar meski tangan tersangka Maruhum Simarmata diborgol,di Siantar Hotel Pematangsiqantar, Kamis (3/10).
F: DHEV FRETES BAKKARA/metro siantar
Rekonstruksi pembunuhan Bosly Panjaitan berjalan dengan lancar meski tangan tersangka Maruhum Simarmata diborgol,di Siantar Hotel Pematangsiqantar, Kamis (3/10).

SIANTAR- Meski tanpa tersangka utama, Polres Siantar tetap menggelar rekonstruksi pembunuhan Bosly Panjaitan (33), Kamis (3/10). Dalam reka ulang yang digelar sebanyak 11 adegan itu, tersangka diperankan Maruhum Simarmata alias Pak Rio sebagai tersangka satu, bersama sejumlah saksi-saksi. Dari rekonstruksi ini juga terungkap, ternyata Bosly bukan tewas di Siantar Hotel. Sebab pada adegan ke 9, Maruhum keluar dari pintu depan mobil Kijang Innova dengan melompati tubuh Bosly yang masih meronta-ronta hingga selanjutnya kabur dengan menumpangi angkot KPB.

Adegan yang juga dihadiri keluarga Bosly itu, baru dimulai sekitar pukul 10.00 WIB yang seogiyanya direncanakan pada pukul 09.00 WIB. Dengan melibatkan 50 personel dan dua orang jaksa, rekon pertama dimulai dengan komunikasi Maruhum dengan LN (DPO). Persisnya, Selasa (2/9) lalu, tiba-tiba saksi Fernandes (teman Maruhum) mendapat telepon dari LN dengan tujuan meminta nomor Maruhum. Tanpa keberatan, Maruhum lantas memberi izin Fernandez untuk memberikan nomornya kepada LN. Pada adegan kedua, Maruhum bersama LN akhirnya berkomunikasi yang percakapan diawali dengan tawaran makan di RM Saroha, Jl. H Ulakma Sinaga, Kec. Siantar, Simalungun, tak jauh dari rumah Maruhum.

“Managih utang jo hita, godang do hepengna alai maol paulakon. Hepengipe nah u jamini do, gabe I paila parhepengi au (menagih utang dulu kita, banyaknya uangnya, tapi payah mengembalikan. Padahal uang itu aku jamini, jadi aku yang dipermalukan yang punya uang),” kata LN kepada Maruhum kala itu.  Bahkan LN juga meyakini Maruhum dalam percakapan lewat HP itu, jika Bosly mati tak akan ada yang mencari. Bahkan ketika Maruhum memberitahu akan ke Perumnas Batu VI untuk mengurus sekolah anaknya, LN tetap bersedia mengantar. Sampai akhirnya mereka bertemu di warung makan tersebut, hingga selanjutnya pergi bersama ke Siantar Hotel mengendarai Kijang Innova BK770 MY milik anggota Polri yang bertugas di Simalungun.

LN selanjutnya menelepon saksi Hartono yang tak lain petugas Satpam Siantar Hotel untuk memesan kamar eksklusif. Namun tak ada yang kosong, hingga LN dan Maruhum keluar dari Siantar Hotel menuju Ramayana. Dalam adegan ke 3 dan ke 4 ini diketahui pula, LN menjemput seorang pria yang identitasnya masih kabur, namun Maruhum menyebutnya si Jawa. Maruhum sendiri tidak mengenal dan LN tidak ada mengenalkan pada dirinya. Setelah ketiganya berada dalam mobil, LN yang mengemudi melaju ke Jl. Melanthon Siregar untuk makan BPK tak jauh dari sekolah Budi Mulia. Usai makan, ketiganya kembali ke Siantar Hotel dan LN menelepon Hartono lagi. Kamar tersebutpun ada dan Hartono mengarahkan pada kamar 138 seperti petunjuk resepsioni hotel. Saat itu, Hartono melihat ketiganya turun dari mobil dan langsung pergi menuju kamar yang terletak di belakang dan ujung tersebut.  Tepatnya diadegan ke 5, LN kembali memasang ancang-ancang dengan meminta Maruhum dan si Jawa siap-siap di belakang, jika Bosly sudah masuk ke kamar. Selain itu, LN menegaskan, Maruhum bertugas untuk menangkap tangan korban. Sedang si Jawa berperan menahan kaki Bosly seraya melakban mulutnya. Permintaan itupun langsung disetujui keduanya seraya menunggu Bosly datang

 Diketahui pada adegan ke tujuh, Bosly datang ke Siantar Hotel mengendarai Honda Vario tanpa plat. Usai memarkir kereta tak jauh dari kamar nomor 138. Begitu berjalan menuju kamar, Maruhum dan si Jawa pun membuntutinya dari belakang. Bahkan, Bosly yang tak sadar sempat duduk di kursi membelakangi pintu kamar. Singkat cerita, dalam hitungan detik, Maruhum langsung menarik kedua tangan Bosly dengan melipat ke punggung seraya mendorongkan tubuhnya ke arah kasur. Selanjutnya si Jawa memegang erat kedua kaki Bosly agar mudah dilumpuhkan.

Dalam posisi terjepit itulah, Bosly sempat melontarkan kalimat pada LN. “Soadong borum tulang” (tidak adanya anakmu perempuan tulang). Tapi LN tak peduli, sebaliknya ia malah mengambil sarung bantal milik Siantar Hotel dan menyumpal mulut Bosly. Setelah itu, LN juga melakban mulut serta kaki dan tangan Bosly hingga benar-benar tak berdaya. Setelah  memastikan tak ada orang di sekitar kamar, persisnya pada adegan ke 8, ketiganya lantas membawa tubuh korban yang masih bergerak-gerak itu ke dalam mobil yang diparkir tepat di depan kamar. Tubuh Bosly diletakkan di lantai mobil persisnya di antara jok depan dan jok tengah. Selanjutnya mereka melaju ke arah Parapat.

Pada adega ke 9, tepatnya di Simpang II atau di Jl. D.I Panjaitan, Siantar Simarimbun, LN tiba-tiba menghentikan mobil seraya memerintahkan si Jawa untuk mengamankan sepeda motor Honda Vario milik korban yang sebelumnya parkir di depan kamar. Bahkan saat si Jawa turun, Maruhum yang tadinya duduk di jok tengah sebelah kanan, langsung bergerak dengan melompati tubuh Bosly yang masih meronta-ronta dan keluar dari pintu depan sebelah kiri mobil. “Aku lompat karena sudah diluar kesepakatan bu. Aku langsung menyebrang jalan dan menumpangi angkot KPB yang menuju kota,” kata Maruhum kepada Jaksa Siti Martiti saat meragakan adegan ke 9. Bosly sendiri diketahui tewas lemas saat diperjalanan ke Tobasa. Setelah itu, pelaku membuang jasadnya ke sungai.

 

>>Dicari Polisi, Brimob dan PM

Namun keterangan Maruhum berbeda pula pada adegan ke 10, dimana melalui kesaksian Suparno yang tak lain penjaga kos-kosan Maimun di Jl. Penyabungan, Siantar Barat justru melihat LN dan Maruhum datang ke kos-kosan tersebut untuk menemui Dwi Maharani (wanita yang disebut-sebut dekat dengan LN). Saat itu persisnya pukul 23.20 WIB, LN dan Maruhum langsung masuk ke dalam kamar kos Dwi Maharani. Saat diperiksa penyidik, Dwi Maharani juga membenarkan kedatangan LN dan seorang pria yang tak ia kenal. Bahkan sebelum datang, LN diketahui Dwi tengah dicari-cari polisi, Brimob, PM dan pemilik mobil Kijang Innova yang mereka kendarai.

Dwi sempat bertanya ada apa, namun LN tetap diam. Selanjutnya LN dan Maruhum masuk ke kamar dan kedatangan kedua pelaku juga sempat dilihat Suparno. Setelah mengemasi pakaian dan dimasukkan ke dalam kantongan plastik, LN dan Maruhum keluar dan meminta Suparno yang kebetulan punya becak motor untuk mengantar. Tapi di Jl. Merdeka persisnya di simpang Jl. Cokro Aminoto, LN turun dan Maruhum justru meminta Suparno untuk mengantarnya ke Jl. H Ulakma Sinaga Rambung Merah. Setiba di sana, Suparno pun kembali ke kosnya. Selama rekon tersebut, beberapa warga juga sempat berteriak dan memaki Maruhum yang memperagakan adegan rekon. Namun terhenti saat polisi bertindak mengawal warga yang mendekat lokasi kamar 138 saat Maruhum memperagakan pembekapan Bosly diatas kasur.

Melalui Sarbudin Panjaitan, pihak keluarga meminta agar polisi bisa menangkap LN untuk mempertanggung jawabkan perbuatannya yang keji dan sadis tersebut. Meminta pula agar Maruhum dihukum mati karena dari adegan rekon tersebut sangat jelas tindakan sadis itu ia lakukan. “Yang jelas polisi harus menangkap pelaku lainnya terutama si LN. Jerat pelaku ini dengan hukuman mati,” kata Sarbudin. Kasubag Humas AKP Efendi Tarigan mengaku sampai saat ini pihaknya masih berusaha menangkap pelaku lain yang terlibat atas kematian Bosly.”Bagaimana pun, berbagai upaya akan tetap kita  lakukan agar pelaku bisa tertangkap secepat mungkin,” kata Efendi seraya bilang adegan rekon berjalan aman dan tertib. (dho/deo)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/