26 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Jangan Membodohi dengan Label SBI

Sekolah negeri maupun swasta baik tingkat SD, SMP hingga SMA Sederajat banyak yang mengaku Sekolah Bertaraf Internasional (SBI). Berdasarkan data dari Disdik Sumut, hingga saat ini belum satu pun sekolah yang memiliki predikatn tersebut. Lantas apa yang harus dilakukan pemerintah untuk mengatasi hal ini? Berikut wawancara wartawan koran ini Rahmat Sazaly dengan Pengamat Pendidikan Prof Selamat Triono Ahmad, Selasa (17/5).

Menurut Anda apa yang membuat sekolah mengaku bertaraf internasional?
Di Sumut tak sedikit sekolah yang mengaku SBI, mereka meyakinkan masyrakat dengan mengadopsi kurikulum dari luar negeri dan menghadirkan guru yang keynote speaker atau penutur asli dari luar negeri.

Apa tanggapan dengan hal itu?

Saya meminta agar sekolah yang mengaku mengelola sekolah seperti ini harus jujur kepada masyarakat, jangan hanya mengedepankan satu promosi institusi pendidikan saja. Masyarakat harus tahu, mana sekolah yang bertaraf internasional dan mana yang tidak. Jika termakan promosi, mereka bisa kecewa.

Biasanya sekolah yang mengklaim diri sebagai SBI biasanya hanya untuk mempromosikan diri. Namun, masalah mutu belum tentu baik meski dikenakan biaya pendidikan yang tinggi.

Pemerintah juga akan menertibkan institusi pendidikan berlabel SBI ini. Kebijakan ini untuk melindungi anak didik dalam bidang pendidikan menyusul diterbitkannya PP Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan.

Bukankah SBI merupakan satu program peningkatan mutu pendidikan?
Memang, salah satu program peningkatan mutu pendidikan adalah menciptakan SBI. Namun, untuk menuju hal tersebut, di Sumut saat ini sudah menerapkan institusi pendidikan dengan preddikat Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI).
Dari data yang ada tercatat 22 sekolah semacam ini yang tersebar di sejumlah kabupaten/kota di Sumut. 22 sekolah tersebut terdiri dari sekolah negeri maupun swasta yang memenuhi syarat, baik sarana, metode pembelajaran hingga mutu pendidiknya.

Apakah ada efek bagi siswa yang bersekolah di SBI ini?
Secara psikologi dan berdasarkan penelitian menunjukkan sebagian besar pelajar SBI memiliki aspek kognitif ke-Indonesiaan yang sangat rendah.

SBI tak mendorong tumbuhnya identitas sebagai orang Indonesia, akibatnya membentuk ketimpangan pendidikan antara mereka dari keluarga kaya dan keluarga miskin.

SBI maupun kelas internasional yang bermunculan sekarang merupakan tempat pendidikan yang tak nasionalis dan lebih menjurus pada korporasi atau komersialisasi pendidikan.

Dengan label Internasional, menurut Anda bukan satu penipuan?
Bukan penipuan, tapi melakukan pembodohan dengan mengklaim dirinya dengan label dan kualitas Internasional. Untuk pendirian SBI, harus melalui berbagai proses dan memenuhi kriteria. Meski pada proses berjalannya sekolah itu bisa saja mengalami penurunan, karena itu akreditasi sangat diperlukan.

Dengan adanya label Internasional diyakini peminatnya akan banyak. Namun mestinya dalam proses pengawasan, seharusnya dapat dibuktikan apakah sekolah tersebut benar berstatus sekolah berstandar Internasional atau tidak.
SBI bukanlah satu institusi pendidikan yang bertujuan meningkatkan status predikat dengan gengsi yang tinggi. Tapi, SBI juga harus mampu menjadi institusi pendidikan di tanah air yang berbasis Internasional. Bahkan bila perlu siswa luar negeri bisa sekolah di sekolah yang menerapkan strandar nasional. (*)

Sekolah negeri maupun swasta baik tingkat SD, SMP hingga SMA Sederajat banyak yang mengaku Sekolah Bertaraf Internasional (SBI). Berdasarkan data dari Disdik Sumut, hingga saat ini belum satu pun sekolah yang memiliki predikatn tersebut. Lantas apa yang harus dilakukan pemerintah untuk mengatasi hal ini? Berikut wawancara wartawan koran ini Rahmat Sazaly dengan Pengamat Pendidikan Prof Selamat Triono Ahmad, Selasa (17/5).

Menurut Anda apa yang membuat sekolah mengaku bertaraf internasional?
Di Sumut tak sedikit sekolah yang mengaku SBI, mereka meyakinkan masyrakat dengan mengadopsi kurikulum dari luar negeri dan menghadirkan guru yang keynote speaker atau penutur asli dari luar negeri.

Apa tanggapan dengan hal itu?

Saya meminta agar sekolah yang mengaku mengelola sekolah seperti ini harus jujur kepada masyarakat, jangan hanya mengedepankan satu promosi institusi pendidikan saja. Masyarakat harus tahu, mana sekolah yang bertaraf internasional dan mana yang tidak. Jika termakan promosi, mereka bisa kecewa.

Biasanya sekolah yang mengklaim diri sebagai SBI biasanya hanya untuk mempromosikan diri. Namun, masalah mutu belum tentu baik meski dikenakan biaya pendidikan yang tinggi.

Pemerintah juga akan menertibkan institusi pendidikan berlabel SBI ini. Kebijakan ini untuk melindungi anak didik dalam bidang pendidikan menyusul diterbitkannya PP Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan.

Bukankah SBI merupakan satu program peningkatan mutu pendidikan?
Memang, salah satu program peningkatan mutu pendidikan adalah menciptakan SBI. Namun, untuk menuju hal tersebut, di Sumut saat ini sudah menerapkan institusi pendidikan dengan preddikat Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI).
Dari data yang ada tercatat 22 sekolah semacam ini yang tersebar di sejumlah kabupaten/kota di Sumut. 22 sekolah tersebut terdiri dari sekolah negeri maupun swasta yang memenuhi syarat, baik sarana, metode pembelajaran hingga mutu pendidiknya.

Apakah ada efek bagi siswa yang bersekolah di SBI ini?
Secara psikologi dan berdasarkan penelitian menunjukkan sebagian besar pelajar SBI memiliki aspek kognitif ke-Indonesiaan yang sangat rendah.

SBI tak mendorong tumbuhnya identitas sebagai orang Indonesia, akibatnya membentuk ketimpangan pendidikan antara mereka dari keluarga kaya dan keluarga miskin.

SBI maupun kelas internasional yang bermunculan sekarang merupakan tempat pendidikan yang tak nasionalis dan lebih menjurus pada korporasi atau komersialisasi pendidikan.

Dengan label Internasional, menurut Anda bukan satu penipuan?
Bukan penipuan, tapi melakukan pembodohan dengan mengklaim dirinya dengan label dan kualitas Internasional. Untuk pendirian SBI, harus melalui berbagai proses dan memenuhi kriteria. Meski pada proses berjalannya sekolah itu bisa saja mengalami penurunan, karena itu akreditasi sangat diperlukan.

Dengan adanya label Internasional diyakini peminatnya akan banyak. Namun mestinya dalam proses pengawasan, seharusnya dapat dibuktikan apakah sekolah tersebut benar berstatus sekolah berstandar Internasional atau tidak.
SBI bukanlah satu institusi pendidikan yang bertujuan meningkatkan status predikat dengan gengsi yang tinggi. Tapi, SBI juga harus mampu menjadi institusi pendidikan di tanah air yang berbasis Internasional. Bahkan bila perlu siswa luar negeri bisa sekolah di sekolah yang menerapkan strandar nasional. (*)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/