32.8 C
Medan
Thursday, May 9, 2024

Lebih Baik Asyik Gila daripada Tidak Asyik

Horeee, akhirnya dunia gila bersama lagi. Sudah lama rasanya tidak ada ’’sesuatu’’ yang bisa bikin dunia bersatu. Dan begitu gila bersama yang ini reda, belum tentu ada lagi dalam lima tahun ke depan.

Azrul AnandaOrang lagi heboh dengan Pokemon GO. Seru membaca berita-beritanya, atau melihat aksi orang-orang ’’pelaku’’-nya. Sudah lama rasanya tidak ada sesuatu yang bisa mengajak dunia gila bersama. Dan ini bukan karena aksi terorisme, melainkan melalui kesenangan.

Coba ingat-ingat, tidak banyak lho sesuatu yang bisa seperti ini. Mungkin hanya dansa Macarena dan Gangnam Style yang hebohnya sampai seperti ini. Atau mungkin ada yang lain tapi saya tidak ingat.

Ya, ada hal-hal lain yang heboh, tapi tidak sampai pada tahap mengajak orang berbuat. Kalau cuman memaksa orang memantengi layar hape dan ketik-ketik, seperti Angry Birds atau apa, bagi saya tidak masuk hitungan.

Harus sesuatu yang benar-benar mengajak orang bergerak atau berbuat seru.

Tidak, saya tidak main Pokemon GO. Beberapa orang di sekeliling saya main, tapi rasanya saya tidak akan tergoda. Walaupun ternyata di dalam ruang redaksi Jawa Pos yang besar di Graha Pena Surabaya ada tiga PokeStop!
Tidak, saya tidak mencibir mereka yang main. Orang bersenang-senang kok dicibirin. Saya bukan orang sirik. Dan semoga tidak menjadi orang sirik.

Paling saya hanya geleng-geleng kepala, tepok jidat, tertawa terpingkal-pingkal, atau mendesah heran kalau membaca ulah atau kejadian yang menimpa para pemain Pokemon GO.

Dan saya memang tidak boleh mencibir atau menghujat.

Satu, karena saya memang suka yang gila-gila seperti itu, dan dulu pernah jadi pelaku. Dua, karena saya sangat mengapresiasi orang yang punya hobi dan niat menekuninya. Orang yang punya hobi biasanya jauh lebih keren dan lebih antusias. Di dunia kreatif seperti saya, orang yang punya hobi langkahnya bisa lebih jauh dalam berkarir dan berkarya.

Dulu, waktu masih pengangguran (kerjanya hanya kuliah dan pacaran), saya juga punya hobi koleksi mainan. Apa yang sedang heboh, kemungkinan besar saya punya, dan yang saya punya biasanya yang paling sulit atau paling heboh.

Pada 1998, saya pernah ikut demam Furby, mainan ’’electronic robot’’ yang bisa ’’tumbuh kembang’’ ala Tamagotchi.

Waktu itu mainan ini begitu heboh di Amerika, orang sampai berantem tinju-tinjuan (asli!) di dalam toko, berebut barang yang tersisa.

Supaya tidak berantem dan tinju-tinjuan dengan orang, saya dan teman kolektor suka mengunjungi superstore besar seperti Wal-Mart yang buka 24 jam. Datangnya tengah malam, lalu di sana sampai kadang jam tiga pagi, menunggu kiriman ’’dus mainan’’ baru datang.

Nah, sebelum dusnya sempat ditata di rak, kami membukanya duluan, mencari barang-barang yang dianggap langka. Misalnya, ya Furby tadi (warna yang paling diburu), atau mobil-mobilan Hot Wheels dan action figure Star Wars yang paling langka.

Kadang juga berburu boneka. Ya, saya dulu banyak beli boneka.

Horeee, akhirnya dunia gila bersama lagi. Sudah lama rasanya tidak ada ’’sesuatu’’ yang bisa bikin dunia bersatu. Dan begitu gila bersama yang ini reda, belum tentu ada lagi dalam lima tahun ke depan.

Azrul AnandaOrang lagi heboh dengan Pokemon GO. Seru membaca berita-beritanya, atau melihat aksi orang-orang ’’pelaku’’-nya. Sudah lama rasanya tidak ada sesuatu yang bisa mengajak dunia gila bersama. Dan ini bukan karena aksi terorisme, melainkan melalui kesenangan.

Coba ingat-ingat, tidak banyak lho sesuatu yang bisa seperti ini. Mungkin hanya dansa Macarena dan Gangnam Style yang hebohnya sampai seperti ini. Atau mungkin ada yang lain tapi saya tidak ingat.

Ya, ada hal-hal lain yang heboh, tapi tidak sampai pada tahap mengajak orang berbuat. Kalau cuman memaksa orang memantengi layar hape dan ketik-ketik, seperti Angry Birds atau apa, bagi saya tidak masuk hitungan.

Harus sesuatu yang benar-benar mengajak orang bergerak atau berbuat seru.

Tidak, saya tidak main Pokemon GO. Beberapa orang di sekeliling saya main, tapi rasanya saya tidak akan tergoda. Walaupun ternyata di dalam ruang redaksi Jawa Pos yang besar di Graha Pena Surabaya ada tiga PokeStop!
Tidak, saya tidak mencibir mereka yang main. Orang bersenang-senang kok dicibirin. Saya bukan orang sirik. Dan semoga tidak menjadi orang sirik.

Paling saya hanya geleng-geleng kepala, tepok jidat, tertawa terpingkal-pingkal, atau mendesah heran kalau membaca ulah atau kejadian yang menimpa para pemain Pokemon GO.

Dan saya memang tidak boleh mencibir atau menghujat.

Satu, karena saya memang suka yang gila-gila seperti itu, dan dulu pernah jadi pelaku. Dua, karena saya sangat mengapresiasi orang yang punya hobi dan niat menekuninya. Orang yang punya hobi biasanya jauh lebih keren dan lebih antusias. Di dunia kreatif seperti saya, orang yang punya hobi langkahnya bisa lebih jauh dalam berkarir dan berkarya.

Dulu, waktu masih pengangguran (kerjanya hanya kuliah dan pacaran), saya juga punya hobi koleksi mainan. Apa yang sedang heboh, kemungkinan besar saya punya, dan yang saya punya biasanya yang paling sulit atau paling heboh.

Pada 1998, saya pernah ikut demam Furby, mainan ’’electronic robot’’ yang bisa ’’tumbuh kembang’’ ala Tamagotchi.

Waktu itu mainan ini begitu heboh di Amerika, orang sampai berantem tinju-tinjuan (asli!) di dalam toko, berebut barang yang tersisa.

Supaya tidak berantem dan tinju-tinjuan dengan orang, saya dan teman kolektor suka mengunjungi superstore besar seperti Wal-Mart yang buka 24 jam. Datangnya tengah malam, lalu di sana sampai kadang jam tiga pagi, menunggu kiriman ’’dus mainan’’ baru datang.

Nah, sebelum dusnya sempat ditata di rak, kami membukanya duluan, mencari barang-barang yang dianggap langka. Misalnya, ya Furby tadi (warna yang paling diburu), atau mobil-mobilan Hot Wheels dan action figure Star Wars yang paling langka.

Kadang juga berburu boneka. Ya, saya dulu banyak beli boneka.

Artikel Terkait

Wayan di New York

Trump Kecele Lagi

Terpopuler

Artikel Terbaru

/