Kadang glue guy itu memang ada di posisi tertinggi. Yang bisa membawa semua menjadi lebih baik dengan berbagai cara. Bukan tidak mungkin glue guy itu adalah seorang office boy, yang saking cerianya setiap hari membuat orang-orang di kantor jadi bahagia.
Dan ternyata, yang paling susah adalah mencari atau mengidentifikasi glue guy tersebut. Karena dia belum tentu ”terlihat secara kasatmata”. Seorang glue guy cenderung tidak mau menonjolkan diri, apalagi sombong.
Kadang, untuk mengidentifikasinya, harus main sistem eliminasi.
Kalau ada yang ngomongnya sok tahu, sangat teoretis, dan cenderung tinggi hati, dia pasti bukan glue guy. Dan orang seperti itu biasanya tidak mau mengalah, bahkan tidak tahu bagaimana harus mengalah.
Ada juga yang suka SKSD. Suka mendekat ke sana, akrab ke sini, dan lain sebagainya. Glue guy? Belum tentu juga. Dia malah bisa jadi sumber masalah karena suka ngegosip ke sana dan kemari, wkwkwkwk…
Sang glue guy itu belum tentu marketing yang langsung mendatangkan omzet paling banyak. Belum tentu orang keuangan yang paling hebat mengedepankan efisiensi.
Lalu, yang mana? Susah, bukan?
Karena sang glue guy belum tentu kelihatan. Bagi yang suka berolahraga, apalagi olahraga beregu, mungkin bisa lebih terlatih dalam mengidentifikasi siapa glue guy di timnya.
Dalam organisasi yang lebih besar akan sulit. Semakin besar lagi, semakin sulit lagi. Bahkan dalam skala pemerintahan, kalau tidak ada glue guy-nya, segalanya bisa berantakan.
Glue guy itulah yang punya hati baik ”membelokkan” atau ”menyiasati” di saat pimpinannya tidak perhatian/paham. Glue guy itulah yang mengorbankan kepentingannya/kepentingan organisasinya supaya tidak terjadi benturan dengan organisasi lain karena aturan/undang-undang yang tidak sinkron. Glue guy itu yang rela pontang-panting ke sana kemari –melebihi tugas dan tanggung jawabnya– supaya semua yang direncanakan bersama bisa terealisasi sesuai harapan.
Alangkah celakanya apabila tidak ada glue guy di sekitar kita. Karena sering kali dialah yang paling berharga… (*)