Anyway, dalam tulisan ini, saya tetap tidak ingin memberi saran untuk orang muda. Saya juga berharap para orang tua tidak terlalu sok memberi saran. Lagi pula, emang dulunya para orang tua itu hidupnya tertib aman sentosa? Belum tentu, bukan?
Dan silakan browsing kutipan-kutipan terbaik dari pidato-pidato kelulusan. Para orang hebat justru tidak mau memberi saran. Kebanyakan justru tidak menyarankan kita jadi orang paling baik, jadi orang paling pintar, atau harus begini dan begitu.
Contoh, Michael Dell (pendiri Dell Technologies) di University of Texas tahun 2003. Dia bilang: ”Jangan pernah mencoba menjadi orang paling pintar di dalam ruangan Anda. Kalau ternyata Anda paling pintar, maka undanglah orang yang lebih pintar, atau cari ruangan yang lain.”
Oprah Winfrey, salah satu talk show host paling top dalam sejarah, juga tidak mau memberi saran rumit. ”Kadang kita menemukan apa yang seharusnya kita lakukan, justru dengan melakukan hal-hal yang tidak seharusnya kita lakukan.” Begitu ucapnya di Howard University, tahun 2007.
Penulis Harry Potter, J.K. Rowling, juga bercerita bahwa dia menjadi dirinya justru karena tidak mendengarkan saran orang tua.
”Saya dulu yakin bahwa saya hanya ingin menulis novel. Tapi, orang tua saya –keduanya datang dari keluarga kurang mampu dan tak pernah kuliah– memandang bahwa imajinasi saya tidak akan pernah cukup untuk membayar cicilan rumah atau mengamankan dana pensiun. Sekarang saya tahu ironi bisa menghantam (begitu kuat),” kata sang penulis superkaya, saat berbicara di Harvard pada 2008.
Ya, ya, saya tahu tidak semua orang bisa jadi seperti mereka.
Seperti kata profesor ekonomi di kampus saya dulu, di hidup ini, selalu ada 5 persen yang hebat luar biasa, 90 persen yang biasa-biasa saja, dan 5 persen yang gagal total.
Tapi, kalau kita harus jadi biasa-biasa saja, atau gagal total, bukankah akan lebih baik kalau mencapainya sambil melakukan apa yang kita sukai?
Saya tahu, sekarang ada banyak orang tua mulai memusingkan kelanjutan sekolah atau masa depan anak-anaknya.
Karena anak-anak saya masih kecil, saya belum sampai tahap situ pusingnya. Tapi saya tahu, saya akan berpikir seperti ayah saya dulu. Saya tidak akan memberi saran berlebihan, atau bahkan tidak ingin memberi saran sama sekali.
”Terserah aja dia nanti mau bagaimana nanti. Kalau jadi ya jadi, kalau hancur ya hancur…”
Serius, itu kata ayah saya dulu.
Wkwkwkwk… (*)