25.6 C
Medan
Tuesday, May 14, 2024

Ibu Kritis Bayi Meninggal, RS Vita Insani Didemo

Foto: DHEV BAKKARA/Metro Siantar/JPNN Ratusan masyarakat yang tergabung Lembaga Swadaya Masyarakat Peduli Pembangunan Indonesia (LSM Pendoa) melintas sambil berorasi di depan RS.Vita Insani,terkait tewasnya seorang bayi yang diduga akibat malpraktek, Jumat (4/12/2015).
Foto: DHEV BAKKARA/Metro Siantar/JPNN
Ratusan masyarakat yang tergabung Lembaga Swadaya Masyarakat Peduli Pembangunan Indonesia (LSM Pendoa) melintas sambil berorasi di depan RS.Vita Insani,terkait tewasnya seorang bayi yang diduga akibat malpraktek, Jumat (4/12/2015).

SIANTAR, SUMUTPOS.CO – Peristiwa yang menimpa Monita br Sinaga, ibu yang kehilangan anaknya usai melahirkan di RS Vita Insani serta menderita infeksi kelamin berbuntut panjang. Kasus itu berujung demonstrasi ratusan warga Pematangsiantar, Jumat (4/12) siang.

Massa tergabung dalam Lembaga Swadaya Masyarakat Peduli Pembangunan Indonesia (LSM Pendoa). Aksi itu dimulai dari Kantor Walikota Siantar.

Kordinator aksi, Ungkap Marpaung meminta Pemko Siantar untuk mempertimbangkan kembali keberadaan RS Vita Insani. Sebab dianggap terlalu banyak kesalahan dalam menangani pasien.

“Tutup RS Vita Insani, mereka telah Mal Praktek Monita br Sinaga,” pekik massa di Kantor Walikota.

Tak lama, pihak Pemko Siantar diwakili Kepala Kantor (Kakan) Satpol PP Kota Siantar, Zulham Situmorang langsung menerima massa.

Zulham menerima tuntutan dari para massa dan akan menyampaikan kepada pimpinannya untuk tindak lanjut.

Namun, Sekretaris Umum LSM Pendoa Yukie H Rushdie SH, mengatakan bahwa pihaknya telah menyurati Pemko Siantar jauh sebelumnya. Kedatangan mereka saat ini, adalah untuk meminta tindaklanjut dari surat mereka itu.

“Yang mau kami tanya sudah sejauh mana surat kami ditindaklanjuti. Apakah surat kami hanya didiamkan saja,” katanya.

Zulham tak bisa menjawab. Namun Zulham, meminta massa untuk memberikan ia waktu untuk menanyakan hal tersebut. Massa kecewa dan meninggalkan Kantor Walikota menuju RS Vita Insani.

Di perjalanan, tak henti-hentinya massa berteriak. “Tutup RS Vita Insani, adili dr Eka Parulian Hutasoit yang mengoperasi Monika hingga bayi Monika meninggal dan Monika menderita infeksi pada kelamin,” pekik massa hingga tiba di RS Vita Insani.

Di RS, massa tidak ada meminta pendapat dari pihak Vita Insani. Mereka hanya menyampaikan bahwa RS Vita Insani diduga telah melakukan Mal Praktik yang berakibat hilangnya nyawa seorang bayi dan membuat ibu sang bayi kritis. Hingga dilarikan keluarga ke RS di Penang (Malaysia).

Tak berapa lama di RS, massa pun melanjutkan perjalanan ke DPRD Siantar untuk meminta sikap para wakil rakyat. Di DPRD, mereka disambut salah seorang anggota DPRD dari Komisi III, Oberlin Malau.

Oberlin mengatakan, bahwa secara prinsip, DPRD menerima aspirasi masyarakatnya. Ia berjanji akan menyampaikan hal tersebut ke Pimpinan DPRD untuk ditindaklanjuti.

Jawaban Oberlin juga menuai kekecewaan massa. Sebab, menurut Yukie kasus ini bukan kali pertama disampaikan. Sebelumnya juga dilayangkan surat, namun tidak ada tanggapan.

“Kami meminta tanggapan dari DPRD atas hal ini,” katanya Yukie.

Oberlin tidak bisa banyak berkomentar. Sebab menurutnya unsur Pimpinan DPRD tidak berada di tempat.

Foto: DHEV BAKKARA/Metro Siantar/JPNN Ratusan masyarakat yang tergabung Lembaga Swadaya Masyarakat Peduli Pembangunan Indonesia (LSM Pendoa) melintas sambil berorasi di depan RS.Vita Insani,terkait tewasnya seorang bayi yang diduga akibat malpraktek, Jumat (4/12/2015).
Foto: DHEV BAKKARA/Metro Siantar/JPNN
Ratusan masyarakat yang tergabung Lembaga Swadaya Masyarakat Peduli Pembangunan Indonesia (LSM Pendoa) melintas sambil berorasi di depan RS.Vita Insani,terkait tewasnya seorang bayi yang diduga akibat malpraktek, Jumat (4/12/2015).

SIANTAR, SUMUTPOS.CO – Peristiwa yang menimpa Monita br Sinaga, ibu yang kehilangan anaknya usai melahirkan di RS Vita Insani serta menderita infeksi kelamin berbuntut panjang. Kasus itu berujung demonstrasi ratusan warga Pematangsiantar, Jumat (4/12) siang.

Massa tergabung dalam Lembaga Swadaya Masyarakat Peduli Pembangunan Indonesia (LSM Pendoa). Aksi itu dimulai dari Kantor Walikota Siantar.

Kordinator aksi, Ungkap Marpaung meminta Pemko Siantar untuk mempertimbangkan kembali keberadaan RS Vita Insani. Sebab dianggap terlalu banyak kesalahan dalam menangani pasien.

“Tutup RS Vita Insani, mereka telah Mal Praktek Monita br Sinaga,” pekik massa di Kantor Walikota.

Tak lama, pihak Pemko Siantar diwakili Kepala Kantor (Kakan) Satpol PP Kota Siantar, Zulham Situmorang langsung menerima massa.

Zulham menerima tuntutan dari para massa dan akan menyampaikan kepada pimpinannya untuk tindak lanjut.

Namun, Sekretaris Umum LSM Pendoa Yukie H Rushdie SH, mengatakan bahwa pihaknya telah menyurati Pemko Siantar jauh sebelumnya. Kedatangan mereka saat ini, adalah untuk meminta tindaklanjut dari surat mereka itu.

“Yang mau kami tanya sudah sejauh mana surat kami ditindaklanjuti. Apakah surat kami hanya didiamkan saja,” katanya.

Zulham tak bisa menjawab. Namun Zulham, meminta massa untuk memberikan ia waktu untuk menanyakan hal tersebut. Massa kecewa dan meninggalkan Kantor Walikota menuju RS Vita Insani.

Di perjalanan, tak henti-hentinya massa berteriak. “Tutup RS Vita Insani, adili dr Eka Parulian Hutasoit yang mengoperasi Monika hingga bayi Monika meninggal dan Monika menderita infeksi pada kelamin,” pekik massa hingga tiba di RS Vita Insani.

Di RS, massa tidak ada meminta pendapat dari pihak Vita Insani. Mereka hanya menyampaikan bahwa RS Vita Insani diduga telah melakukan Mal Praktik yang berakibat hilangnya nyawa seorang bayi dan membuat ibu sang bayi kritis. Hingga dilarikan keluarga ke RS di Penang (Malaysia).

Tak berapa lama di RS, massa pun melanjutkan perjalanan ke DPRD Siantar untuk meminta sikap para wakil rakyat. Di DPRD, mereka disambut salah seorang anggota DPRD dari Komisi III, Oberlin Malau.

Oberlin mengatakan, bahwa secara prinsip, DPRD menerima aspirasi masyarakatnya. Ia berjanji akan menyampaikan hal tersebut ke Pimpinan DPRD untuk ditindaklanjuti.

Jawaban Oberlin juga menuai kekecewaan massa. Sebab, menurut Yukie kasus ini bukan kali pertama disampaikan. Sebelumnya juga dilayangkan surat, namun tidak ada tanggapan.

“Kami meminta tanggapan dari DPRD atas hal ini,” katanya Yukie.

Oberlin tidak bisa banyak berkomentar. Sebab menurutnya unsur Pimpinan DPRD tidak berada di tempat.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/