26.7 C
Medan
Sunday, April 28, 2024

Evi Diana Perkenalkan Cabai Karo

Ketua TP PKK Sumatera Utara (Sumut) Evi Diana Erry Nuradi, memperkenalkan cabai Karo.

MEDAN, SUMUTPOS.CO -Ketua TP PKK Sumatera Utara (Sumut) Evi Diana Erry Nuradi, memperkenalkan cabai merah spesifik varietas temper ungu, yang berasal dari Kabupaten Karo, kepada Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman, pada teleconferences Gerakan Tanam Cabai dengan 10 provinsi, Senin (10/4).

Dari dialog tersebut, Mentan terkesan dengan cabai yang bisa berproduksi mencapai 2.000 gram per batang sampai umur 2 tahun, dan tahan penyakit keriting.

“Boleh tidak, cabainya didistribusikan ke daeraah lain?” tanya Amran, menunjukkan minatnya sekaligus meminta cabai temper ungu diperlihatkan.

Pada teleconferences yang dipusatkan di Desa Glesungreji, Kecamatan Baturetno, Wonigiri, Jawa Tengah itu, awalnya dijadwalkan dihadiri Ketua TP PKK Pusat, yang kemudian diwakili Nyonya Tjahyo Kumolo, dan Menteri Pertanian di Jakarta. Kegiatan diikuti provinsi lainnya, seperti Sumut, Jawa Barat, Jawa Timur, Sumatera Barat, Bengkulu, Jambi, Kalimantan Barat, dan Sulawesi Selatan.

Sumut dipilih sebagai satu lokasi teleconference, karena proaktif mendukung Program Gerakan Tanam Cabai di Sumut. Evi menjelaskan, adapun gerakan Sumut dalam menyukseskan Gerakan Tanam Cabai yakni dengan memberikan bantuan bibit cabai merah 1.250.000 polybag yang berasal dari program pusat dan daerah. Selain itu ada bantuan bibit, saprodi, dan membangun kebun bibit kepada 60 kelompok wanita dan

dasawisma 6 kabupaten, untuk pemanfaatan lahan pekarangan. Masing-masing kelompok menerima Rp20 juta, dengan total anggaran Rp1,2 miliar.

Dalam kesempatan itu, Evi menyerahkan secara simbolis 15 ribu bibit cabai kepada 33 Ketua TP PKK kabupaten/kota. Evi didampingi Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Dahler Lubis, yang juga menyerahkan bantuan unggas untuk dipelihara di pekarangan.

Seperti diketahui, pada Mei 2016 lalu telah didaftarkan cabai merah spesifik Sumut dari Kabupaten Karo varietas temper ungu. Kelebihan varietas itu di antaranya dapat berproduksi hingga umur 2 tahun, produksi per batang mencapai 2.000 gram, sedangkan varietas biasa hanya 600-700 gram. Adaptif sampai ketinggian 1.400 mdpk, dan tahan penyakit keriting.

Kepala Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sumut, Andriko menjelaskan, pada 25 Novemver 2016 lalu, Menteri Pertanian mencanangkan gerakan penanaman 50 juta tanaman cabai di seluruh Indonesia, yang melibatkan TP PKK pusat dan daerah, melalui pemanfaatan pekarangan rumah, sekolah, kantor, dan gedung-gedung. Program ini bertujuan mewujudkan kemandirian pangan, khususnya cabai, yang setiap tahun menjadi sumber inflasi di Indonesia.

Andriko mengatakan, saat ini pihaknya telah menyediakan bibit cabai untuk siap disalurkan sebanyak 150 ribu bibit, dari 1 juta bibit yang ditargetkan. “Sebelumnya telah disalurkan 13.500 bibit, dan terus kami upayakan produksi dan distribusinya. Untuk memudahkan distribusi, karena wilayah Sumut cukup luas, kami bagi dalam enam stasiun

distribusi,” bebernya.

Ia menjelaskan, sebenarnya Sumut surplus cabai merah dengan produksi mencapai kisaran 184 ribu ton per tahun. Namun, komoditi cabai sering menjadi sumber inflasi, karena harga cabai melambung tinggi. “Sumut sebenarnya surplus dan menjadi penyumbang cabai di sekitar Sumut. Namun pada titik tertentu, harga cabai melambung tinggi. Kalau setiap kelurga bisa tanam cabai 10 pohon, maka setahun bisa 35 ribu ton, atau 50 persen kebutuhan cabai. Ini angka yang signifikan,” pungkas Andriko. (bal/saz)

Ketua TP PKK Sumatera Utara (Sumut) Evi Diana Erry Nuradi, memperkenalkan cabai Karo.

MEDAN, SUMUTPOS.CO -Ketua TP PKK Sumatera Utara (Sumut) Evi Diana Erry Nuradi, memperkenalkan cabai merah spesifik varietas temper ungu, yang berasal dari Kabupaten Karo, kepada Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman, pada teleconferences Gerakan Tanam Cabai dengan 10 provinsi, Senin (10/4).

Dari dialog tersebut, Mentan terkesan dengan cabai yang bisa berproduksi mencapai 2.000 gram per batang sampai umur 2 tahun, dan tahan penyakit keriting.

“Boleh tidak, cabainya didistribusikan ke daeraah lain?” tanya Amran, menunjukkan minatnya sekaligus meminta cabai temper ungu diperlihatkan.

Pada teleconferences yang dipusatkan di Desa Glesungreji, Kecamatan Baturetno, Wonigiri, Jawa Tengah itu, awalnya dijadwalkan dihadiri Ketua TP PKK Pusat, yang kemudian diwakili Nyonya Tjahyo Kumolo, dan Menteri Pertanian di Jakarta. Kegiatan diikuti provinsi lainnya, seperti Sumut, Jawa Barat, Jawa Timur, Sumatera Barat, Bengkulu, Jambi, Kalimantan Barat, dan Sulawesi Selatan.

Sumut dipilih sebagai satu lokasi teleconference, karena proaktif mendukung Program Gerakan Tanam Cabai di Sumut. Evi menjelaskan, adapun gerakan Sumut dalam menyukseskan Gerakan Tanam Cabai yakni dengan memberikan bantuan bibit cabai merah 1.250.000 polybag yang berasal dari program pusat dan daerah. Selain itu ada bantuan bibit, saprodi, dan membangun kebun bibit kepada 60 kelompok wanita dan

dasawisma 6 kabupaten, untuk pemanfaatan lahan pekarangan. Masing-masing kelompok menerima Rp20 juta, dengan total anggaran Rp1,2 miliar.

Dalam kesempatan itu, Evi menyerahkan secara simbolis 15 ribu bibit cabai kepada 33 Ketua TP PKK kabupaten/kota. Evi didampingi Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Dahler Lubis, yang juga menyerahkan bantuan unggas untuk dipelihara di pekarangan.

Seperti diketahui, pada Mei 2016 lalu telah didaftarkan cabai merah spesifik Sumut dari Kabupaten Karo varietas temper ungu. Kelebihan varietas itu di antaranya dapat berproduksi hingga umur 2 tahun, produksi per batang mencapai 2.000 gram, sedangkan varietas biasa hanya 600-700 gram. Adaptif sampai ketinggian 1.400 mdpk, dan tahan penyakit keriting.

Kepala Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sumut, Andriko menjelaskan, pada 25 Novemver 2016 lalu, Menteri Pertanian mencanangkan gerakan penanaman 50 juta tanaman cabai di seluruh Indonesia, yang melibatkan TP PKK pusat dan daerah, melalui pemanfaatan pekarangan rumah, sekolah, kantor, dan gedung-gedung. Program ini bertujuan mewujudkan kemandirian pangan, khususnya cabai, yang setiap tahun menjadi sumber inflasi di Indonesia.

Andriko mengatakan, saat ini pihaknya telah menyediakan bibit cabai untuk siap disalurkan sebanyak 150 ribu bibit, dari 1 juta bibit yang ditargetkan. “Sebelumnya telah disalurkan 13.500 bibit, dan terus kami upayakan produksi dan distribusinya. Untuk memudahkan distribusi, karena wilayah Sumut cukup luas, kami bagi dalam enam stasiun

distribusi,” bebernya.

Ia menjelaskan, sebenarnya Sumut surplus cabai merah dengan produksi mencapai kisaran 184 ribu ton per tahun. Namun, komoditi cabai sering menjadi sumber inflasi, karena harga cabai melambung tinggi. “Sumut sebenarnya surplus dan menjadi penyumbang cabai di sekitar Sumut. Namun pada titik tertentu, harga cabai melambung tinggi. Kalau setiap kelurga bisa tanam cabai 10 pohon, maka setahun bisa 35 ribu ton, atau 50 persen kebutuhan cabai. Ini angka yang signifikan,” pungkas Andriko. (bal/saz)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/