25.6 C
Medan
Saturday, May 11, 2024

Sagala: Aku Selalu Diusir Dia dan Anaknya dari Rumah

Sahala Sagala, tersangka pembunuh adiknya sendiri.

ASAHAN, SUMUTPOS.CO Pertikaian berdarah abang dan adik kandung dan berujung hilangnya nyawa di Dusun II, Desa Rawang Baru, Kec Rawang Panca Arga, Asahan, Rabu (8/11) ternyata bukan hanya soal warisan. Ternyata ada motif lain di balik peristiwa itu.

Tersangka Sahala Sagala (58), mengaku menikam adiknya sendiri, Timbang Sagala (56), karena dirinya sering dicela dan diusir dari rumah peninggalan orangtua mereka.

“Gimana lae, dia (Timbang Sagala) sama anak-anaknya selalu menghina dan ngusir aku dari rumah,” kata Sahala Sagala, saat ditemui wartawan, di Mapolsek Kota Kisaran.

Terus diusir hingga dicela adik dan keponakannya sendiri, membuat Sahala Sagala (56) gelap mata hingga melakukan penikaman dan menewaskan adik bungsunya, Timbang Sagala, Rabu (8/11) lalu.

“Gimana lae, dia (Timbang Sagala) sama anak-anaknya selalu menghina dan ngusir aku dari rumah,” kata Sahala Sagala.

Diakui pecatan tentara tahun 1988 ini, meski berstatus pengangguran dan menumpang di rumah peninggalan orangtuanya, dirinya merasa tidak pantas direndahkan Timbang dan anak-anaknya.

“Aku pulang kampung baru 4 bulan ini. Selama ini aku yang masak, sementara orang itu macam bos. Sejak orangtua kami sudah meninggal dunia, yang nempati ya adekku itu sama anak-anaknya. Kan nggak salah kalo aku numpang sementara, karena istriku sudah meninggal dan aku mau cari kerja di sini,” ucapnya.

Diakuinya, meski menyimpan sakit hati, namun tak ada sedikitpun menyimpan hasrat untuk menghilangkan nyawa Timbang, adik bungsunya dari enam bersaudara.

“Nggak ada niat mau matikan aku lae, cuma mau ngasih pelajaran. Spontan aja nikam dia. Pisaunya kuambil dari rumah, nggak ada kusiapkan. Nyesal kali lah aku lae. Apalagi ingat nasib ponakan-ponakanku,” kilahnya.

“Sementara ini kita sangkakan pasal 338 subsider pasal 351 ayat 3. Motif karna sakit hati terhadap korban,” ujar Kanit Reskrim Polsek Kota Kisaran, Ipda Syamsul Adhar SH, usai pemeriksaan.

Sahala Sagala, tersangka pembunuh adiknya sendiri.

ASAHAN, SUMUTPOS.CO Pertikaian berdarah abang dan adik kandung dan berujung hilangnya nyawa di Dusun II, Desa Rawang Baru, Kec Rawang Panca Arga, Asahan, Rabu (8/11) ternyata bukan hanya soal warisan. Ternyata ada motif lain di balik peristiwa itu.

Tersangka Sahala Sagala (58), mengaku menikam adiknya sendiri, Timbang Sagala (56), karena dirinya sering dicela dan diusir dari rumah peninggalan orangtua mereka.

“Gimana lae, dia (Timbang Sagala) sama anak-anaknya selalu menghina dan ngusir aku dari rumah,” kata Sahala Sagala, saat ditemui wartawan, di Mapolsek Kota Kisaran.

Terus diusir hingga dicela adik dan keponakannya sendiri, membuat Sahala Sagala (56) gelap mata hingga melakukan penikaman dan menewaskan adik bungsunya, Timbang Sagala, Rabu (8/11) lalu.

“Gimana lae, dia (Timbang Sagala) sama anak-anaknya selalu menghina dan ngusir aku dari rumah,” kata Sahala Sagala.

Diakui pecatan tentara tahun 1988 ini, meski berstatus pengangguran dan menumpang di rumah peninggalan orangtuanya, dirinya merasa tidak pantas direndahkan Timbang dan anak-anaknya.

“Aku pulang kampung baru 4 bulan ini. Selama ini aku yang masak, sementara orang itu macam bos. Sejak orangtua kami sudah meninggal dunia, yang nempati ya adekku itu sama anak-anaknya. Kan nggak salah kalo aku numpang sementara, karena istriku sudah meninggal dan aku mau cari kerja di sini,” ucapnya.

Diakuinya, meski menyimpan sakit hati, namun tak ada sedikitpun menyimpan hasrat untuk menghilangkan nyawa Timbang, adik bungsunya dari enam bersaudara.

“Nggak ada niat mau matikan aku lae, cuma mau ngasih pelajaran. Spontan aja nikam dia. Pisaunya kuambil dari rumah, nggak ada kusiapkan. Nyesal kali lah aku lae. Apalagi ingat nasib ponakan-ponakanku,” kilahnya.

“Sementara ini kita sangkakan pasal 338 subsider pasal 351 ayat 3. Motif karna sakit hati terhadap korban,” ujar Kanit Reskrim Polsek Kota Kisaran, Ipda Syamsul Adhar SH, usai pemeriksaan.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/