31.7 C
Medan
Thursday, May 16, 2024

Kini Jadi Pemulung, Mimpikan Rumah Dibedah

Usianya kini sudah 64 tahun, namun Umum Simanjuntak seorang warga Lingkungan Aekriung, Kelurahan Pardamean, Kecamatan Rantau Selatan, Kabupaten Labuhanbatu itu masih mengingat jelas masa lalunya.

CARI BARANG BEKAS:  Umum Simanjuntak, mantan Kepling terbaik 7 tahun berturut-turut mencari barang bekas.//Joko/sumut pos
CARI BARANG BEKAS: Umum Simanjuntak, mantan Kepling terbaik 7 tahun berturut-turut mencari barang bekas.//Joko/sumut pos

Saat disambangi Sumut Pos, Selasa (21/5) di sekitaran kantin Pengadilan Negeri (PN) Rantauprapat, Umum sedang memungut sampah. Dia mengenakan baju cokelat, peci dan sandal jepit yang mulai usang.

Tidak disangka Umum ternyata dulunya Kepala Lingkungan (Kepling) terbaik selama 7 tahun berturut-turut untuk tingkat kabupaten.
“Saya tidak menjadi Kepling lagi sejak tahun 2004 lalu, karena berpindah tempat dari Kecamatan Rantau Utara ke Kecamatan Rantau Selatan,” tutur ayah 6 anak ini.

Kala itu pimpinannya masih mempertahankan posisinya sebagai Kepling selama dua tahun, walau dia sudah pindah kecamatan, setelah itu saya diganti. “Sejak saat itulah saya bekerja mocok-mocok, termasuk jadi pengumpul barang bekas,” sebutnya sembari memperlihatkan barang bekas yang dibawanya di dalam goni.

Saat masih menjabat kepling, Umum sangat berpartisipasi dengan kegiatan pemerintah. Komunikasi selalu terjalin dengan masyarakat. Dia bahkan rela merogoh kocek sendiri demi suksesnya kegiatan di kelurahannya.

“Bahkan saya satu-satunya Kepling yang mau menyediakan piala waktu MTQ. Karena memang saat itu banyak kegiatan, Kepling yang lain merasa tidak sanggup. Tapi itulah bentuk loyalitas saya kepada pemerintah dan saya juga membuat program makanan bayi sehat, saat itu bubur dan telur. Kepada anak-anak muda juga saya rangkul untuk membuat kegiatan,” katanya.

Untuk menjadi Kepling terbaik selama 7 berturut-turut, Umum yang menjadi Kepling selama 24 tahun aktif di bidang keagamaan umat Muslim, walaupun dia beragama Nasarani. “Saya pernah membuat papan 5K yang besar, kalau tidak salah biayanya Rp190.000, padahal anggaran yagn diberikan cuma Rp7.500. Terus masalah kebersihan, ketertiban, ketentraman tetap saya upayakan,” tambah pria kelahiran Kecamatan Sipiongot, Kabupaten Tapsel itu.

Penilaian yang paling tinggi terhadap Umum saat itu, dia mampu membangun Poskamling bertingkat dilengkapi dengan fasilitas, di antaranya pentungan, lonceng, taman serta fasilitas lainnya. “Kuncinya memang laksanakanlah tugas sesuai petunjuk dan jalin komunikasi dengan warga,” saran pemulung yang memiliki penghasilan saat ini rata-rata Rp60.000 perharinya.

Ditanya apakah kehidupannya sekarang mampu menanggulangi biaya kehidupan sehari-hari, Umum Simanjuntak sempat terdiam. Untuk memenuhi kebutuhan, terpaksa tiga anaknya bekerja usai pulang sekolah.

“Kalau yang SMEA mencuci pakaianlah tempat orang, SMP kerja di doorsmeer, sedangkan yang SD mungut berondolan. Kalau tidak begitu kurasa tidak cukuplah penghasilanku sekarang,” sebutnya.
Umum berharap kepada pemerintah agar membedah rumahnya di Jalan Lingkungan Aekriung, Kelurahan Pardamean, Kecamatan Rantau Selatan, Kabupaten Labuhanbatu. Dia menganggap rumah yang ditempatinya tidak layak huni. Untuk memperbaiki, Umum tidak memiliki uang, hanya cukup memenuhi kebutuhan keluarga. (jok)

Usianya kini sudah 64 tahun, namun Umum Simanjuntak seorang warga Lingkungan Aekriung, Kelurahan Pardamean, Kecamatan Rantau Selatan, Kabupaten Labuhanbatu itu masih mengingat jelas masa lalunya.

CARI BARANG BEKAS:  Umum Simanjuntak, mantan Kepling terbaik 7 tahun berturut-turut mencari barang bekas.//Joko/sumut pos
CARI BARANG BEKAS: Umum Simanjuntak, mantan Kepling terbaik 7 tahun berturut-turut mencari barang bekas.//Joko/sumut pos

Saat disambangi Sumut Pos, Selasa (21/5) di sekitaran kantin Pengadilan Negeri (PN) Rantauprapat, Umum sedang memungut sampah. Dia mengenakan baju cokelat, peci dan sandal jepit yang mulai usang.

Tidak disangka Umum ternyata dulunya Kepala Lingkungan (Kepling) terbaik selama 7 tahun berturut-turut untuk tingkat kabupaten.
“Saya tidak menjadi Kepling lagi sejak tahun 2004 lalu, karena berpindah tempat dari Kecamatan Rantau Utara ke Kecamatan Rantau Selatan,” tutur ayah 6 anak ini.

Kala itu pimpinannya masih mempertahankan posisinya sebagai Kepling selama dua tahun, walau dia sudah pindah kecamatan, setelah itu saya diganti. “Sejak saat itulah saya bekerja mocok-mocok, termasuk jadi pengumpul barang bekas,” sebutnya sembari memperlihatkan barang bekas yang dibawanya di dalam goni.

Saat masih menjabat kepling, Umum sangat berpartisipasi dengan kegiatan pemerintah. Komunikasi selalu terjalin dengan masyarakat. Dia bahkan rela merogoh kocek sendiri demi suksesnya kegiatan di kelurahannya.

“Bahkan saya satu-satunya Kepling yang mau menyediakan piala waktu MTQ. Karena memang saat itu banyak kegiatan, Kepling yang lain merasa tidak sanggup. Tapi itulah bentuk loyalitas saya kepada pemerintah dan saya juga membuat program makanan bayi sehat, saat itu bubur dan telur. Kepada anak-anak muda juga saya rangkul untuk membuat kegiatan,” katanya.

Untuk menjadi Kepling terbaik selama 7 berturut-turut, Umum yang menjadi Kepling selama 24 tahun aktif di bidang keagamaan umat Muslim, walaupun dia beragama Nasarani. “Saya pernah membuat papan 5K yang besar, kalau tidak salah biayanya Rp190.000, padahal anggaran yagn diberikan cuma Rp7.500. Terus masalah kebersihan, ketertiban, ketentraman tetap saya upayakan,” tambah pria kelahiran Kecamatan Sipiongot, Kabupaten Tapsel itu.

Penilaian yang paling tinggi terhadap Umum saat itu, dia mampu membangun Poskamling bertingkat dilengkapi dengan fasilitas, di antaranya pentungan, lonceng, taman serta fasilitas lainnya. “Kuncinya memang laksanakanlah tugas sesuai petunjuk dan jalin komunikasi dengan warga,” saran pemulung yang memiliki penghasilan saat ini rata-rata Rp60.000 perharinya.

Ditanya apakah kehidupannya sekarang mampu menanggulangi biaya kehidupan sehari-hari, Umum Simanjuntak sempat terdiam. Untuk memenuhi kebutuhan, terpaksa tiga anaknya bekerja usai pulang sekolah.

“Kalau yang SMEA mencuci pakaianlah tempat orang, SMP kerja di doorsmeer, sedangkan yang SD mungut berondolan. Kalau tidak begitu kurasa tidak cukuplah penghasilanku sekarang,” sebutnya.
Umum berharap kepada pemerintah agar membedah rumahnya di Jalan Lingkungan Aekriung, Kelurahan Pardamean, Kecamatan Rantau Selatan, Kabupaten Labuhanbatu. Dia menganggap rumah yang ditempatinya tidak layak huni. Untuk memperbaiki, Umum tidak memiliki uang, hanya cukup memenuhi kebutuhan keluarga. (jok)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/