31.7 C
Medan
Saturday, May 18, 2024

Nini Biring Kerja 10 Jam Sehari

Rostina br Sembiring alias Nini Biring (63) .
Rostina br Sembiring alias Nini Biring (63) .

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Meski sakti mandraguna dan tubuhnya bisa mengeluarkan benda-benda aneh, tapi kehidupan Rosnita br Sembiring alias Nini Biring, tak ubahnya dengan manusia biasa. Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, nenek yang telah menginjak usia 63 tahun itu tetap giat bekerja sebagai tukang kutip retribusi kebersihan di Pajak Pancur Batu.

Di mata para pedagang, Nini Biring adalah sosok wanita tua yang gigih bekerja, ramah dan baik hati.  Hal ini terungkap saat awak koran ini mengikuti Nini Biring mulai dari rumah, hingga selesai mengutip retribusi di Pajak Pancurbatu, Minggu (22/12).

Pantauan POSMETRO MEDAN (grup JPNN), seperti bisa dari rumahnya di Desa Pertampilan, Kec. Pancurbatu, Nini Biring berangkat menumpangi angkot ke pajak. Meski telah berusia lanjut, tapi Nini Biring masih tampak sehat bertenaga. Buktinya, saat tiba di pajak, dengan langkah pasti, Nini Biring langsung bergegas menyusuri anak tangga untuk mengambil lembaran kwitansi retribusi ke lantai tiga Pajak Pancurbatu.

Tanpa mengulur waktu, dengan senyum sumringah, Nini Biring lantas bergegas melakukan tugasnya. Berjalan dari kios ke kios, para pedagang tampak senang memberikan iuran wajib tersebut. Betapa tidak, meski sedikit semrawut, tapi kondisi pajak tetap bersih dari sampah. Hal ini terjadi atas kegigihan para petugas kebersihan.

“Memang gigih kali ibu itu (Nini Biring-red) bekerja. Pajak ini tak pernah kotor. Ibu itu pun terkenal rajin, ulet, ramah dan baik hati. Kalau nggak salah, sudah hampir 6 tahun aku kenal sama dia. Dia tak pernah mengeluh itu. Ikhlas dalam bekerja,” beber R Sitepu, salah seorang pedagang dan diamini puluhan pemilik kios yang lain.

Meski telah mengelilingi pajak, tapi saat ditemui kru koran ini, Nini Biring tak terlihat lelah. Ia masih sempat melempar senyum, meski keringat mulai bercucuran membasahi wajahnya. “Sehari-hari beginilah kerjaku,” ujarnya. “Asal halal, apapun pekerjaan itu harus dilakukan dengan ikhlas. Kita tidak boleh mengeluh. Nikmati saja,” tegasnya.

Masih kata ibu 4 anak itu, setiap pekerjaan yang halal pasti akan mendapatkan hasil yang berkah. Dilihat dari usianya, pekerjaan yang diemban Nini Biring terbilang sangat berat. Betapa tidak, setiap hari ia bekerja dari jam 10 siang hingga pukul 8 malam. Untuk mengutip retribusi semua, ia harus berjalan berkilo-kilometer. Meski terbilang capek dan gajinya tak seberapa, tapi Nini Biring tak pernah mengeluh.

“Nggak boleh mengeluh, asal pekerjaannya halal, kita harus ikhlas,” ujarnya. Setelah selesai bekerja sekira pukul 20.00 WIB, Nini Biring pun bergegas pulang dengan menumpangi angkot.

Karena belum puas bercerita,awak koran ini tetap membuntuti angkot yang ditumpangi Nini Biring. Kru koran ini memang sempat mengutarakan niat untuk mengantar. Tapi Nini Biring tetap menolak. Tak lama setelah tiba di rumah, Nini Biring langsung disambut beberapa saudaranya yang ingin berobat kepadanya. Dengan senang hati, Nini Biring langsung memberikan obat pada saudaranya.”Udah kamu lihatkan kerjaku ngutip uang sampah. Gitulah sehari-hariku. Kita harus syukuri hidup ini,” tandas Nini Biring.

Bahkan, hingga kemarin benda-benda aneh tersebut masih keluar dari tubuh Nini Biring. Ia juga tak tau darimana asal benda-benda yang ternyata ampuh tersebut. “Sudah banyak kami datangi dokter, tapi tak ada satu pun yang tau kenapa benda aneh itu bisa keluar dari tubuhku. Meski begitu, aku tak khawatir, mungkin ini kehendak Tuhan,” tandasnya.

Sekedar mengingatkan, kemampuan mengeluarkan benda-benda aneh tersebut berawal pada pertengahan Mei tahun 2010 lalu. Kala itu, sekira pukul 12.00 WIB, Nini Biring didatangi dua gadis cantik berkulit bersih yang membawa keranjang berisi ubi kayu. “Kedua gadis cantik itu ngaku datang dari Gunung Sinabung mau jual ubi kayu, tapi belum laku, makanya mereka mengaku sangat lapar,” kenang Rosnita mengulang kisah gaibnya.

Semula ia tak percaya dengan perkataan kedua gadis tersebut. Apalagi, kedua wanita yang ia perkirakan berusia 20 tahun itu berparas cantik, berkulit bersih dan tak menujukkan ciri-ciri seperti orang susah. ”Dari tampang keduanya, aku sempat tak percaya kedua gadis itu tak punya duit. Tapi karena dia mengaku lapar, jadi kuajaklah mereka makan,” kenangnya. (mri/deo)

Rostina br Sembiring alias Nini Biring (63) .
Rostina br Sembiring alias Nini Biring (63) .

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Meski sakti mandraguna dan tubuhnya bisa mengeluarkan benda-benda aneh, tapi kehidupan Rosnita br Sembiring alias Nini Biring, tak ubahnya dengan manusia biasa. Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, nenek yang telah menginjak usia 63 tahun itu tetap giat bekerja sebagai tukang kutip retribusi kebersihan di Pajak Pancur Batu.

Di mata para pedagang, Nini Biring adalah sosok wanita tua yang gigih bekerja, ramah dan baik hati.  Hal ini terungkap saat awak koran ini mengikuti Nini Biring mulai dari rumah, hingga selesai mengutip retribusi di Pajak Pancurbatu, Minggu (22/12).

Pantauan POSMETRO MEDAN (grup JPNN), seperti bisa dari rumahnya di Desa Pertampilan, Kec. Pancurbatu, Nini Biring berangkat menumpangi angkot ke pajak. Meski telah berusia lanjut, tapi Nini Biring masih tampak sehat bertenaga. Buktinya, saat tiba di pajak, dengan langkah pasti, Nini Biring langsung bergegas menyusuri anak tangga untuk mengambil lembaran kwitansi retribusi ke lantai tiga Pajak Pancurbatu.

Tanpa mengulur waktu, dengan senyum sumringah, Nini Biring lantas bergegas melakukan tugasnya. Berjalan dari kios ke kios, para pedagang tampak senang memberikan iuran wajib tersebut. Betapa tidak, meski sedikit semrawut, tapi kondisi pajak tetap bersih dari sampah. Hal ini terjadi atas kegigihan para petugas kebersihan.

“Memang gigih kali ibu itu (Nini Biring-red) bekerja. Pajak ini tak pernah kotor. Ibu itu pun terkenal rajin, ulet, ramah dan baik hati. Kalau nggak salah, sudah hampir 6 tahun aku kenal sama dia. Dia tak pernah mengeluh itu. Ikhlas dalam bekerja,” beber R Sitepu, salah seorang pedagang dan diamini puluhan pemilik kios yang lain.

Meski telah mengelilingi pajak, tapi saat ditemui kru koran ini, Nini Biring tak terlihat lelah. Ia masih sempat melempar senyum, meski keringat mulai bercucuran membasahi wajahnya. “Sehari-hari beginilah kerjaku,” ujarnya. “Asal halal, apapun pekerjaan itu harus dilakukan dengan ikhlas. Kita tidak boleh mengeluh. Nikmati saja,” tegasnya.

Masih kata ibu 4 anak itu, setiap pekerjaan yang halal pasti akan mendapatkan hasil yang berkah. Dilihat dari usianya, pekerjaan yang diemban Nini Biring terbilang sangat berat. Betapa tidak, setiap hari ia bekerja dari jam 10 siang hingga pukul 8 malam. Untuk mengutip retribusi semua, ia harus berjalan berkilo-kilometer. Meski terbilang capek dan gajinya tak seberapa, tapi Nini Biring tak pernah mengeluh.

“Nggak boleh mengeluh, asal pekerjaannya halal, kita harus ikhlas,” ujarnya. Setelah selesai bekerja sekira pukul 20.00 WIB, Nini Biring pun bergegas pulang dengan menumpangi angkot.

Karena belum puas bercerita,awak koran ini tetap membuntuti angkot yang ditumpangi Nini Biring. Kru koran ini memang sempat mengutarakan niat untuk mengantar. Tapi Nini Biring tetap menolak. Tak lama setelah tiba di rumah, Nini Biring langsung disambut beberapa saudaranya yang ingin berobat kepadanya. Dengan senang hati, Nini Biring langsung memberikan obat pada saudaranya.”Udah kamu lihatkan kerjaku ngutip uang sampah. Gitulah sehari-hariku. Kita harus syukuri hidup ini,” tandas Nini Biring.

Bahkan, hingga kemarin benda-benda aneh tersebut masih keluar dari tubuh Nini Biring. Ia juga tak tau darimana asal benda-benda yang ternyata ampuh tersebut. “Sudah banyak kami datangi dokter, tapi tak ada satu pun yang tau kenapa benda aneh itu bisa keluar dari tubuhku. Meski begitu, aku tak khawatir, mungkin ini kehendak Tuhan,” tandasnya.

Sekedar mengingatkan, kemampuan mengeluarkan benda-benda aneh tersebut berawal pada pertengahan Mei tahun 2010 lalu. Kala itu, sekira pukul 12.00 WIB, Nini Biring didatangi dua gadis cantik berkulit bersih yang membawa keranjang berisi ubi kayu. “Kedua gadis cantik itu ngaku datang dari Gunung Sinabung mau jual ubi kayu, tapi belum laku, makanya mereka mengaku sangat lapar,” kenang Rosnita mengulang kisah gaibnya.

Semula ia tak percaya dengan perkataan kedua gadis tersebut. Apalagi, kedua wanita yang ia perkirakan berusia 20 tahun itu berparas cantik, berkulit bersih dan tak menujukkan ciri-ciri seperti orang susah. ”Dari tampang keduanya, aku sempat tak percaya kedua gadis itu tak punya duit. Tapi karena dia mengaku lapar, jadi kuajaklah mereka makan,” kenangnya. (mri/deo)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/