31.7 C
Medan
Saturday, April 27, 2024

Kinerja Syariah Tumbuh Positif di 2018

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Kinerja industri keuangan syariah pada 2018 bisa tumbuh lebih positif.

Banyaknya peluang pasar yang belum tergarap membuat pasar keuangan syariah masih terbuka lebar.

Selain itu, peluang pertumbuhan perbankan syariah bisa lebih baik ketika penurunan suku bunga bank konvensional tahun depan diperkirakan terbatas.

Berdasar data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), aset perbankan syariah dan industri keuangan nonbank (IKNB) syariah tumbuh membaik.

Begitu juga kinerja industri pasar modal syariah yang terus bergairah.

Hingga November 217, aset perbankan syariah tumbuh 11,09 persen dan aset IKNB syariah tumbuh 11,19 persen.

Di luar itu, sukuk korporasi dan reksa dana syariah masing-masing meningkat 34,18 persen dan 65,33 persen.

Wakil Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Nurhaida menyatakan, peluang IKNB syariah untuk tumbuh tahun depan terbuka lebar.

OJK telah memfasilitasi pembentukan lembaga keuangan mikro syariah (LKMS) Bank Wakaf di banyak pesantren.

Skema Bank Wakaf adalah pembiayaan tanpa agunan dengan margin setara tiga persen.

Potensi dari pesantren yang memiliki banyak santri dan pengajar bisa membuat bisnis keuangan syariah melalui IKNB syariah dimulai sejak dini.

Sementara itu, peluang melalui asuransi syariah juga masih besar.

Sebab, pengetahuan masyarakat mengenai keuangan syariah belum seperti keuangan konvensional yang dikenal sejak lama.

Presiden Direktur PT Asuransi Jiwa Syariah Jasa Mitra Abadi Tbk (JMAS) Ibrahim mengungkapkan, potensi bisnis dari asuransi jiwa individu masih terbuka lebar.

’’Kami dapat lisensi untuk individu itu baru tiga bulan yang lalu. Jadi, saat ini belum besar. Tahun depan bisa ditingkatkan,’’ ujarnya.

JMAS yang juga emiten baru di bursa menargetkan raihan premi tahun depan hingga Rp 120 miliar.

Pada November 2017, total premi JMAS tercatat Rp 49 miliar. Perseroan saat ini masih berfokus pada pelatihan agen asuransi syariah.

Tujuannya, produk asuransi untuk individu lebih mudah dipasarkan. Sebab, penetrasi pasar asuransi jiwa lebih personal ketimbang asuransi kumpulan.

’’Kami memang masih banyak berbisnis di kumpulan. Potensi 2018 untuk asuransi yang individu masih besar. Untuk itu, kami sudah persiapkan dengan perekrutan dan pelatihan agen,’’ tuturnya. (rin/c5/sof/jpnn/ram)

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Kinerja industri keuangan syariah pada 2018 bisa tumbuh lebih positif.

Banyaknya peluang pasar yang belum tergarap membuat pasar keuangan syariah masih terbuka lebar.

Selain itu, peluang pertumbuhan perbankan syariah bisa lebih baik ketika penurunan suku bunga bank konvensional tahun depan diperkirakan terbatas.

Berdasar data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), aset perbankan syariah dan industri keuangan nonbank (IKNB) syariah tumbuh membaik.

Begitu juga kinerja industri pasar modal syariah yang terus bergairah.

Hingga November 217, aset perbankan syariah tumbuh 11,09 persen dan aset IKNB syariah tumbuh 11,19 persen.

Di luar itu, sukuk korporasi dan reksa dana syariah masing-masing meningkat 34,18 persen dan 65,33 persen.

Wakil Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Nurhaida menyatakan, peluang IKNB syariah untuk tumbuh tahun depan terbuka lebar.

OJK telah memfasilitasi pembentukan lembaga keuangan mikro syariah (LKMS) Bank Wakaf di banyak pesantren.

Skema Bank Wakaf adalah pembiayaan tanpa agunan dengan margin setara tiga persen.

Potensi dari pesantren yang memiliki banyak santri dan pengajar bisa membuat bisnis keuangan syariah melalui IKNB syariah dimulai sejak dini.

Sementara itu, peluang melalui asuransi syariah juga masih besar.

Sebab, pengetahuan masyarakat mengenai keuangan syariah belum seperti keuangan konvensional yang dikenal sejak lama.

Presiden Direktur PT Asuransi Jiwa Syariah Jasa Mitra Abadi Tbk (JMAS) Ibrahim mengungkapkan, potensi bisnis dari asuransi jiwa individu masih terbuka lebar.

’’Kami dapat lisensi untuk individu itu baru tiga bulan yang lalu. Jadi, saat ini belum besar. Tahun depan bisa ditingkatkan,’’ ujarnya.

JMAS yang juga emiten baru di bursa menargetkan raihan premi tahun depan hingga Rp 120 miliar.

Pada November 2017, total premi JMAS tercatat Rp 49 miliar. Perseroan saat ini masih berfokus pada pelatihan agen asuransi syariah.

Tujuannya, produk asuransi untuk individu lebih mudah dipasarkan. Sebab, penetrasi pasar asuransi jiwa lebih personal ketimbang asuransi kumpulan.

’’Kami memang masih banyak berbisnis di kumpulan. Potensi 2018 untuk asuransi yang individu masih besar. Untuk itu, kami sudah persiapkan dengan perekrutan dan pelatihan agen,’’ tuturnya. (rin/c5/sof/jpnn/ram)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/