LABUHAN, SUMUTPOS.CO – Dua tahun menderita komplikasi asam lambung dan lever, Suriani (43) merasa sangat tersiksa. Buntutnya, ibu 3 anak ini memilih bunuh diri untuk yang kedua kalinya.
Langkah mengakhiri hidup dengan gantung diri ini merupakan upaya kedua. Seminggu sebelumnya, korban telah bertindak serupa. Namun sang suami, Anshoriuddin (50) memergoki dan langsung memotong tali nilon yang menjerat lehernya.
Diduga tak ingin gagal lagi, Selasa (3/2) korban bangun lebih awal. Diam-diam dia bergegas ke kamar mandi yang berjarak sekitar 5 meter dari kamarnya, sembari membawa tali nilon warna orange dan kursi.
Begitu pintu ditutup, Suriani naik ke kursi lalu mengikatkan tali ke tiang asbes kamar mandi (tingginya sekitar 3 meter dari lantai). Setelah memastikan ikatannya kuat, korban mengalungkan tali tersebut ke leher lalu menjatuh kursi.
Berselang tak berapa lama, Vina Aidina (15), putrinya yang hendak pergi sekolah bergegas ke kamar mandi. Melihat pintu tertutup, sulung dari tiga bersaudara itu sempat menanyakan siapa orang di dalam kamar mandi.
Karena tidak ada jawaban, siswi SMU ini pun membuka pintu yang memang tidak dikunci. Saat itulah dia mendapati korban sudah tergantung.
“Aku sempat nanya siapa di dalam (kamar mandi) karena pintu tertutup. Karena nggak ada yang menjawab, aku buka pintu dan kulihat mamak tergantung,” ujar Vina.
Melihat ibunya tergantung, Vina sontak menjerit minta tolong. Teriakannya itu pula yang membangunkan ayahnya. Mendengar putrinya berteriak, Anshoriuddin segera bangkit dari tempat tidur untuk mencari tahu apa yang terjadi.
Begitu sampai di kamar mandi dan melihat istrinya tergantung, Anshoriuddin pun ikut histeris minta tolong hingga mengundang perhatian tetangga mereka.
Sejurus kemudian, warga Pasar 5 Lorong Tenggah Lingkungan 5, Kel. Tangkahan, Medan Labuhan, memadati rumah. Guna menurunkan jenasah, pihak keluarga memberitahu kepala lingkungan dan diteruskan kepada polisi. Tak lama, personil Polsek Medan Labuhan tiba dan menurunkan jasad korban.
Namun saat petugas hendak memboyong jenasah ke RSU Pirngadi Medan, pihak keluarga keberatan. Tak ingin muncul masalah di belakang hari, Polisi akhirnya meminta keluarga membuat surat pernyataan.
Setelah surat pernyataan dibuat, petugas kembali ke komando sembari membawa barang bukti tali nilon dan kursi hijau yang digunakan korban untuk mengakhiri hidup. Selain itu, pihak keluarga juga diminta datang ke Mapolsek untuk dimintai keterangan usai menguburkan korban.
Ditemui di TKP, suami korban mengaku masih tidak percaya dengan aksi nekat sang istri. “Waktu bangun, saya memang tidak melihat istriku di tempat tidur. Tapi karena kebiasaannya ke kamar mandi, aku tidak curiga,” ujarnya.
Lanjut pria berpenghasilan Rp1,5 juta per bulan ini, istrinya tidak ada menunjukkan tanda-tanda mencurigakan. “Memang dia sering mengeluh karena penyakitnya tidak kunjung sembuh,” imbuhnya sembari menyebutkan, korban akan dikebumikan di pekuburan muslim di Martubung.
Terpisah, Kapolsek Medan Labuhan, Kompol Ronny Oktavianus menyebutkan kalau motif kematian korban karena depresi atas penyakitnya. “Kita tidak ada menemukan tanda-tanda penganiayaan di tubuh korban. Korban juga pernah melakukan aksinya serupa seminggu lalu, tapi digagalkan suaminya,” terang Rony. (Cr 2)