33.9 C
Medan
Friday, May 10, 2024

Pria Itu Dibunuh Adiknya Karena Maksa Ibu Modali Beli Sabu

Foto: Robert/PM Jenazah pria bertato yang dibuang di perkebunan milik PT KPSN, Jalan Kapten Batu Sihombing, Desa Medan Estate, Percut Seituan, Deliserdang. Sumatera Utara, Senin (8/6) pagi.
Foto: Robert/PM
Jenazah pria bertato yang dibuang di perkebunan milik PT KPSN, Jalan Kapten Batu Sihombing, Desa Medan Estate, Percut Seituan, Deliserdang. Sumatera Utara, Senin (8/6) pagi.

PERCUT, SUMUTPOS.CO – Mayat yang ditemukan di perkebunan kawasan Percut Seituan, ternyata Frans Antoni alias Dino (27). Warga Bandar Setia ini, diyakini dibunuh adik kandung serta adik ipar, karena memaksa ibu kandungnya memberi uang Rp 5 juta sebagai modal beli sabu.

Terkuaknya identitas Dino, berawal dari hp yang ditemukan di dekat jasadnya. Berbekal itupula, polisi berhasil menghubungi salah satu nomor panggilan yang belum lama di ponsel itu. Setelah dihubungi, ternyata yang menjawab adalah perempuan bernama Tuti, pemilik angkot Rahayu 41.

Tuti pula yang mengabarkan kalau pemilik ponsel yang ditemukan polisi itu, bernama David, sopir yang membawa angkotnya. Polisi lalu mendatangi Tuti dan menunjukkan foto mayat tanpa identitas itu. Namun Tuti menegaskan itu bukan David, sopirnya. Namun mengakui nomor ponsel yang dipakai polisi menghubunginya, adalah nomor ponsel David.

Dari Tuti pula diketahui alamat David di Jl. Kamboja Gg Mesjid, Desa Lau Dendang, Kec. Percut Seituan. Senin (8/6) subuh, polisi datang ke sana, dan bertemu istri David, Nona (24). Kebetulan, Nona menetap bersama ibunya, Mindah (50). Setelah memperlihatkan foto mayat, akhirnya terkuaklah kalau jasad pria tanpa identitas itu, Dino, anak sulung Mindah, sekaligus abang kandung Nona.

Polisi tak lagi kesulitan. Sebab, dari pengakuan Mindah, Dino yang menetap di Jl. Lapangan Gg. Namnam, Dusun VI Desa Bandar Setia, Kec. Percut Seituan, sempat berselisih dengannya pada Minggu (7/6). Kala itu, jelas Mindah, Dino memaksanya memberi uang Rp 5 juta. Dino berdalih perlu untuk membeli sesuatu. Namun Mindah yang sudah kenal watak putranya, mengaku tak punya uang.

Bukannya pergi, Dino malah memaksa hingga mereka bertengkar. Bahkan dia memaksa ibunya menggadaikan rumah yang ditempati Mindah Rp.50 juta. “Dia kemarin minta uang sama ku dek, gak tau buat apa. Mungkin buat beli sabu lah, karena dia penjual sekaligus pemake sabu berat sejak SMP dulu. Udah muak dan bosan aku dek, habis-habisan aku sama anakku yang satu ini. Uangku aja dimintainya dari SMP sampe sekarang udah berkeluarga pun kayak gitu hanya untuk beli sabu,” terang Mindah.

Karena terus memaksa dan tak mau ribut lagi, Mindah akhirnya luluh. Dia membawa Dino menemui temannya di Jl. Halat untuk meminjam uang. Tapi, sebelum berangkat ke sana, Mindah sempat mengabarkan kelakuan Dino pada Edi (25), anak keduanya yang menetap di Jl. Klambir V, Medan Sunggal.

“Aku langsung ngadulah sama anakku yang kedua. Soalnya, gak tau lagi aku sama siapa mau cari uang segitu,” tambah Mindah. “Kami pun akhirnya berdua pergi ke Jalan Halat untuk nyari pinjaman uang. Namun beberapa saat kemudian adeknya si Edi mendatangi kami dan sempat ribut. Akhirnya Edi ngajak si Dion nyari uang pinjaman dan aku ditinggalkan di rumah kawanku itu,” ungkap Mindah, mengaku kala itu sudah jelang tengah malam.

Kemudian, Senin (8/6) sekira pukul 02.00 WIB, ia pun pulang dengan menumpangi betor ke rumah anak bungsunya Nona, yang juga istri David. Mindah sendiri meyakini kalau Dino dibunuh Edi dibantu David. “Aku pulang sendirilah dek ke rumah anak bungsuku naik becak. Tapi yang kuherankan, David (24) menantuku dan Edi (25) anakku, gak pulang-pulang sampai sekarang. Terakhir, terkuaklah anakku ini tewas dibunuh ketika petugas kepolisian Polresta Medan datang ke rumah,” tutur nenek 4 cucu ini.

Terpisah, Kanit Reskrim Polsek Percut Sei Tuan, AKP Luhut B.Sihombing, ketika dikonfirmasi mengaku, “Untuk pelakunya kita mengarah kepada pemilik hpnya si Edi dan juga David. Berdasarkan informasi dari Tuti, pemilik angkot, David adalah sopir yang membawa angkot 41 miliknya,” tutur Luhut.(mag2/trg)

Foto: Robert/PM Jenazah pria bertato yang dibuang di perkebunan milik PT KPSN, Jalan Kapten Batu Sihombing, Desa Medan Estate, Percut Seituan, Deliserdang. Sumatera Utara, Senin (8/6) pagi.
Foto: Robert/PM
Jenazah pria bertato yang dibuang di perkebunan milik PT KPSN, Jalan Kapten Batu Sihombing, Desa Medan Estate, Percut Seituan, Deliserdang. Sumatera Utara, Senin (8/6) pagi.

PERCUT, SUMUTPOS.CO – Mayat yang ditemukan di perkebunan kawasan Percut Seituan, ternyata Frans Antoni alias Dino (27). Warga Bandar Setia ini, diyakini dibunuh adik kandung serta adik ipar, karena memaksa ibu kandungnya memberi uang Rp 5 juta sebagai modal beli sabu.

Terkuaknya identitas Dino, berawal dari hp yang ditemukan di dekat jasadnya. Berbekal itupula, polisi berhasil menghubungi salah satu nomor panggilan yang belum lama di ponsel itu. Setelah dihubungi, ternyata yang menjawab adalah perempuan bernama Tuti, pemilik angkot Rahayu 41.

Tuti pula yang mengabarkan kalau pemilik ponsel yang ditemukan polisi itu, bernama David, sopir yang membawa angkotnya. Polisi lalu mendatangi Tuti dan menunjukkan foto mayat tanpa identitas itu. Namun Tuti menegaskan itu bukan David, sopirnya. Namun mengakui nomor ponsel yang dipakai polisi menghubunginya, adalah nomor ponsel David.

Dari Tuti pula diketahui alamat David di Jl. Kamboja Gg Mesjid, Desa Lau Dendang, Kec. Percut Seituan. Senin (8/6) subuh, polisi datang ke sana, dan bertemu istri David, Nona (24). Kebetulan, Nona menetap bersama ibunya, Mindah (50). Setelah memperlihatkan foto mayat, akhirnya terkuaklah kalau jasad pria tanpa identitas itu, Dino, anak sulung Mindah, sekaligus abang kandung Nona.

Polisi tak lagi kesulitan. Sebab, dari pengakuan Mindah, Dino yang menetap di Jl. Lapangan Gg. Namnam, Dusun VI Desa Bandar Setia, Kec. Percut Seituan, sempat berselisih dengannya pada Minggu (7/6). Kala itu, jelas Mindah, Dino memaksanya memberi uang Rp 5 juta. Dino berdalih perlu untuk membeli sesuatu. Namun Mindah yang sudah kenal watak putranya, mengaku tak punya uang.

Bukannya pergi, Dino malah memaksa hingga mereka bertengkar. Bahkan dia memaksa ibunya menggadaikan rumah yang ditempati Mindah Rp.50 juta. “Dia kemarin minta uang sama ku dek, gak tau buat apa. Mungkin buat beli sabu lah, karena dia penjual sekaligus pemake sabu berat sejak SMP dulu. Udah muak dan bosan aku dek, habis-habisan aku sama anakku yang satu ini. Uangku aja dimintainya dari SMP sampe sekarang udah berkeluarga pun kayak gitu hanya untuk beli sabu,” terang Mindah.

Karena terus memaksa dan tak mau ribut lagi, Mindah akhirnya luluh. Dia membawa Dino menemui temannya di Jl. Halat untuk meminjam uang. Tapi, sebelum berangkat ke sana, Mindah sempat mengabarkan kelakuan Dino pada Edi (25), anak keduanya yang menetap di Jl. Klambir V, Medan Sunggal.

“Aku langsung ngadulah sama anakku yang kedua. Soalnya, gak tau lagi aku sama siapa mau cari uang segitu,” tambah Mindah. “Kami pun akhirnya berdua pergi ke Jalan Halat untuk nyari pinjaman uang. Namun beberapa saat kemudian adeknya si Edi mendatangi kami dan sempat ribut. Akhirnya Edi ngajak si Dion nyari uang pinjaman dan aku ditinggalkan di rumah kawanku itu,” ungkap Mindah, mengaku kala itu sudah jelang tengah malam.

Kemudian, Senin (8/6) sekira pukul 02.00 WIB, ia pun pulang dengan menumpangi betor ke rumah anak bungsunya Nona, yang juga istri David. Mindah sendiri meyakini kalau Dino dibunuh Edi dibantu David. “Aku pulang sendirilah dek ke rumah anak bungsuku naik becak. Tapi yang kuherankan, David (24) menantuku dan Edi (25) anakku, gak pulang-pulang sampai sekarang. Terakhir, terkuaklah anakku ini tewas dibunuh ketika petugas kepolisian Polresta Medan datang ke rumah,” tutur nenek 4 cucu ini.

Terpisah, Kanit Reskrim Polsek Percut Sei Tuan, AKP Luhut B.Sihombing, ketika dikonfirmasi mengaku, “Untuk pelakunya kita mengarah kepada pemilik hpnya si Edi dan juga David. Berdasarkan informasi dari Tuti, pemilik angkot, David adalah sopir yang membawa angkot 41 miliknya,” tutur Luhut.(mag2/trg)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/