31.7 C
Medan
Saturday, May 18, 2024

Kasat: Adik Kandung Korban Sudah Keluar Kota

Foto: Robert/PM Jenazah pria bertato yang dibuang di perkebunan milik PT KPSN, Jalan Kapten Batu Sihombing, Desa Medan Estate, Percut Seituan, Deliserdang. Sumatera Utara, Senin (8/6) pagi.
Foto: Robert/PM
Jenazah pria bertato yang dibuang di perkebunan milik PT KPSN, Jalan Kapten Batu Sihombing, Desa Medan Estate, Percut Seituan, Deliserdang. Sumatera Utara, Senin (8/6) pagi.

PERCUT, SUMUTPOS.CO – Meski kematian Frans Antoni alias Dino (27), disebut berkah bagi sebagian orang, tapi pelaku yang merupakan adik kandungnya, tetap harus mempertanggungjawabkan perbuatannya. Polisi pun terus memburu pembunuh warga Jalan Lapangan Gg. Namnam Dusun VI, Desa Bandar Setia, Kec. Percut Seituan itu.

“Pelaku masih kita buru, sudah keluar kota. Untuk daerahnya kita masih belum bisa beberkan ya,” jelas Kasat Reskrim Polresta Medan, Kompol Aldi Subartono, Jumat (12/6).

Dino ditemukan tewas di perkebunan jati milik PT KPSN (Karya Panca Sakti Nugraha) Blok K 4, Jalan Kapten Batu Sihombing, Desa Medan Estate, Kecamatan Percut Seituan, Senin (8/6) pagi sekira pukul 08.00 lalu.

Tersangka, sesuai keterangan ibu kandung Dino, Mindah, mengarah pada Edi, adik Dino sekaligus anak keduanya. Diakui Mindah, Dino sempat berselisih dengannya pada Minggu (7/6). Kala itu, jelas Mindah, Dino memaksanya memberi uang Rp 5 juta. Dino berdalih perlu untuk membeli sesuatu. Namun Mindah yang sudah kenal watak putranya, mengaku tak punya uang.

Bukannya pergi, Dino malah memaksa hingga mereka bertengkar. Bahkan dia memaksa ibunya menggadaikan rumah yang ditempati Mindah Rp.50 juta. “Dia kemarin minta uang sama ku dek, gak tau buat apa. Mungkin buat beli sabu lah, karena dia penjual sekaligus pemake sabu berat sejak SMP dulu. Udah muak dan bosan aku dek, habis-habisan aku sama anakku yang satu ini. Uangku aja dimintainya dari SMP sampe sekarang udah berkeluarga pun kayak gitu hanya untuk beli sabu,” terang Mindah.

Karena terus memaksa dan tak mau ribut lagi, Mindah akhirnya luluh. Dia membawa Dino menemui temannya di Jl. Halat untuk meminjam uang. Tapi, sebelum berangkat ke sana, Mindah sempat mengabarkan kelakuan Dino pada Edi (25), anak keduanya yang menetap di Jl. Klambir V, Medan Sunggal.

“Aku langsung ngadulah sama anakku yang kedua. Soalnya, gak tau lagi aku sama siapa mau cari uang segitu,” tambah Mindah. “Kami pun akhirnya berdua pergi ke Jalan Halat untuk nyari pinjaman uang. Namun beberapa saat kemudian adeknya si Edi mendatangi kami dan sempat ribut. Akhirnya Edi ngajak si Dion nyari uang pinjaman dan aku ditinggalkan dirumah kawanku itu,” ungkap Mindah, mengaku kala itu sudah jelang tengah malam.

Kemudian, Senin (8/6) sekira pukul 02.00 WIB, ia pun pulang dengan menumpangi betor ke rumah anak bungsunya Nona, yang juga istri David. Mindah sendiri meyakini kalau Dino dibunuh Edi dibantu David. “Aku pulang sendirilah dek ke rumah anak bungsuku naik becak. Tapi yang kuherankan, David (24) menantuku dan Edi (25) anakku, gak pulang-pulang sampai sekarang. Terakhir, terkuaklah anakku ini tewas dibunuh ketika petugas kepolisian Polresta Medan datang ke rumah,” tutur nenek 4 cucu ini.

“Kalau memang si Edi dan David pelakunya, biarlah mereka menyerahkan diri aja. Karena bukti-bukti udah cukup kuat, mulai dari hp-nya yang tertinggal dan juga mereka berdua hingga saat ini gak tau dimana,” beber nenek 4 cucu ini.

Mindah juga tak sepenuhnya menyalahkan Edi. “Meskipun si Edi dan David yang membunuh anakku itu dek, saya gak begitu kecewa karena memang saya sendiri mengaku risih dan kesal dengan ulahnya, candu narkoba dan maksa-maksa saya untuk minta uang beli sabu. Si Edi ini lah yang peduli dan sayang sama saya dek,” terangnya.

Foto: Robert/PM Jenazah pria bertato yang dibuang di perkebunan milik PT KPSN, Jalan Kapten Batu Sihombing, Desa Medan Estate, Percut Seituan, Deliserdang. Sumatera Utara, Senin (8/6) pagi.
Foto: Robert/PM
Jenazah pria bertato yang dibuang di perkebunan milik PT KPSN, Jalan Kapten Batu Sihombing, Desa Medan Estate, Percut Seituan, Deliserdang. Sumatera Utara, Senin (8/6) pagi.

PERCUT, SUMUTPOS.CO – Meski kematian Frans Antoni alias Dino (27), disebut berkah bagi sebagian orang, tapi pelaku yang merupakan adik kandungnya, tetap harus mempertanggungjawabkan perbuatannya. Polisi pun terus memburu pembunuh warga Jalan Lapangan Gg. Namnam Dusun VI, Desa Bandar Setia, Kec. Percut Seituan itu.

“Pelaku masih kita buru, sudah keluar kota. Untuk daerahnya kita masih belum bisa beberkan ya,” jelas Kasat Reskrim Polresta Medan, Kompol Aldi Subartono, Jumat (12/6).

Dino ditemukan tewas di perkebunan jati milik PT KPSN (Karya Panca Sakti Nugraha) Blok K 4, Jalan Kapten Batu Sihombing, Desa Medan Estate, Kecamatan Percut Seituan, Senin (8/6) pagi sekira pukul 08.00 lalu.

Tersangka, sesuai keterangan ibu kandung Dino, Mindah, mengarah pada Edi, adik Dino sekaligus anak keduanya. Diakui Mindah, Dino sempat berselisih dengannya pada Minggu (7/6). Kala itu, jelas Mindah, Dino memaksanya memberi uang Rp 5 juta. Dino berdalih perlu untuk membeli sesuatu. Namun Mindah yang sudah kenal watak putranya, mengaku tak punya uang.

Bukannya pergi, Dino malah memaksa hingga mereka bertengkar. Bahkan dia memaksa ibunya menggadaikan rumah yang ditempati Mindah Rp.50 juta. “Dia kemarin minta uang sama ku dek, gak tau buat apa. Mungkin buat beli sabu lah, karena dia penjual sekaligus pemake sabu berat sejak SMP dulu. Udah muak dan bosan aku dek, habis-habisan aku sama anakku yang satu ini. Uangku aja dimintainya dari SMP sampe sekarang udah berkeluarga pun kayak gitu hanya untuk beli sabu,” terang Mindah.

Karena terus memaksa dan tak mau ribut lagi, Mindah akhirnya luluh. Dia membawa Dino menemui temannya di Jl. Halat untuk meminjam uang. Tapi, sebelum berangkat ke sana, Mindah sempat mengabarkan kelakuan Dino pada Edi (25), anak keduanya yang menetap di Jl. Klambir V, Medan Sunggal.

“Aku langsung ngadulah sama anakku yang kedua. Soalnya, gak tau lagi aku sama siapa mau cari uang segitu,” tambah Mindah. “Kami pun akhirnya berdua pergi ke Jalan Halat untuk nyari pinjaman uang. Namun beberapa saat kemudian adeknya si Edi mendatangi kami dan sempat ribut. Akhirnya Edi ngajak si Dion nyari uang pinjaman dan aku ditinggalkan dirumah kawanku itu,” ungkap Mindah, mengaku kala itu sudah jelang tengah malam.

Kemudian, Senin (8/6) sekira pukul 02.00 WIB, ia pun pulang dengan menumpangi betor ke rumah anak bungsunya Nona, yang juga istri David. Mindah sendiri meyakini kalau Dino dibunuh Edi dibantu David. “Aku pulang sendirilah dek ke rumah anak bungsuku naik becak. Tapi yang kuherankan, David (24) menantuku dan Edi (25) anakku, gak pulang-pulang sampai sekarang. Terakhir, terkuaklah anakku ini tewas dibunuh ketika petugas kepolisian Polresta Medan datang ke rumah,” tutur nenek 4 cucu ini.

“Kalau memang si Edi dan David pelakunya, biarlah mereka menyerahkan diri aja. Karena bukti-bukti udah cukup kuat, mulai dari hp-nya yang tertinggal dan juga mereka berdua hingga saat ini gak tau dimana,” beber nenek 4 cucu ini.

Mindah juga tak sepenuhnya menyalahkan Edi. “Meskipun si Edi dan David yang membunuh anakku itu dek, saya gak begitu kecewa karena memang saya sendiri mengaku risih dan kesal dengan ulahnya, candu narkoba dan maksa-maksa saya untuk minta uang beli sabu. Si Edi ini lah yang peduli dan sayang sama saya dek,” terangnya.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/