SUMUTPOS.CO – Sementara, mantan napi teroris Mustapha alias Abu Annisa mengungkapkan, terduga teroris untuk saat ini sudah terjepit dengan kondisi dan stok logistik berupa material untuk merakit bom yang semakin minim. Itu makanya, saat ini pelaku teroris melakukan aksinya dengan menyerang dengan senjata tajam atau menabrak diri menggunakan kenderaan bermotor seperti yang terjadi di Mapolda, Riau (16/5) pagi.
“Saya melihat kekuatan mereka sudah menurun. Artinya, mereka bermain samurai dan main nabrak mobil. Mungkin mereka (terduga teroris) mendapatkan fatwa menyerang. Tapi, mereka tidak mempunyai alat lagi (bom rakitan). Dengan apa adanya, ada pula perang samurai. Sudah tidak jelas,” ucap Mustapha kepada Sumut Pos, Rabu (16/5) siang.
Dia mengatakan, aksi seperti di Polda Riau kemarin hanya bersifat aksi balasan terhadap Polri yang sudah melakukan penangkapan dan menembak mati rekan mereka. “Untuk di Sumut, potensinya sangat kecil. Kita mengharapkan jangan sampai ada masalah lah. Apa lagi Bulan Ramadan. Termasuk kepada media untuk memberitakan yang membuat kondusif dan aman lah,” imbau Mustapha.
Untuk penangkapan sejumlah terduga teroris di Medan, Tanjungbalai, dan Deliserdang, ia menilai, penangkapan itu hanya proses pengembangan yang dilakukan Densus 88 saat ini. “Itu ditangkap dari hasil pengembangan di Surabaya. Pengembangan dilakukan Densus, dengan melakukan penyidikan, interogasi dan lain-lain. Jadinya, ke mana-ke mana ketahuan,” tandasnya.(mag-1/gus/bal/adz)
SUMUTPOS.CO – Sementara, mantan napi teroris Mustapha alias Abu Annisa mengungkapkan, terduga teroris untuk saat ini sudah terjepit dengan kondisi dan stok logistik berupa material untuk merakit bom yang semakin minim. Itu makanya, saat ini pelaku teroris melakukan aksinya dengan menyerang dengan senjata tajam atau menabrak diri menggunakan kenderaan bermotor seperti yang terjadi di Mapolda, Riau (16/5) pagi.
“Saya melihat kekuatan mereka sudah menurun. Artinya, mereka bermain samurai dan main nabrak mobil. Mungkin mereka (terduga teroris) mendapatkan fatwa menyerang. Tapi, mereka tidak mempunyai alat lagi (bom rakitan). Dengan apa adanya, ada pula perang samurai. Sudah tidak jelas,” ucap Mustapha kepada Sumut Pos, Rabu (16/5) siang.
Dia mengatakan, aksi seperti di Polda Riau kemarin hanya bersifat aksi balasan terhadap Polri yang sudah melakukan penangkapan dan menembak mati rekan mereka. “Untuk di Sumut, potensinya sangat kecil. Kita mengharapkan jangan sampai ada masalah lah. Apa lagi Bulan Ramadan. Termasuk kepada media untuk memberitakan yang membuat kondusif dan aman lah,” imbau Mustapha.
Untuk penangkapan sejumlah terduga teroris di Medan, Tanjungbalai, dan Deliserdang, ia menilai, penangkapan itu hanya proses pengembangan yang dilakukan Densus 88 saat ini. “Itu ditangkap dari hasil pengembangan di Surabaya. Pengembangan dilakukan Densus, dengan melakukan penyidikan, interogasi dan lain-lain. Jadinya, ke mana-ke mana ketahuan,” tandasnya.(mag-1/gus/bal/adz)