JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Beberapa pihak masih menyangsikan bahwa Jessica Kumala Wongso merupakan dalang tewasnya Wayan Mirna Salihin pada 6 Januari lalu. Salah satunya, Psikolog Forensik Reza Indragiri Amriel. Bahkan meski Polda Metro Jaya sudah menetapkan Jessica sebagai tersangka, tak membuat penilaiaan Reza berubah.
Menurut Reza, dalam kasus kematian Mirna ini polisi menggunakan teori klasik yakni pelaku pasti ada di lokasi meninggalnya korban.
“Itu teori usang segitiga kejahatan. Kejahatan bisa terjadi kalau ada tiga unsur yaitu ada korbannya, ada lokasi dan ada pelaku. Kejadian ini sama memanfaatkan teori tersebut, karena korban dan lokasi ada di situ, maka pelaku juga ada di situ,” ujar Reza dalam diskusi bertema Mencari Sang Pembunuh di Cikini, Jakarta, Sabtu (30/1).
Namun, sambung Reza sayangnya polisi mengesampingkan instrumen yang menjadi pemicu mengapa Mirna tewas, yakni karena sianida. Instrumen yang digunakan pelaku tersebut sengaja dipakai supaya si pelaku tidak ada di tempat kejadian saat Mirna tewas.
“Kita lupa alat instrumen itu di sana adalah racun, kalau celurit, badik dan sebagainya itu mengharuskan pelaku berhadapan langsung dengan pelaku. Nah racun itu sengaja digunakan untuk mengambil jarak dengan si pelaku. Dia gak ingin perbuatannya ditangkap oleh kamera, gak ingin orang banyak yang mengetahui,” ulasnya.
Analisis tersebut yang membuat Reza sampai saat ini begitu yakin mengapa wanita berkulit putih itu bukan pembunuh Mirna. “Dari situlah saya berpendapat di situ walaupun korban dan lokasi di situ, tapi pelaku gak ada di situ,” tegas Reza.
JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Beberapa pihak masih menyangsikan bahwa Jessica Kumala Wongso merupakan dalang tewasnya Wayan Mirna Salihin pada 6 Januari lalu. Salah satunya, Psikolog Forensik Reza Indragiri Amriel. Bahkan meski Polda Metro Jaya sudah menetapkan Jessica sebagai tersangka, tak membuat penilaiaan Reza berubah.
Menurut Reza, dalam kasus kematian Mirna ini polisi menggunakan teori klasik yakni pelaku pasti ada di lokasi meninggalnya korban.
“Itu teori usang segitiga kejahatan. Kejahatan bisa terjadi kalau ada tiga unsur yaitu ada korbannya, ada lokasi dan ada pelaku. Kejadian ini sama memanfaatkan teori tersebut, karena korban dan lokasi ada di situ, maka pelaku juga ada di situ,” ujar Reza dalam diskusi bertema Mencari Sang Pembunuh di Cikini, Jakarta, Sabtu (30/1).
Namun, sambung Reza sayangnya polisi mengesampingkan instrumen yang menjadi pemicu mengapa Mirna tewas, yakni karena sianida. Instrumen yang digunakan pelaku tersebut sengaja dipakai supaya si pelaku tidak ada di tempat kejadian saat Mirna tewas.
“Kita lupa alat instrumen itu di sana adalah racun, kalau celurit, badik dan sebagainya itu mengharuskan pelaku berhadapan langsung dengan pelaku. Nah racun itu sengaja digunakan untuk mengambil jarak dengan si pelaku. Dia gak ingin perbuatannya ditangkap oleh kamera, gak ingin orang banyak yang mengetahui,” ulasnya.
Analisis tersebut yang membuat Reza sampai saat ini begitu yakin mengapa wanita berkulit putih itu bukan pembunuh Mirna. “Dari situlah saya berpendapat di situ walaupun korban dan lokasi di situ, tapi pelaku gak ada di situ,” tegas Reza.