SUMUTPOS.CO – Skandal pelecehan seksual melanda dunia fashion. Dua fotografer ternama, Mario Testino dan Bruce Webber, dituding melecehkan 28 model pria.
Keduanya dituduh menggunakan kekuasaan mereka di dunia fashion untuk memanipulasi, menganiaya, dan memaksa model pria untuk berpose seperti yang diinginkan. Bahkan, mereka tak segan meraba tubuh model.
“Saya ingat dia memasukkan jari-jarinya ke dalam mulut saya, dan dia meraih penis saya. Kami tidak pernah berhubungan seks atau apa, tapi banyak hal yang terjadi, banyak menyentuh,” kata Robyn Sinclair, salah satu model kepada The New York Times.
The New York Times juga mengungkap bahwa Bruce kerap melakukan sesi pribadi, di mana dia meminta para model untuk menanggalkan pakaian dengan alasan latihan pernafasan dan energi.
“Model diminta untuk bernafas, dan Bruce memerintahkan mereka menggerakkan tangan ke bagian di mana mereka merasakan ‘energi’. Seringkali, Bruce membimbing tangan mereka (para model) dengan tangannya sendiri,” lanjutnya.
Sedangkan, 13 pria yang pernah bekerja dengan Testino mengklaim pernah mengalami pelecehan seksual. Sebagian besar mengaku tak berani melawan karena takut karier mereka akan hancur.
“Jika Anda ingin bekerja dengan Mario, Anda perlu melakukan pemotretan telanjang di Chateau Marmont. Semua agen tahu bahwa inilah hal yang bisa dilakukan untuk meningkatkan atau memajukan karir Anda,” ungkap mantan model Gucci, Jason Fedele.
Menanggapi tuduhan-tuduhan tersebut, Bruce mengatakan tuduhan eksploitasi seksual terhadap dirinya sangat keterlaluan.
“Saya benar-benar terkejut dan sedih atas tuduhan keterlaluan yang dibuat terhadap saya, saya benar-benar menyangkal,” tukas Bruce dalam sebuah pernyataan yang dikeluarkan pengacaranya.
Pada bulan Desember 2017, seorang model laki-laki pun mengajukan tuntutan hukum terhadap Bruce atas tuduhan serupa. Namun, dia pun membantah semua tuduhan yang diajukan terhadapnya dalam tuntutan tersebut.
Sedangkan Testino, lewat pengacaranya mengatakan model yang berbicara pada The New York Times tidak dapat dianggap sebagai sumber terpercaya. (ana/JPC)
