32.8 C
Medan
Thursday, May 9, 2024

Anak Medan Terduga Teroris Tewas di Filipina

Pengumuman yang diunggah di halaman Facebook (Facebook Philippine National Police (PNP) kantor regional 10 Vicente Garcia Alagar)

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Muhammad Ilham Syahputra, warga Kota Medan, Sumatera Utara, dikabarkan tewas dalam pertempuran dengan militer Filipina. Ilham dikabarkan terlibat dalam aksi teror di Kota Marawi, Mindanao, Filipina. Bersama kelompok Maute yang sudah berbaiat kepada ISIS, mereka melawan gempuran militer setempat. Bahkan sampai kemarin (31/5), konflik yang membuat Marawi berubah menjadi medan tempur masih berlanjut.

Awalnya, informasi WNI terlibat dalam konflik tersebut sempat simpang siur. Namun keterangan dari Philippine National Police (PNP) dan Polri menegaskan hal itu. ”Otoritas kepolisian Filipina (PNP) merilis ada tujuh WNI yang patut diduga terlibat  dalam penyerangan terhadap Kota Marawi di Filipina Selatan,” terang Kabagpenum Divhumas Polri Kombes Martinus Sitompul, kemarin. Tujuh WNI itu berasal dari beberapa daerah di Indonesia, termasuk Kota Medan.

Menurut Martin, tujuh WNI itu bertolak dari Indonesia dan masuk Filipina secara resmi. Mereka memiliki paspor. ”Sudah bisa dikonfirmasi bahwa mereka berangkat karena ada catatan dari pihak kepolisian,” ungkap  dia. Berdasar data dari PNP dan Polri, foto empat dari tujuh WNI itu sudah disebar. Sedangkan tiga lainnya belum, lantaran kepolisian Filipina maupun Indonesia belum mengantongi foto mereka.

Secara lebih rinci, Martin membeberkan identitas empat WNI terduga teroris yang sudah dirilis PNP. Yakni Al Ikhwan Yushel, Yayat Hidayat Tarli, Anggara Suprayogi, dan Yoki Pratama Windyarto. Mereka berangkat dari Indonesia ke Filipina pada medio Maret – April. ”Yayat Hidayat Tarli berangkat ke Filipina 15 April 2017 bersama Anggara Suprayogi,” kata mantan kabid humas Polda Metro Jaya itu.

Sebelumnya, Yoki Pratama Windyarto terbang ke Filipina 4 Maret 2017. Selang tiga pekan, Al Ikhwan Yushel menyusul pergi ke negeri di bawah kendali Rodrigo Duterte itu. Sedangkan tiga WNI terduga teroris lainya meliputi Moch Jaelani Firdaus, Muhamad Gufron, dan Muhammad Ilham Syahputra warga Kota Medan. Namun, Muhammad Ilham Syahputra diinformasikan tewas dalam pertempuran dengan militer Filipina. ”Yang satu orang patut diduga telah meninggal dunia,” ucap Martin.

Meski sudah mengantongi data tujuh WNI teduga teroris tersebut, Polri belum bisa memastikan keberadaan mereka. Masih ada di Filipina atau malah sudah keluar dari sana. ”Itu yang masih perlu dikonfirmasi lebih lanjut,” imbuh Martin.

Sambil memastikan hal itu, Polri meneruskan informasi dari PNP ke seluruh jajaran kepolisian tanah air. Mulai tingkat polda, polres, sampai polsek yang tersebar di berbagai wilayah. Martin memastikan, tujuh WNI itu berbeda dengan 16 plus 1 WNI yang sudah dirilis lebih dulu oleh Kementerian Luar Negeri. ”Itu orang yang berbeda,” tegas dia.

Berdasar informasi yang dia terima, 16 plus 1 WNI itu sudah berada di Kota Davao dan akan dipulangkan ke Jakarta. Di antara konflik yang masih panas, pemerintah berusaha secepat mungkin memulangkan mereka.

Sementara, Polda Sumut mengaku masih siaga paskateror bom Kampung Melayu, Jakarta Timur. Mengenai adanya warga Kota Medan yang diduga terlibat teroris dan bergabung dengan ISIS di Filipina, Kabid Humas Polda Sumut Kombes Pol Rina Sari Ginting tak memberikan penjelasan konkrit.

Menurut Rina, pihak Imigrasi yang memiliki kewenangan penuh mengawasi setiap warga yang datang dan pergi dari Indonesia. “Yang melakukan pengecekan warga yang berangkat keluar negeri bukan Polisi, silakan ditanyakan kepada pihak Imigrasi,” kata Rina menjawab Sumut Pos, Rabu (31/5).

Ketika disoal tentang keberadaan intelijen Kepolisian untuk memantau bibit dan keberadaan paham ISIS di Sumut, menurut Rina, intel yang dimiliki Polisi sudah barang tentu melakukan hal itu. “Intelijen itu memang salah satu tugas pokoknya melakukan penyelidikan,” katanya.

Pengumuman yang diunggah di halaman Facebook (Facebook Philippine National Police (PNP) kantor regional 10 Vicente Garcia Alagar)

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Muhammad Ilham Syahputra, warga Kota Medan, Sumatera Utara, dikabarkan tewas dalam pertempuran dengan militer Filipina. Ilham dikabarkan terlibat dalam aksi teror di Kota Marawi, Mindanao, Filipina. Bersama kelompok Maute yang sudah berbaiat kepada ISIS, mereka melawan gempuran militer setempat. Bahkan sampai kemarin (31/5), konflik yang membuat Marawi berubah menjadi medan tempur masih berlanjut.

Awalnya, informasi WNI terlibat dalam konflik tersebut sempat simpang siur. Namun keterangan dari Philippine National Police (PNP) dan Polri menegaskan hal itu. ”Otoritas kepolisian Filipina (PNP) merilis ada tujuh WNI yang patut diduga terlibat  dalam penyerangan terhadap Kota Marawi di Filipina Selatan,” terang Kabagpenum Divhumas Polri Kombes Martinus Sitompul, kemarin. Tujuh WNI itu berasal dari beberapa daerah di Indonesia, termasuk Kota Medan.

Menurut Martin, tujuh WNI itu bertolak dari Indonesia dan masuk Filipina secara resmi. Mereka memiliki paspor. ”Sudah bisa dikonfirmasi bahwa mereka berangkat karena ada catatan dari pihak kepolisian,” ungkap  dia. Berdasar data dari PNP dan Polri, foto empat dari tujuh WNI itu sudah disebar. Sedangkan tiga lainnya belum, lantaran kepolisian Filipina maupun Indonesia belum mengantongi foto mereka.

Secara lebih rinci, Martin membeberkan identitas empat WNI terduga teroris yang sudah dirilis PNP. Yakni Al Ikhwan Yushel, Yayat Hidayat Tarli, Anggara Suprayogi, dan Yoki Pratama Windyarto. Mereka berangkat dari Indonesia ke Filipina pada medio Maret – April. ”Yayat Hidayat Tarli berangkat ke Filipina 15 April 2017 bersama Anggara Suprayogi,” kata mantan kabid humas Polda Metro Jaya itu.

Sebelumnya, Yoki Pratama Windyarto terbang ke Filipina 4 Maret 2017. Selang tiga pekan, Al Ikhwan Yushel menyusul pergi ke negeri di bawah kendali Rodrigo Duterte itu. Sedangkan tiga WNI terduga teroris lainya meliputi Moch Jaelani Firdaus, Muhamad Gufron, dan Muhammad Ilham Syahputra warga Kota Medan. Namun, Muhammad Ilham Syahputra diinformasikan tewas dalam pertempuran dengan militer Filipina. ”Yang satu orang patut diduga telah meninggal dunia,” ucap Martin.

Meski sudah mengantongi data tujuh WNI teduga teroris tersebut, Polri belum bisa memastikan keberadaan mereka. Masih ada di Filipina atau malah sudah keluar dari sana. ”Itu yang masih perlu dikonfirmasi lebih lanjut,” imbuh Martin.

Sambil memastikan hal itu, Polri meneruskan informasi dari PNP ke seluruh jajaran kepolisian tanah air. Mulai tingkat polda, polres, sampai polsek yang tersebar di berbagai wilayah. Martin memastikan, tujuh WNI itu berbeda dengan 16 plus 1 WNI yang sudah dirilis lebih dulu oleh Kementerian Luar Negeri. ”Itu orang yang berbeda,” tegas dia.

Berdasar informasi yang dia terima, 16 plus 1 WNI itu sudah berada di Kota Davao dan akan dipulangkan ke Jakarta. Di antara konflik yang masih panas, pemerintah berusaha secepat mungkin memulangkan mereka.

Sementara, Polda Sumut mengaku masih siaga paskateror bom Kampung Melayu, Jakarta Timur. Mengenai adanya warga Kota Medan yang diduga terlibat teroris dan bergabung dengan ISIS di Filipina, Kabid Humas Polda Sumut Kombes Pol Rina Sari Ginting tak memberikan penjelasan konkrit.

Menurut Rina, pihak Imigrasi yang memiliki kewenangan penuh mengawasi setiap warga yang datang dan pergi dari Indonesia. “Yang melakukan pengecekan warga yang berangkat keluar negeri bukan Polisi, silakan ditanyakan kepada pihak Imigrasi,” kata Rina menjawab Sumut Pos, Rabu (31/5).

Ketika disoal tentang keberadaan intelijen Kepolisian untuk memantau bibit dan keberadaan paham ISIS di Sumut, menurut Rina, intel yang dimiliki Polisi sudah barang tentu melakukan hal itu. “Intelijen itu memang salah satu tugas pokoknya melakukan penyelidikan,” katanya.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/