26.7 C
Medan
Friday, May 31, 2024

Anak Medan Terduga Teroris Tewas di Filipina

Tentara Filipina di Marawi.

Humas Kemenkuham Sumut Josua Ginting mengaku belum mendapatkan kabar ada warga Medan bernama Muhammad Ilham Syahputra yang disebut bergabung dengan kelompok teroris di Filipina. “Belum ada kita dapat kabar. Malah saya tahu dari anda (Sumut Pos,red). Namun akan kita lakukan kordinasi dengan pihak Direktorat Jendral Imgirasi Pusat di Jakarta,” kata Josua, Rabu (31/5) sore.

Josua mengatakan, walaupun Ilham disebut-sebut warga Medan, namun belum belum tentu dia berangkat ke Filipina melalui Bandara Kualanamu Internasional Airport. “Bisa jadi, berangkatnya dari daerah lain. Kita tidak bisa memantaunya. Yang bisa memantau itu, lintas batas negara pemeriksaan imigrasi. Yang memiliki data perjalanan itu, adanya di Dirjen Imigrasi. Kalau kita tidak ada,” jelasnya.

Namun untuk mengetahui hal itu, Josua mengaku akan berkordinasi dengan Dirjen Imigrasi Kemenkuham. “Tapi, agak sulit. Karena itu data rahasi tidak bisa dipublikasi. Semua data perjalanan warga Indonesia bepergian ke luar negeri dan warga asing masuk ke Indonesia ada di Dirjen Imigrasi,” tandasnya.

Hal yang sama disampaikan Pelaksana tugas (Plt) Kepala Divisi Imigrasi Kemenkuham Sumut, Sabarita Ginting. Dia juga mengaku akan mengecek kebenaran itu.”Saya baru turun dari pesawat ini, jadinya saya belum tahu. Nanti saya cek sama anggota lah,” katanya saat dihubungi via ponsel.

Pengamat terorisme Al Chaidar tidak kaget mendapat informasi tujuh WNI diduga terlibat dalam aksi teror di Marawi. Sebab, sejak 2014 sampai 2017 banyak WNI bertolak ke Filipina untuk berlatih bersama Kelompok Maute. ”Mereka memang terlibat sebagai teroris,” kata dia kepada Jawa Pos. Filipina menjadi tempat berlatih dengan fasilitas Kelompok Maute. Asal para teroris tersebut dari berbagai jaringan dan kelompok. Salah satunya Mujahidin Indonesia Timur (MIT).

Muhammad Ilham Syahputra warga Medan yang dilaporkan sudah tewas dalam pertempuran dengan militer Filipina, kata Al Chaidar, adalah salah seorang anggota MIT. ”Anak buah Santoso,” jelasnya. Namun demikian, dia belum tahu pasti jumlah WNI yang berangkat ke Filipina untuk berlatih bersama Kelompok Maute. Yang pasti, mereka sudah dalam kondisi siap perang. Karena itu, dia tidak heran apabila mereka terlibat dalam aksi teror di Marawi.

Berkaitan dengan potensi gerakan dari Filipina Selatan ke Indonesia, Al Chaidar mengungkapkan bahwa Kelompok Maute maupun ISIS tidak akan sembarangan bergerak. Sebab, mereka butuh persiapan matang. Termasuk di antaranya sumber daya dan infrastruktur. ”Dalam lima tahun mungkin masih di Mindanao,” kata dia. Namun demikian, pemerintah tidak boleh lengah. Mereka tetap harus waspada.

Al Chaidar mendukung langkah pemerintah dengan mengerahkan TNI dan Polri ke wilayah perbatasan Indonesia – Filipina. ”Saya kira memang harus,” imbuhnya. Terpisah, Menhan Ryamizard Ryacudu menyebutkan, pemerintah Indonesia sudah lama mewaspadai gerakan ISIS di Filipina Selatan. Mereka tidak tinggal diam dengan gerakan tersebut. Apalagi pasca konflik di Marawi pecah.

Pejabat yang akrab dipanggil Ryamizard itu menyatakan, antisipasi dilakukan dengan menyiagakan pasukan di darat, laut, dan udara. Bukan hanya di wilayah Sulawesi Utara, Kalimantan Utara pun demikian. ”Itu sudah diantisipasi,” ujarnya. Senada, Kepala Dinas Penerangan TNI AD (Kadispenad) Brigjen TNI Alfret Denny Tuejeh. ”Sejak pagi hari setelah kejadian di Marawi pangdam langsung melaporkan langkah-langkah yang dilakukan,” tegasnya. (byu/syn/jpg/dvs/gus/adz)

Tentara Filipina di Marawi.

Humas Kemenkuham Sumut Josua Ginting mengaku belum mendapatkan kabar ada warga Medan bernama Muhammad Ilham Syahputra yang disebut bergabung dengan kelompok teroris di Filipina. “Belum ada kita dapat kabar. Malah saya tahu dari anda (Sumut Pos,red). Namun akan kita lakukan kordinasi dengan pihak Direktorat Jendral Imgirasi Pusat di Jakarta,” kata Josua, Rabu (31/5) sore.

Josua mengatakan, walaupun Ilham disebut-sebut warga Medan, namun belum belum tentu dia berangkat ke Filipina melalui Bandara Kualanamu Internasional Airport. “Bisa jadi, berangkatnya dari daerah lain. Kita tidak bisa memantaunya. Yang bisa memantau itu, lintas batas negara pemeriksaan imigrasi. Yang memiliki data perjalanan itu, adanya di Dirjen Imigrasi. Kalau kita tidak ada,” jelasnya.

Namun untuk mengetahui hal itu, Josua mengaku akan berkordinasi dengan Dirjen Imigrasi Kemenkuham. “Tapi, agak sulit. Karena itu data rahasi tidak bisa dipublikasi. Semua data perjalanan warga Indonesia bepergian ke luar negeri dan warga asing masuk ke Indonesia ada di Dirjen Imigrasi,” tandasnya.

Hal yang sama disampaikan Pelaksana tugas (Plt) Kepala Divisi Imigrasi Kemenkuham Sumut, Sabarita Ginting. Dia juga mengaku akan mengecek kebenaran itu.”Saya baru turun dari pesawat ini, jadinya saya belum tahu. Nanti saya cek sama anggota lah,” katanya saat dihubungi via ponsel.

Pengamat terorisme Al Chaidar tidak kaget mendapat informasi tujuh WNI diduga terlibat dalam aksi teror di Marawi. Sebab, sejak 2014 sampai 2017 banyak WNI bertolak ke Filipina untuk berlatih bersama Kelompok Maute. ”Mereka memang terlibat sebagai teroris,” kata dia kepada Jawa Pos. Filipina menjadi tempat berlatih dengan fasilitas Kelompok Maute. Asal para teroris tersebut dari berbagai jaringan dan kelompok. Salah satunya Mujahidin Indonesia Timur (MIT).

Muhammad Ilham Syahputra warga Medan yang dilaporkan sudah tewas dalam pertempuran dengan militer Filipina, kata Al Chaidar, adalah salah seorang anggota MIT. ”Anak buah Santoso,” jelasnya. Namun demikian, dia belum tahu pasti jumlah WNI yang berangkat ke Filipina untuk berlatih bersama Kelompok Maute. Yang pasti, mereka sudah dalam kondisi siap perang. Karena itu, dia tidak heran apabila mereka terlibat dalam aksi teror di Marawi.

Berkaitan dengan potensi gerakan dari Filipina Selatan ke Indonesia, Al Chaidar mengungkapkan bahwa Kelompok Maute maupun ISIS tidak akan sembarangan bergerak. Sebab, mereka butuh persiapan matang. Termasuk di antaranya sumber daya dan infrastruktur. ”Dalam lima tahun mungkin masih di Mindanao,” kata dia. Namun demikian, pemerintah tidak boleh lengah. Mereka tetap harus waspada.

Al Chaidar mendukung langkah pemerintah dengan mengerahkan TNI dan Polri ke wilayah perbatasan Indonesia – Filipina. ”Saya kira memang harus,” imbuhnya. Terpisah, Menhan Ryamizard Ryacudu menyebutkan, pemerintah Indonesia sudah lama mewaspadai gerakan ISIS di Filipina Selatan. Mereka tidak tinggal diam dengan gerakan tersebut. Apalagi pasca konflik di Marawi pecah.

Pejabat yang akrab dipanggil Ryamizard itu menyatakan, antisipasi dilakukan dengan menyiagakan pasukan di darat, laut, dan udara. Bukan hanya di wilayah Sulawesi Utara, Kalimantan Utara pun demikian. ”Itu sudah diantisipasi,” ujarnya. Senada, Kepala Dinas Penerangan TNI AD (Kadispenad) Brigjen TNI Alfret Denny Tuejeh. ”Sejak pagi hari setelah kejadian di Marawi pangdam langsung melaporkan langkah-langkah yang dilakukan,” tegasnya. (byu/syn/jpg/dvs/gus/adz)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/