26.7 C
Medan
Tuesday, May 7, 2024

Sawit, Bisnis Seksi yang Ditekan di Sana-Sini

Foto: Yusuf Hidayat/Batam Pos  Ketua Kompartemen Komunikasi Gapki (Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia) Tofan Mahdi (kiri) menjadi narasumber dalam Forum Pemred Riau Pos Group yang domoderatori Riza Budiwan dari Rakyat Aceh di Hotel Harmoni One, Batamcentre, Senin (23/11/2015).
Foto: Yusuf Hidayat/Batam Pos
Ketua Kompartemen Komunikasi Gapki (Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia) Tofan Mahdi (kiri) menjadi narasumber dalam Forum Pemred Riau Pos Group yang domoderatori Riza Budiwan dari Rakyat Aceh di Hotel Harmoni One, Batamcentre, Senin (23/11/2015).

Sebagai komoditas unggulan dengan produksi terbesar, 31,2 juta ton per tahun, dengan sumbangan devisa setara Rp250 triliun, pengusahaan sawit di Indonesia juga mengalami tantangan dan tekanan yang begitu besar. Apa saja itu?

——
Laporan AMZAR, Batam

——
Biasanya takluk dengan rasa kantuk, beda dengan yang terjadi pada pertemuan Forum Pemimpin Redaksi (Pemred) Riau Pos Group (RPG) sesi siang itu di Batam. Para Pemred dari 23 suratkabar, 9 media online, delapan televisi dan satu radio yang ada di bawah bendera RPG dari Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau dan Provinsi Kepulauan Riau, justru antusias.

Boleh jadi, karena topik bahasan kali ini terkait langsung dengan apa yang dirasakan dan dialami pada kawasan di mana media mereka hadir ini, menjalani kiprahnya. Ya, siang itu yang tampil adalah pemateri dari Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) dan topik yang diketengahkan adalah ‘’Mencari Solusi Kebakaran Hutan & Lahan; Perspektif Dunia Usaha.’’
Apalagi yang memberikan pemaparan, Tofan Mahdi, Ketua Kompartemen Komunikasi GAPKI, juga tak kalah antusias, menyampaikan materi secara lugas dengan memilih berdiri di depan ‘’kelas’’ dengan suara yang lantang, terang dan jelas.

Tofan menyebut, angka produksi yang dihasilkan dari produk komoditas sawit Indonesia sebesar 31,2 juta ton itu, adalah yang terbesar di dunia, jauh di atas Malaysia yang ‘’hanya’’ 19 juta ton. ‘’Di Indonesia terdapat sekitar 3500 perusahaan sawit di mana 650 di antaranya tergabung di dalam GAPKI,’’ kata Tofan Mahdi.

Begitu strategisnya peran komoditas minyak sawit Indonesia sehingga Tofan Mahdi menyebutnya sebagai most competitive vegetable oil in the world, yang memberi kontribusi devisa 20 miliar dolar AS atau sekitar Rp250 triliun pertahun, menjadi sumber penghidupan secara langsung bagi 4,5 juta kepala keluarga yang hidup dari kelapa sawit.Secara global, produksi minyak sawit Indonesia menguasai 37 persen pangsa minyak nabati dunia. ‘’Komoditas sawit juga berperan sebagai key driver pertumbuhan ekonomi daerah,’’ kata Tofan Mahdi.

Permintaan produk sawit dunia yang mengalami pertumbuhan 6 juta ton per tahun, kata Tofan, juga menjadi peluang terbuka bagi Indonesia untuk memenuhinya. Begitu strategisnya posisi komoditas ini sehingga ada negara besar yang justru resah karena mereka tidak mendapatkan apa-apa. Apalagi minyak fosil yang jadi andalan sudah semakin menipis dan biofuel yang jadi lirikan, justru berbahan baku sawit.

Keresahan pihak luar inilah yang kemudian memunculkan strategi pelemahan komoditi unggulan tersebut, dalam bentuk kampanye terus-menerus dengan berbagai isu, termasuk kebakaran, berbagai bentuk sertifikasi keberlanjutan, termasuk upaya pemerintah negara pengimpor membuat regulasi ‘non-tariff, plus tekanan perdagangan melalui supply chain.

Diingatkannya, tekanan pihak luar membuat perusahaan besar menjadi sasaran utama sehingga langsung berdampak pada supply chain yang menengah-kecil, berpotensi menimbulkan dampak beban biaya sehingga kurang efisien, yang berisiko menjadikan pertumbuhan produksi sawit menurun, produksi Indonesia stagnan, hingga sampai pada kondisi di mana Indonesia menjadi importir sawit, seperti cerita komoditi unggulan masa lalu: rempah, tebu, tembakau dan kakao.

‘’Kita sendiri berprinsip, karena kita ada di Indonesia dan tunduk atas undang-undang yang berlaku, kita memakai regulasi yang ada di Indonesia, seperti ISPO, untuk terjaminnya perkebunan sesuai tata kelola lingkungan,’’ tegas Tofan.

Foto: Yusuf Hidayat/Batam Pos  Ketua Kompartemen Komunikasi Gapki (Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia) Tofan Mahdi (kiri) menjadi narasumber dalam Forum Pemred Riau Pos Group yang domoderatori Riza Budiwan dari Rakyat Aceh di Hotel Harmoni One, Batamcentre, Senin (23/11/2015).
Foto: Yusuf Hidayat/Batam Pos
Ketua Kompartemen Komunikasi Gapki (Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia) Tofan Mahdi (kiri) menjadi narasumber dalam Forum Pemred Riau Pos Group yang domoderatori Riza Budiwan dari Rakyat Aceh di Hotel Harmoni One, Batamcentre, Senin (23/11/2015).

Sebagai komoditas unggulan dengan produksi terbesar, 31,2 juta ton per tahun, dengan sumbangan devisa setara Rp250 triliun, pengusahaan sawit di Indonesia juga mengalami tantangan dan tekanan yang begitu besar. Apa saja itu?

——
Laporan AMZAR, Batam

——
Biasanya takluk dengan rasa kantuk, beda dengan yang terjadi pada pertemuan Forum Pemimpin Redaksi (Pemred) Riau Pos Group (RPG) sesi siang itu di Batam. Para Pemred dari 23 suratkabar, 9 media online, delapan televisi dan satu radio yang ada di bawah bendera RPG dari Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau dan Provinsi Kepulauan Riau, justru antusias.

Boleh jadi, karena topik bahasan kali ini terkait langsung dengan apa yang dirasakan dan dialami pada kawasan di mana media mereka hadir ini, menjalani kiprahnya. Ya, siang itu yang tampil adalah pemateri dari Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) dan topik yang diketengahkan adalah ‘’Mencari Solusi Kebakaran Hutan & Lahan; Perspektif Dunia Usaha.’’
Apalagi yang memberikan pemaparan, Tofan Mahdi, Ketua Kompartemen Komunikasi GAPKI, juga tak kalah antusias, menyampaikan materi secara lugas dengan memilih berdiri di depan ‘’kelas’’ dengan suara yang lantang, terang dan jelas.

Tofan menyebut, angka produksi yang dihasilkan dari produk komoditas sawit Indonesia sebesar 31,2 juta ton itu, adalah yang terbesar di dunia, jauh di atas Malaysia yang ‘’hanya’’ 19 juta ton. ‘’Di Indonesia terdapat sekitar 3500 perusahaan sawit di mana 650 di antaranya tergabung di dalam GAPKI,’’ kata Tofan Mahdi.

Begitu strategisnya peran komoditas minyak sawit Indonesia sehingga Tofan Mahdi menyebutnya sebagai most competitive vegetable oil in the world, yang memberi kontribusi devisa 20 miliar dolar AS atau sekitar Rp250 triliun pertahun, menjadi sumber penghidupan secara langsung bagi 4,5 juta kepala keluarga yang hidup dari kelapa sawit.Secara global, produksi minyak sawit Indonesia menguasai 37 persen pangsa minyak nabati dunia. ‘’Komoditas sawit juga berperan sebagai key driver pertumbuhan ekonomi daerah,’’ kata Tofan Mahdi.

Permintaan produk sawit dunia yang mengalami pertumbuhan 6 juta ton per tahun, kata Tofan, juga menjadi peluang terbuka bagi Indonesia untuk memenuhinya. Begitu strategisnya posisi komoditas ini sehingga ada negara besar yang justru resah karena mereka tidak mendapatkan apa-apa. Apalagi minyak fosil yang jadi andalan sudah semakin menipis dan biofuel yang jadi lirikan, justru berbahan baku sawit.

Keresahan pihak luar inilah yang kemudian memunculkan strategi pelemahan komoditi unggulan tersebut, dalam bentuk kampanye terus-menerus dengan berbagai isu, termasuk kebakaran, berbagai bentuk sertifikasi keberlanjutan, termasuk upaya pemerintah negara pengimpor membuat regulasi ‘non-tariff, plus tekanan perdagangan melalui supply chain.

Diingatkannya, tekanan pihak luar membuat perusahaan besar menjadi sasaran utama sehingga langsung berdampak pada supply chain yang menengah-kecil, berpotensi menimbulkan dampak beban biaya sehingga kurang efisien, yang berisiko menjadikan pertumbuhan produksi sawit menurun, produksi Indonesia stagnan, hingga sampai pada kondisi di mana Indonesia menjadi importir sawit, seperti cerita komoditi unggulan masa lalu: rempah, tebu, tembakau dan kakao.

‘’Kita sendiri berprinsip, karena kita ada di Indonesia dan tunduk atas undang-undang yang berlaku, kita memakai regulasi yang ada di Indonesia, seperti ISPO, untuk terjaminnya perkebunan sesuai tata kelola lingkungan,’’ tegas Tofan.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/