26.7 C
Medan
Saturday, May 18, 2024

Tembok Tebal Bikin Penduduk Tenang

CHENG HO

Menurut Zheng, tembok tersebut memiliki arti penting bagi Cheng Ho. Sebab, dialah yang memerintah Nanjing setelah menyelesaikan ekspedisi keenam. ”Sesudah pelayaran keenam, Cheng Ho sempat break delapan tahun. Dia diangkat sebagai penjaga Nanjing,” paparnya. Ketika itu ibu kota sudah berpindah ke Beijing.

Itu berarti, urusan keamanan Nanjing menjadi tanggung jawab Cheng Ho. Bahaya dari laut, dia sudah tidak khawatir. Sedangkan untuk darat, Cheng Ho sangat mengandalkan tembok tersebut. ”Itulah yang membuat Cheng Ho bisa tidur nyenyak,” katanya dengan nada berseloroh. ”Karena Nanjing tak bisa diserang, baik dari darat maupun laut,” tambah Zheng. Bukan hanya Cheng Ho, penduduk kota juga tenang dengan keberadaan tembok tersebut.

Setelah merasa nyaman, Cheng Ho kembali membangun armada lautnya. Dia mempersiapkan ekspedisi ketujuh. ”Ini adalah tembok pengamanan yang membuat Cheng Ho bisa fokus untuk membangun armada lautnya,” kata Zheng.

Cheng Ho menggembleng para prajurit angkatan lautnya di Danau Xuanwu. Pelatihan dasar kemariniran dilakukan di tempat itu.   ”Seperti pelatihan berenang, ketahanan dalam air,” ucap Zheng.

Di Danau Xuanwu ada satu dermaga kecil yang hingga kini masih bisa ditemui. Tapi, kondisinya sudah tidak asli. Pemerintah Tiongkok telah mernovasinya.

Jadi Tempat Wisata Andalan

Tembok tebal peninggalan Dinasti Ming di Nanjing dimanfaatkan pemerintah Tiongkok sebagai objek wisata. Bukan hanya temboknya, tapi juga keindahan pemandangan Gunung Purple, Danau Xuanwu, dan Sungai Qinhuai.

Empat objek tersebut kini dijadikan satu kesatuan guna mendatangkan wisatawan. Pemerintah Tiongkok memang jago dalam membangun ruang publik. Lanskap seluas 5 juta meter persegi itu disulap menjadi sebuah taman yang sangat indah dengan view gunung, danau, dan sungai yang menawan. Semuanya gratis. Yang bayar hanya ketika pengunjung ingin naik ke atas tembok. Tiketnya juga sangat murah. Hanya CNY 30 (Rp 60 ribu). Di tembok itu terpasang foto-foto klasik tembok tersebut, lukisan, dan peta-peta kuno.

Tembok pertahanan itu tercatat sebagai salah satu destinasi wisata paling ramai di Nanjing. ”Tiap hari kami bisa menjual 6.000-an tiket,” kata Ma Jing Hong, staf pengelola tempat wisata tersebut.

Saat Jawa Pos (Grup Sumut Pos) mengunjungi tempat itu, sebagian besar pengunjung menikmati pemandangan danau dan sungai. Kemudian, berjalan mengelilingi taman indah yang sangat luas itu. ”Tiap akhir pekan, saya dan keluarga pasti ke sini. Murah, bagus, dan enak buat jalan ramai-ramai,” tutur Wen Lingjing, warga Nanjing yang datang bersama rombongan ibu-bapak dan tiga anaknya.

Bagaimana tidak kerasan, kawasan danau itu punya lima pulau kecil. Tiap pulau itu disambungkan jembatan-jembatan yang dibuat sangat indah. Asal kuat jalan kaki, mata akan dipuaskan oleh lanskap yang begitu menawan. Bunga warna-warni, berpadu dengan penataan batu-batuan yang indah, serta arsitektur Tiongkok klasik.

Selain keluarga, banyak juga kaum muda yang berkunjung. Alasannya sederhana: tempatnya instagrammable. ”Banyak yang foto-foto di sini. Termasuk mahasiswa dari Indonesia,” kata Chandra Kurniawan, mahasiswa Institut Kereta Api Nanjing, kemudian nyengir, yang mendampingi kami.  (*)

CHENG HO

Menurut Zheng, tembok tersebut memiliki arti penting bagi Cheng Ho. Sebab, dialah yang memerintah Nanjing setelah menyelesaikan ekspedisi keenam. ”Sesudah pelayaran keenam, Cheng Ho sempat break delapan tahun. Dia diangkat sebagai penjaga Nanjing,” paparnya. Ketika itu ibu kota sudah berpindah ke Beijing.

Itu berarti, urusan keamanan Nanjing menjadi tanggung jawab Cheng Ho. Bahaya dari laut, dia sudah tidak khawatir. Sedangkan untuk darat, Cheng Ho sangat mengandalkan tembok tersebut. ”Itulah yang membuat Cheng Ho bisa tidur nyenyak,” katanya dengan nada berseloroh. ”Karena Nanjing tak bisa diserang, baik dari darat maupun laut,” tambah Zheng. Bukan hanya Cheng Ho, penduduk kota juga tenang dengan keberadaan tembok tersebut.

Setelah merasa nyaman, Cheng Ho kembali membangun armada lautnya. Dia mempersiapkan ekspedisi ketujuh. ”Ini adalah tembok pengamanan yang membuat Cheng Ho bisa fokus untuk membangun armada lautnya,” kata Zheng.

Cheng Ho menggembleng para prajurit angkatan lautnya di Danau Xuanwu. Pelatihan dasar kemariniran dilakukan di tempat itu.   ”Seperti pelatihan berenang, ketahanan dalam air,” ucap Zheng.

Di Danau Xuanwu ada satu dermaga kecil yang hingga kini masih bisa ditemui. Tapi, kondisinya sudah tidak asli. Pemerintah Tiongkok telah mernovasinya.

Jadi Tempat Wisata Andalan

Tembok tebal peninggalan Dinasti Ming di Nanjing dimanfaatkan pemerintah Tiongkok sebagai objek wisata. Bukan hanya temboknya, tapi juga keindahan pemandangan Gunung Purple, Danau Xuanwu, dan Sungai Qinhuai.

Empat objek tersebut kini dijadikan satu kesatuan guna mendatangkan wisatawan. Pemerintah Tiongkok memang jago dalam membangun ruang publik. Lanskap seluas 5 juta meter persegi itu disulap menjadi sebuah taman yang sangat indah dengan view gunung, danau, dan sungai yang menawan. Semuanya gratis. Yang bayar hanya ketika pengunjung ingin naik ke atas tembok. Tiketnya juga sangat murah. Hanya CNY 30 (Rp 60 ribu). Di tembok itu terpasang foto-foto klasik tembok tersebut, lukisan, dan peta-peta kuno.

Tembok pertahanan itu tercatat sebagai salah satu destinasi wisata paling ramai di Nanjing. ”Tiap hari kami bisa menjual 6.000-an tiket,” kata Ma Jing Hong, staf pengelola tempat wisata tersebut.

Saat Jawa Pos (Grup Sumut Pos) mengunjungi tempat itu, sebagian besar pengunjung menikmati pemandangan danau dan sungai. Kemudian, berjalan mengelilingi taman indah yang sangat luas itu. ”Tiap akhir pekan, saya dan keluarga pasti ke sini. Murah, bagus, dan enak buat jalan ramai-ramai,” tutur Wen Lingjing, warga Nanjing yang datang bersama rombongan ibu-bapak dan tiga anaknya.

Bagaimana tidak kerasan, kawasan danau itu punya lima pulau kecil. Tiap pulau itu disambungkan jembatan-jembatan yang dibuat sangat indah. Asal kuat jalan kaki, mata akan dipuaskan oleh lanskap yang begitu menawan. Bunga warna-warni, berpadu dengan penataan batu-batuan yang indah, serta arsitektur Tiongkok klasik.

Selain keluarga, banyak juga kaum muda yang berkunjung. Alasannya sederhana: tempatnya instagrammable. ”Banyak yang foto-foto di sini. Termasuk mahasiswa dari Indonesia,” kata Chandra Kurniawan, mahasiswa Institut Kereta Api Nanjing, kemudian nyengir, yang mendampingi kami.  (*)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/