29 C
Medan
Sunday, April 28, 2024

2 Korban Banjir Meninggal

Foto: sumut pos/fachrul
Iriani baru Nasution, warga korban banjir penderita diare yang tewas saat akan dikebumikan, Senin (7/8) kemarin.

BELAWAN, SUMUTPOS.CO -Banjir yang melanda permukiman di Jalan Asam Simpang Kantor, Kelurahan Martubung, Medan Labuhan selama berbulan-bulan, menelan korban jiwa. Korban yang merupakan kaka beradik, Samsul Bahri Nasution (63) dan Iriani boru Nasution (57) meninggal dunia diduga akibat diare, Senin (7/8), kemarin.

Meninggalnya kedua korban memang cukup memperihatinkan. Selama ini, mereka serta warga lainnya terpaksa tinggal di rumah tergenang dan tercemar limbah tinja hingga akhirnya mengidap penyakit diare.

“Sudah tiga hari keduanya sakit perut, terus mencret-mencret. Tadi pagi jam 4 meninggal dunia,” ujar, Ali (40) keluarga korban.

Ali mengaku sebelumnya pihak keluarga sudah pernah membujuk Samsul dan Iriana supaya pindah karena lingkungan tersebut kotor tergenang air sisa hujan. Tapi, ajak tersebut malah ditolak dengan alasan rumahnya belum laku terjual.”Karena lingkungan rumahnya kotor maka diajak pindah. Apalagi, limbah tinja dari lapas juga mengalir,” tuturnya.

Sebelum Samsul dan Iriani meninggal, pihak keluarga dibantu warga sempat membawanya berobat ke rumah sakit. Namun, nyawa keduanya tidak tertolong akibat kondisi kakak beradik ini melemah.”Yang disesalkan kok pemerintah tak peduli. Coba lihat berbulan-bulan warga disini kebanjiran tapi dibiarkan,” kata Ali.

Banjir yang menyisakan penderitaan dan korban jiwa tanpa ada upaya pemprovsu menurunkan mesin penyedot air, membuat warga geram. Puluhan warga kembali menggelar aksi blokir jalan guna mendesak agar infrastruktur segera dibenahi.

Syahdan (45), seorang warga menuturkan kalau saja saluran drainase ada dan berfungsi, tentunya warga tidak akan mengalami kebanjiran seperti sekarang.”Masalahnya adalah drainase, kalau lancar tak mungkin banjir. Tapi, jangankan drainase diperbaiki, mesin nyedot air saja tak diturunkan,” beber warga.

Sementara itu, aksi blokir jalan yang membuat pengendara harus mencari jalan memutar sejauh 5 kilometer, berlangsung hingga Senin (7/8) sore kemarin. Bahkan, dalam aksinya warga menggelar tikar di tengah jembatan Jalan Titi Pahlawan Simpang Kantor, Medan Labuhan.

“Kami mendesak perbaikan jalan ini segera. Jika tidak ditutup saja,” ujar Syahdan.

Lurah Martubung Eddy Shahrizal ketika dikonfirmasi soal adanya dua warga di Jalan Asam meninggal dunia akibat diare, belum mau memberikan penjelasan. Sedangkan, Camat Medan Labuhan, Arrahman Pane saat telepon selularnya dihubungi tidak aktif.(rul/ila)

 

 

Foto: sumut pos/fachrul
Iriani baru Nasution, warga korban banjir penderita diare yang tewas saat akan dikebumikan, Senin (7/8) kemarin.

BELAWAN, SUMUTPOS.CO -Banjir yang melanda permukiman di Jalan Asam Simpang Kantor, Kelurahan Martubung, Medan Labuhan selama berbulan-bulan, menelan korban jiwa. Korban yang merupakan kaka beradik, Samsul Bahri Nasution (63) dan Iriani boru Nasution (57) meninggal dunia diduga akibat diare, Senin (7/8), kemarin.

Meninggalnya kedua korban memang cukup memperihatinkan. Selama ini, mereka serta warga lainnya terpaksa tinggal di rumah tergenang dan tercemar limbah tinja hingga akhirnya mengidap penyakit diare.

“Sudah tiga hari keduanya sakit perut, terus mencret-mencret. Tadi pagi jam 4 meninggal dunia,” ujar, Ali (40) keluarga korban.

Ali mengaku sebelumnya pihak keluarga sudah pernah membujuk Samsul dan Iriana supaya pindah karena lingkungan tersebut kotor tergenang air sisa hujan. Tapi, ajak tersebut malah ditolak dengan alasan rumahnya belum laku terjual.”Karena lingkungan rumahnya kotor maka diajak pindah. Apalagi, limbah tinja dari lapas juga mengalir,” tuturnya.

Sebelum Samsul dan Iriani meninggal, pihak keluarga dibantu warga sempat membawanya berobat ke rumah sakit. Namun, nyawa keduanya tidak tertolong akibat kondisi kakak beradik ini melemah.”Yang disesalkan kok pemerintah tak peduli. Coba lihat berbulan-bulan warga disini kebanjiran tapi dibiarkan,” kata Ali.

Banjir yang menyisakan penderitaan dan korban jiwa tanpa ada upaya pemprovsu menurunkan mesin penyedot air, membuat warga geram. Puluhan warga kembali menggelar aksi blokir jalan guna mendesak agar infrastruktur segera dibenahi.

Syahdan (45), seorang warga menuturkan kalau saja saluran drainase ada dan berfungsi, tentunya warga tidak akan mengalami kebanjiran seperti sekarang.”Masalahnya adalah drainase, kalau lancar tak mungkin banjir. Tapi, jangankan drainase diperbaiki, mesin nyedot air saja tak diturunkan,” beber warga.

Sementara itu, aksi blokir jalan yang membuat pengendara harus mencari jalan memutar sejauh 5 kilometer, berlangsung hingga Senin (7/8) sore kemarin. Bahkan, dalam aksinya warga menggelar tikar di tengah jembatan Jalan Titi Pahlawan Simpang Kantor, Medan Labuhan.

“Kami mendesak perbaikan jalan ini segera. Jika tidak ditutup saja,” ujar Syahdan.

Lurah Martubung Eddy Shahrizal ketika dikonfirmasi soal adanya dua warga di Jalan Asam meninggal dunia akibat diare, belum mau memberikan penjelasan. Sedangkan, Camat Medan Labuhan, Arrahman Pane saat telepon selularnya dihubungi tidak aktif.(rul/ila)

 

 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/