JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Kepala Badan Nasional Penanggulangan Teroris (BNPT) Komjen Pol Suhardi Alius bersikukuh kalau Ivan Armadi Hasugian (18) telah menjalin komunikasi aktif dengan Bahrum Naim melalui media sosial.
“Kita berbicara fakta. Infiltrasi masalah nilai-nilai itu semua melalui media sosial. Semua kita punya bukti kalau itu semua perintahnya dari teknologi informasi sosial media,” jelas Suhardi Alius, usai peletakan batu pertama pembangunan masjid di Pondok Pesantren Darusy Syifa, Desa Sei Mencirim, Kecamatan Kutalimbaru, Deliserdang, Rabu (7/9) siang.
Suhardi mencontohkan, aksi teror yang mirip di Gereja Katolik Stasi Santo Yosep ini pernah terjadi juga di Eropa. “Itu terjadi juga di Eropa dengan pisau, ada pastor dikejar-kejar. Tidak ada bom, dan dia pakai kendaraan,” sambung Suhardi.
Namun, saat disinggung apakah ada buktinya, Suhardi enggan membeberkannya ke publik.
Menurut dia, apa yang disampaikan Kapolri Jenderal Pol Tito Karnavian bahwa Ivan berhubungan dengan Bahrum Naim, agen ISIS di Asia Tenggara, merupakan fakta dan dilengkapi dengan bukti-bukti.
“Kita enggak bisa sebutkan, tapi itu memang terhubung dengan media sosial. Kita enggak bisa sebutkan. Teman-teman media punya peran yang sangat signifikan dan sangat membantu mereduksi radikalisme itu sendiri,” ujar Suhardi.
Tak hanya di Eropa, menurut Suhardi, kejadian aksi teror yang diperintahkan melalui media sosial inipun terjadi di Batam dan Solo. Dia juga bermohon kepada media untuk tidak memberitakan yang negatif. “Kalau ada yang negatif, tolong jangan terlalu diekspos. Yang jelas, selama ini beberapa tahun terakhir termasuk di luar negeri, terhubung dengan teknologi informasi yang radikal. Istilahnyalone wolf. Perintah-perintah lewat IT itu kemudian pemahaman radikal kemudian amaliyah sendiri kemudian caranya juga sendiri,” kata dia.
Begitupun, menurutnya, langkah dari Ustadz Ghazali yang telah membangun Pondok Pesantren Darusy Syifa ini sangat baik. Dia berharap, langkah ini menjadi awal yang baik bersimbiosis untuk kemaslahatan kita semuanya. Dia juga bilang, pesantren yang dibangun Ghazali adalah binaan BNPT RI.
“Kami akan tularkan ke tempat lain. Ini merupakan awal kita upayakan untuk tempat lainnya. BIN ada kewenangan untuk memberikan deteksi. Sekarang sudah banyak info intelijen BIN untuk deteksi arus informasi yang masuk dari Syuriah,” tambah dia
Menurut dia, BNPT juga punya sejumlah langkah dalam penanggulangan terorisme di Indonesia. Sayang, Suhardi tak membeberkan kepada publik. “Saya juga sudah melapor kepada pimpinan negara ini, Pak Jokowi, kita tidak bisa dengan hanya represif. Sebagaimana yang kita sampaikan tadi, langkah-langkah yang human approach. anak-anak jangan dimarginalkan, sangat rawan. Mari kita rangkul. Peran keluarga juga sangat penting. Kepedulian guru dosen juga dalam rangka mendeteksi masalah radikalis itu,” bebernya.
Menurutnya, di Indonesia, baru pesantren ini yang dibangun. Rencannya, akan dibangun kembali pesantren serupa di daerah lain sehingga dapat nikmati masyarakat juga. “Pesantren ini role model. Ini akan kami tularkan ke tempat lain. Ada beberapa kantong-kantong yang berpotensi radikal jadi prioritas kami untuk melakukan hal semacam ini,” ujarnya.
JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Kepala Badan Nasional Penanggulangan Teroris (BNPT) Komjen Pol Suhardi Alius bersikukuh kalau Ivan Armadi Hasugian (18) telah menjalin komunikasi aktif dengan Bahrum Naim melalui media sosial.
“Kita berbicara fakta. Infiltrasi masalah nilai-nilai itu semua melalui media sosial. Semua kita punya bukti kalau itu semua perintahnya dari teknologi informasi sosial media,” jelas Suhardi Alius, usai peletakan batu pertama pembangunan masjid di Pondok Pesantren Darusy Syifa, Desa Sei Mencirim, Kecamatan Kutalimbaru, Deliserdang, Rabu (7/9) siang.
Suhardi mencontohkan, aksi teror yang mirip di Gereja Katolik Stasi Santo Yosep ini pernah terjadi juga di Eropa. “Itu terjadi juga di Eropa dengan pisau, ada pastor dikejar-kejar. Tidak ada bom, dan dia pakai kendaraan,” sambung Suhardi.
Namun, saat disinggung apakah ada buktinya, Suhardi enggan membeberkannya ke publik.
Menurut dia, apa yang disampaikan Kapolri Jenderal Pol Tito Karnavian bahwa Ivan berhubungan dengan Bahrum Naim, agen ISIS di Asia Tenggara, merupakan fakta dan dilengkapi dengan bukti-bukti.
“Kita enggak bisa sebutkan, tapi itu memang terhubung dengan media sosial. Kita enggak bisa sebutkan. Teman-teman media punya peran yang sangat signifikan dan sangat membantu mereduksi radikalisme itu sendiri,” ujar Suhardi.
Tak hanya di Eropa, menurut Suhardi, kejadian aksi teror yang diperintahkan melalui media sosial inipun terjadi di Batam dan Solo. Dia juga bermohon kepada media untuk tidak memberitakan yang negatif. “Kalau ada yang negatif, tolong jangan terlalu diekspos. Yang jelas, selama ini beberapa tahun terakhir termasuk di luar negeri, terhubung dengan teknologi informasi yang radikal. Istilahnyalone wolf. Perintah-perintah lewat IT itu kemudian pemahaman radikal kemudian amaliyah sendiri kemudian caranya juga sendiri,” kata dia.
Begitupun, menurutnya, langkah dari Ustadz Ghazali yang telah membangun Pondok Pesantren Darusy Syifa ini sangat baik. Dia berharap, langkah ini menjadi awal yang baik bersimbiosis untuk kemaslahatan kita semuanya. Dia juga bilang, pesantren yang dibangun Ghazali adalah binaan BNPT RI.
“Kami akan tularkan ke tempat lain. Ini merupakan awal kita upayakan untuk tempat lainnya. BIN ada kewenangan untuk memberikan deteksi. Sekarang sudah banyak info intelijen BIN untuk deteksi arus informasi yang masuk dari Syuriah,” tambah dia
Menurut dia, BNPT juga punya sejumlah langkah dalam penanggulangan terorisme di Indonesia. Sayang, Suhardi tak membeberkan kepada publik. “Saya juga sudah melapor kepada pimpinan negara ini, Pak Jokowi, kita tidak bisa dengan hanya represif. Sebagaimana yang kita sampaikan tadi, langkah-langkah yang human approach. anak-anak jangan dimarginalkan, sangat rawan. Mari kita rangkul. Peran keluarga juga sangat penting. Kepedulian guru dosen juga dalam rangka mendeteksi masalah radikalis itu,” bebernya.
Menurutnya, di Indonesia, baru pesantren ini yang dibangun. Rencannya, akan dibangun kembali pesantren serupa di daerah lain sehingga dapat nikmati masyarakat juga. “Pesantren ini role model. Ini akan kami tularkan ke tempat lain. Ada beberapa kantong-kantong yang berpotensi radikal jadi prioritas kami untuk melakukan hal semacam ini,” ujarnya.