30 C
Medan
Monday, May 6, 2024

Lima Kali Digusur, Penggarap Ngotot Bertahan

Foto: Prasetiyo/PM Rumah M. Sinaga, salah satu penggarap, yang dirusak dan dijarah puluhan pria bersebo, Selasa (11/11/2014).
Foto: Prasetiyo/PM
Rumah M. Sinaga, salah satu penggarap lahan PTPN 2, yang dirusak dan dijarah puluhan pria bersebo, Selasa (11/11/2014).

SUMUTPOS.CO – Antoni Sembiring (40), salah satu Wakil Ketua Kelompok Tani Mekar Jaya menyebut pengusiran dengan cara penyerbuan yang dilakukan pihak PTPN II merupakan tindakan kelima kalinya.

“Saya tidak terlalu ingat lagi, tapi yang jelas sudah lima kali mereka ngusir kami dari lahan ini. Kalau tidak salah mulai bulan lima, bulan enam, bulan delapan, bulan sepuluh, sama bulan sebelas,” papar Antoni merinci penggusuran yang terjadi sebelumnya.

Selama lima bulan terakhir ini, Antoni dan petani lain mengaku telah dibuat resah oleh pihak PTPN dengan aksi yang mengancam kehidupan mereka. Dan akibat kejadian itu, mereka mengaku banyak mengalami kerugian, baik dari materi dan non materi.

“Bayangkanlah, kejadian barusan mengakibatkan rekan kami tewas. Sebelum-sebelumnya banyak petani yang dipukuli pihak PTPN II, ada yang luka kepalanya, barang-barang kami berapa banyak yang dijarah mereka,” kesal Antoni menerangkan dampak penyerangan tersebut.

Pihak Kelompok Tani Mekar Jaya juga mengaku telah melaporkan hal ini ke Polda Sumut pada 28 Oktober lalu. Pihaknya berharap agar kejadian yang serupa tak terulang lagi. Nyatanya, pihak Polda Sumut tidak juga mengambil tindakan yang tegas terhadap pihak PTPN II hingga tindakan anarkis sama dirasakan petani dan memakan korban jiwa.

Sebagai Wakil Ketua Kelompok Tani, Antoni Sembiring juga menyampaikan pesan kepada pihak Polda Sumut untuk segera mengambil kebijakan yang cepat dan tepat dalam menengahi kasus mereka agar tidak terpicu niat para petani untuk balas dendam kepada PTPN II.

“Kami dirusuhin seperti ini tidak membalas. Kami diam aja. Tapi bukan Berarti kami takut. Kantor PTPN II dekatnya dari sini, tapi nggak mau kami ributin. Kami cuma mohon kepada bapak Kapolda agar buat kebijakan untuk kami. Tapi kalau pihak Polda memang tutup mata, jangan salahkan kami kalau kami akan balik bertindak anarkis,” tegas Antoni menyampaikan harapannya.

 

KAMI TIDAK MAU DIUSIR…

Setelah memakan satu korban jiwa, para petani mengaku akan tetap mempertahankan lahan dengan luas sekitar 300 hektar tersebut. Para petani mengaku bahwa lahan tersebut merupakan lahan bekas Hak Guna Usaha (HGU) yang telah habis masanya dan harus dikembalikan kepada masayarakat.

“Kami bukan orang bodoh. Kami tidak mau diusir begitu saja oleh PTPN II. Kami akan tetap mempertahankan hak kami,” ucap Sitompul yang bersikeras tetap akan mempertahankan lahan garapannya.

Mereka menganggap pengusiran PTPN II terhadap para petani hanya sebuah alasan saja agar pihak PTPN II bisa menggunakan lahan tersebut sebagai proyek baru mereka membangun perumahan. “Taunya kami, mereka mau bangun perumahan di sini,” ucap Antoni.

Lagi, Danton sebagai staf yang diamanahkan pihak PTPN II untuk mengusir para petani tersebut berdalih. Ia mengaku bahwa tanah yang berusaha dikuasai petani tersebut akan dikelola PTPN II untuk ditanami sawit. “Mau ditanami sawit lahannya,” ujar Danton tegas.(cr-3/bd)

 

Foto: Prasetiyo/PM Rumah M. Sinaga, salah satu penggarap, yang dirusak dan dijarah puluhan pria bersebo, Selasa (11/11/2014).
Foto: Prasetiyo/PM
Rumah M. Sinaga, salah satu penggarap lahan PTPN 2, yang dirusak dan dijarah puluhan pria bersebo, Selasa (11/11/2014).

SUMUTPOS.CO – Antoni Sembiring (40), salah satu Wakil Ketua Kelompok Tani Mekar Jaya menyebut pengusiran dengan cara penyerbuan yang dilakukan pihak PTPN II merupakan tindakan kelima kalinya.

“Saya tidak terlalu ingat lagi, tapi yang jelas sudah lima kali mereka ngusir kami dari lahan ini. Kalau tidak salah mulai bulan lima, bulan enam, bulan delapan, bulan sepuluh, sama bulan sebelas,” papar Antoni merinci penggusuran yang terjadi sebelumnya.

Selama lima bulan terakhir ini, Antoni dan petani lain mengaku telah dibuat resah oleh pihak PTPN dengan aksi yang mengancam kehidupan mereka. Dan akibat kejadian itu, mereka mengaku banyak mengalami kerugian, baik dari materi dan non materi.

“Bayangkanlah, kejadian barusan mengakibatkan rekan kami tewas. Sebelum-sebelumnya banyak petani yang dipukuli pihak PTPN II, ada yang luka kepalanya, barang-barang kami berapa banyak yang dijarah mereka,” kesal Antoni menerangkan dampak penyerangan tersebut.

Pihak Kelompok Tani Mekar Jaya juga mengaku telah melaporkan hal ini ke Polda Sumut pada 28 Oktober lalu. Pihaknya berharap agar kejadian yang serupa tak terulang lagi. Nyatanya, pihak Polda Sumut tidak juga mengambil tindakan yang tegas terhadap pihak PTPN II hingga tindakan anarkis sama dirasakan petani dan memakan korban jiwa.

Sebagai Wakil Ketua Kelompok Tani, Antoni Sembiring juga menyampaikan pesan kepada pihak Polda Sumut untuk segera mengambil kebijakan yang cepat dan tepat dalam menengahi kasus mereka agar tidak terpicu niat para petani untuk balas dendam kepada PTPN II.

“Kami dirusuhin seperti ini tidak membalas. Kami diam aja. Tapi bukan Berarti kami takut. Kantor PTPN II dekatnya dari sini, tapi nggak mau kami ributin. Kami cuma mohon kepada bapak Kapolda agar buat kebijakan untuk kami. Tapi kalau pihak Polda memang tutup mata, jangan salahkan kami kalau kami akan balik bertindak anarkis,” tegas Antoni menyampaikan harapannya.

 

KAMI TIDAK MAU DIUSIR…

Setelah memakan satu korban jiwa, para petani mengaku akan tetap mempertahankan lahan dengan luas sekitar 300 hektar tersebut. Para petani mengaku bahwa lahan tersebut merupakan lahan bekas Hak Guna Usaha (HGU) yang telah habis masanya dan harus dikembalikan kepada masayarakat.

“Kami bukan orang bodoh. Kami tidak mau diusir begitu saja oleh PTPN II. Kami akan tetap mempertahankan hak kami,” ucap Sitompul yang bersikeras tetap akan mempertahankan lahan garapannya.

Mereka menganggap pengusiran PTPN II terhadap para petani hanya sebuah alasan saja agar pihak PTPN II bisa menggunakan lahan tersebut sebagai proyek baru mereka membangun perumahan. “Taunya kami, mereka mau bangun perumahan di sini,” ucap Antoni.

Lagi, Danton sebagai staf yang diamanahkan pihak PTPN II untuk mengusir para petani tersebut berdalih. Ia mengaku bahwa tanah yang berusaha dikuasai petani tersebut akan dikelola PTPN II untuk ditanami sawit. “Mau ditanami sawit lahannya,” ujar Danton tegas.(cr-3/bd)

 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/