28.9 C
Medan
Saturday, May 18, 2024

Dari Taicang Penjelajahan Dunia Dimulai

Foto: Boy Slamet/Jawa Pos
Diorama tentang Pelayaran Armada Cheng Ho terpaampang di Museum Taicang kota Suzhou Provinsi Jiangsu, China 4/6/2017. Liucang merupakan dermaga pertama Pelayaran Armada Cheng Ho ke Laut Cina Selatan.

TAMAN NASIONAL CHENG HO PALING LENGKAP

Dari semua taman nasional Cheng Ho di Tiongkok, yang berada di Suzhou memang bukan yang terbesar. Luasnya hanya 3.300 meter persegi. Kalah jauh bila dibandingkan dengan Taman Nasional Cheng Ho di Kunyang yang luasnya mencapai 16 hektare.

Namun, soal koleksi, bisa jadi tempat ini yang paling lengkap. Di dalamnya ada catatan perjalanan Cheng Ho serta benda-benda yang diangkat dari perairan sekitar Pelabuhan Taicang. Mulai helm berlapis emas, koin-koin, hingga pecahan keramik. Juga, ada diorama yang menggambarkan safari Cheng Ho di banyak negara. Sayang, ada aturan dilarang memotret sehingga kami tidak banyak mendapat gambar.

”Untuk yang di Tiongkok (Suzhou, Red) memang termasuk yang paling rinci penjelasannya dan koleksinya banyak,” kata Zheng Zhi Hai, pria keturunan ke-19 Cheng Ho.

Meski yang terlengkap, taman nasional itu bukan destinasi wisata yang ramai. Saat kami datang pada Minggu (4/6), hanya 15 orang yang berkunjung. Taman itu pun terasa sangat lengang.

Karin Cheng, nama yang tercatat di name tag perempuan penjaga tiket, sedang bersandar mengantuk ketika kami datang. ”Jarang ramai, kecuali jika ada rombongan,” katanya ketika kami tanya apakah sehari-harinya seperti ini. Ketika kami datang pukul 12.30, Karin mengaku baru menyobek 36 lembar tiket seharga CNY 30 (sekitar Rp 60 ribu).

Suzhou punya nilai historis tinggi. Sebab, taman nasional itu didirikan persis di kawasan dermaga tempat persandaran armada Cheng Ho. Persandaran terakhir di Sungai Yangtze sebelum kapal-kapal itu kelur menuju laut lepas.

Tapi, dari sisi lokasi, tempat itu sekarang sudah tidak lagi strategis. Tempatnya terisolasi, dikepung perkantoran, dan pusat perdagangan. Akses menuju lokasi juga disesaki kendaraan berat seperti truk kontainer (meski jalannya sangat lebar). Taman yang tertata apik di kanan dan kiri jalan belum mampu menarik orang untuk mengunjungi taman itu.

Aksesnya juga jauh dari mana-mana. Dari stasiun kereta api Suzhou (pusat kota), pengunjung masih harus menempuh jarak 82 km lagi. Waktu tempuhnya 1 jam 25 menit dengan taksi.

Karena itu, orang yang datang ke Taman Nasional Cheng Ho itu adalah mereka yang memang niat dan meluangkan waktu untuk berkunjung. Kebanyakan adalah mereka yang menggemari wisata sejarah. Sebab, di sana ada banyak ilustrasi yang menunjukkan siapa Cheng Ho dan bagaimana pelayarannya.

Ada patung Cheng Ho besar dan di sebelahnya terdapat replika kapal berukuran 71 meter x 14 meter. Itu adalah kapal prajurit. Di sampingnya ada relief batu yang mengilustrasikan pertemuan Cheng Ho dengan kebudayaan lain di seluruh dunia. Ada yang masuk hutan dan bertemu gajah seperti di India. Ada yang bertemu dengan orang-orang Barat.

Ada juga Memorial Hall yang berisi full penjelasan mengenai tujuan perjalanan Cheng Ho hingga perincian tujuh pelayarannya. Lalu, ada benda-benda peninggalan yang menjadi koleksi serta ilustrasi foto-foto kunjungan Cheng Ho ke sejumlah negara yang telah terverifikasi. ”Peneliti Cheng Ho memang harus melihat ke sana dulu (Sozhou, Red) jika ke Tiongkok,” kata Tan Ta Sen. (*/c10/nw)

Foto: Boy Slamet/Jawa Pos
Diorama tentang Pelayaran Armada Cheng Ho terpaampang di Museum Taicang kota Suzhou Provinsi Jiangsu, China 4/6/2017. Liucang merupakan dermaga pertama Pelayaran Armada Cheng Ho ke Laut Cina Selatan.

TAMAN NASIONAL CHENG HO PALING LENGKAP

Dari semua taman nasional Cheng Ho di Tiongkok, yang berada di Suzhou memang bukan yang terbesar. Luasnya hanya 3.300 meter persegi. Kalah jauh bila dibandingkan dengan Taman Nasional Cheng Ho di Kunyang yang luasnya mencapai 16 hektare.

Namun, soal koleksi, bisa jadi tempat ini yang paling lengkap. Di dalamnya ada catatan perjalanan Cheng Ho serta benda-benda yang diangkat dari perairan sekitar Pelabuhan Taicang. Mulai helm berlapis emas, koin-koin, hingga pecahan keramik. Juga, ada diorama yang menggambarkan safari Cheng Ho di banyak negara. Sayang, ada aturan dilarang memotret sehingga kami tidak banyak mendapat gambar.

”Untuk yang di Tiongkok (Suzhou, Red) memang termasuk yang paling rinci penjelasannya dan koleksinya banyak,” kata Zheng Zhi Hai, pria keturunan ke-19 Cheng Ho.

Meski yang terlengkap, taman nasional itu bukan destinasi wisata yang ramai. Saat kami datang pada Minggu (4/6), hanya 15 orang yang berkunjung. Taman itu pun terasa sangat lengang.

Karin Cheng, nama yang tercatat di name tag perempuan penjaga tiket, sedang bersandar mengantuk ketika kami datang. ”Jarang ramai, kecuali jika ada rombongan,” katanya ketika kami tanya apakah sehari-harinya seperti ini. Ketika kami datang pukul 12.30, Karin mengaku baru menyobek 36 lembar tiket seharga CNY 30 (sekitar Rp 60 ribu).

Suzhou punya nilai historis tinggi. Sebab, taman nasional itu didirikan persis di kawasan dermaga tempat persandaran armada Cheng Ho. Persandaran terakhir di Sungai Yangtze sebelum kapal-kapal itu kelur menuju laut lepas.

Tapi, dari sisi lokasi, tempat itu sekarang sudah tidak lagi strategis. Tempatnya terisolasi, dikepung perkantoran, dan pusat perdagangan. Akses menuju lokasi juga disesaki kendaraan berat seperti truk kontainer (meski jalannya sangat lebar). Taman yang tertata apik di kanan dan kiri jalan belum mampu menarik orang untuk mengunjungi taman itu.

Aksesnya juga jauh dari mana-mana. Dari stasiun kereta api Suzhou (pusat kota), pengunjung masih harus menempuh jarak 82 km lagi. Waktu tempuhnya 1 jam 25 menit dengan taksi.

Karena itu, orang yang datang ke Taman Nasional Cheng Ho itu adalah mereka yang memang niat dan meluangkan waktu untuk berkunjung. Kebanyakan adalah mereka yang menggemari wisata sejarah. Sebab, di sana ada banyak ilustrasi yang menunjukkan siapa Cheng Ho dan bagaimana pelayarannya.

Ada patung Cheng Ho besar dan di sebelahnya terdapat replika kapal berukuran 71 meter x 14 meter. Itu adalah kapal prajurit. Di sampingnya ada relief batu yang mengilustrasikan pertemuan Cheng Ho dengan kebudayaan lain di seluruh dunia. Ada yang masuk hutan dan bertemu gajah seperti di India. Ada yang bertemu dengan orang-orang Barat.

Ada juga Memorial Hall yang berisi full penjelasan mengenai tujuan perjalanan Cheng Ho hingga perincian tujuh pelayarannya. Lalu, ada benda-benda peninggalan yang menjadi koleksi serta ilustrasi foto-foto kunjungan Cheng Ho ke sejumlah negara yang telah terverifikasi. ”Peneliti Cheng Ho memang harus melihat ke sana dulu (Sozhou, Red) jika ke Tiongkok,” kata Tan Ta Sen. (*/c10/nw)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/