27.8 C
Medan
Monday, May 20, 2024

Medan Hanya Tempat Melintas Wisatawan

Program Visit Medan Year 2012 Dikritik

OBJEK WISATA : Wisatawan mengunjungi  Istana Maimun. Selain Istana Maimun masih banyak objek wisata lain  Kota  Medan   jika dikelola maksimal bisa memikat para wisatawan.//TRIADI WIBOWO/SUMUT POS
OBJEK WISATA : Wisatawan mengunjungi Istana Maimun. Selain Istana Maimun masih banyak objek wisata lain di Kota Medan yang jika dikelola maksimal bisa memikat para wisatawan.//TRIADI WIBOWO/SUMUT POS

MEDAN – Kepala Dinas Kebudayaan Dan Pariwisata (Kadisbudpar) Kota Medan, Busral Manan, menjadi sorotan. Dia dinilai tidak optimal mengelola potensi wisata yang ada di Kota Medan. Banyak objek wisata menarik, namun tidak dikenal oleh calon wisatawan. Bahkan Kota Medan sepertinya tidak punya kekhasan kuliner seperti daerah lain.

Hal itu disampaikan Bendahara Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (F-PKS), H. Jumadi, saat memberi pandangan umum fraksinya terhadap Ranperda (rancangan peraturan daerah) Kota Medan tentang kepariwisataan, dalam rapat paripurna dewan, Rabu (12/9). ‘’Dalam rapat paripurna dewan tadi, pertanyaan kami misalnya, apa makanan khas Kota Medan? Apa oleh-oleh khas Medan?. Makanan khas yang ada sekarang justru mempopulerkan nama kota lain, yaitu Bika Ambon. Walaupun orang Ambon sendiri tidak bisa membuatnya,” ujar Jumadi.

Dia menilai program Visit Medan Year 2012 tidak memiliki konsep dan arah yang jelas. Para wisatawan justru banyak pergi ke daerah luar Kota Medan, seperti ke Danau Toba dan Berastagi. Dan itu semua diluar Medan. “Kedepan tantangan dunia pariwisata akan semakin nyata dengan beroperasinya bandara di Kuala Namu. Jika Pemko Medan tidak mampu menawarkan sesuatu yang lebih menarik, unik, dan khas kepada wisatawan, maka Kota Medan hanya sekedar menjadi tempat orang melintas saja,” tegas Jumadi.

Kritikan senada juga disampaikan Bendahara Fraksi Partai Demokrat, A Hie, saat menyampaikan pemandangan umum fraksinya. Menurut dia, program Visit Medan Year hanya sebatas slogan. “Kehadiran wisatawan pada umumnya datang ke Medan hanya karena ada event-event tertentu. Semestinya kehadiran wisatawan dikarenakan keinginan wisatawan itu sendiri, disebabkan adanya daya tarik objek wisata di Medan,” katanya.

A Hie mengatakan banyak bangunan-bangunan bersejarah di Kota Medan yang semestinya dapat menjadi tujuan wisata, saat ini kurang mendapat sentuhan perawatan sehingga kurang dimanfaatkan dan diminati oleh para wisatawan sebagai tujuan wisata.

Sementara itu, Fraksi Partai Damai Sejahtera (F-PDS), melalui juru bicaranya, Jhonny Nadeak, mengatakan Disbudpar Medan belum sungguh-sungguh memberi perhatian atas pelestarian cagar budaya di Kota Medan. “Upaya pelestarian cagar budaya hingga saat ini hanya sebatas wacana.

Masih segar dalam ingatan kita atas sejumlah bangunan yang memiliki nilai cagar budaya berubah fungsi menjadi bangunan umum. Misalnya bangunan di Jalan Diponegoro. Sejumlah bangunan di Jalan Ahmad Yani. Dimanakah Disbudpar saat itu yang menyatakan komitmen melestarikan cagar budaya,” tegas Jhonny.

Dia juga mempertanyakan program wisata yang telah dicanangkan Pemko, dimana Kota Medan dibagi atas tiga zona. Yaitu Zona Wisata A, dimana Medan Marelan diarahkan sebagai zona wisata bahari, sejarah, permainan dan olehraga.

Zona Wisata B (pusat Kota Medan untuk mendukung zona wisata rekreasi, sejarah, rohani, budaya), dan Zona Wisata C (Medan bagian Selatan sebagai zona wisata rekreasi, desa wisata, agrowisata, atraksi wisata, atraksi budaya, kesenian dan wisata alam. (mag-12)

Program Visit Medan Year 2012 Dikritik

OBJEK WISATA : Wisatawan mengunjungi  Istana Maimun. Selain Istana Maimun masih banyak objek wisata lain  Kota  Medan   jika dikelola maksimal bisa memikat para wisatawan.//TRIADI WIBOWO/SUMUT POS
OBJEK WISATA : Wisatawan mengunjungi Istana Maimun. Selain Istana Maimun masih banyak objek wisata lain di Kota Medan yang jika dikelola maksimal bisa memikat para wisatawan.//TRIADI WIBOWO/SUMUT POS

MEDAN – Kepala Dinas Kebudayaan Dan Pariwisata (Kadisbudpar) Kota Medan, Busral Manan, menjadi sorotan. Dia dinilai tidak optimal mengelola potensi wisata yang ada di Kota Medan. Banyak objek wisata menarik, namun tidak dikenal oleh calon wisatawan. Bahkan Kota Medan sepertinya tidak punya kekhasan kuliner seperti daerah lain.

Hal itu disampaikan Bendahara Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (F-PKS), H. Jumadi, saat memberi pandangan umum fraksinya terhadap Ranperda (rancangan peraturan daerah) Kota Medan tentang kepariwisataan, dalam rapat paripurna dewan, Rabu (12/9). ‘’Dalam rapat paripurna dewan tadi, pertanyaan kami misalnya, apa makanan khas Kota Medan? Apa oleh-oleh khas Medan?. Makanan khas yang ada sekarang justru mempopulerkan nama kota lain, yaitu Bika Ambon. Walaupun orang Ambon sendiri tidak bisa membuatnya,” ujar Jumadi.

Dia menilai program Visit Medan Year 2012 tidak memiliki konsep dan arah yang jelas. Para wisatawan justru banyak pergi ke daerah luar Kota Medan, seperti ke Danau Toba dan Berastagi. Dan itu semua diluar Medan. “Kedepan tantangan dunia pariwisata akan semakin nyata dengan beroperasinya bandara di Kuala Namu. Jika Pemko Medan tidak mampu menawarkan sesuatu yang lebih menarik, unik, dan khas kepada wisatawan, maka Kota Medan hanya sekedar menjadi tempat orang melintas saja,” tegas Jumadi.

Kritikan senada juga disampaikan Bendahara Fraksi Partai Demokrat, A Hie, saat menyampaikan pemandangan umum fraksinya. Menurut dia, program Visit Medan Year hanya sebatas slogan. “Kehadiran wisatawan pada umumnya datang ke Medan hanya karena ada event-event tertentu. Semestinya kehadiran wisatawan dikarenakan keinginan wisatawan itu sendiri, disebabkan adanya daya tarik objek wisata di Medan,” katanya.

A Hie mengatakan banyak bangunan-bangunan bersejarah di Kota Medan yang semestinya dapat menjadi tujuan wisata, saat ini kurang mendapat sentuhan perawatan sehingga kurang dimanfaatkan dan diminati oleh para wisatawan sebagai tujuan wisata.

Sementara itu, Fraksi Partai Damai Sejahtera (F-PDS), melalui juru bicaranya, Jhonny Nadeak, mengatakan Disbudpar Medan belum sungguh-sungguh memberi perhatian atas pelestarian cagar budaya di Kota Medan. “Upaya pelestarian cagar budaya hingga saat ini hanya sebatas wacana.

Masih segar dalam ingatan kita atas sejumlah bangunan yang memiliki nilai cagar budaya berubah fungsi menjadi bangunan umum. Misalnya bangunan di Jalan Diponegoro. Sejumlah bangunan di Jalan Ahmad Yani. Dimanakah Disbudpar saat itu yang menyatakan komitmen melestarikan cagar budaya,” tegas Jhonny.

Dia juga mempertanyakan program wisata yang telah dicanangkan Pemko, dimana Kota Medan dibagi atas tiga zona. Yaitu Zona Wisata A, dimana Medan Marelan diarahkan sebagai zona wisata bahari, sejarah, permainan dan olehraga.

Zona Wisata B (pusat Kota Medan untuk mendukung zona wisata rekreasi, sejarah, rohani, budaya), dan Zona Wisata C (Medan bagian Selatan sebagai zona wisata rekreasi, desa wisata, agrowisata, atraksi wisata, atraksi budaya, kesenian dan wisata alam. (mag-12)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/