31.7 C
Medan
Monday, May 6, 2024

1.000 Lilin dari Medan untuk Surabaya

SUTAN SIREGAR/SUMUT POS
LILIN_Ratusan warga melakukan aksi menyalakan lilin di Lapangan Merdeka Medan, Minggu (13/5) Aksi tersebut sebagai bentuk belasungkawa kepada korban teror bom yang terjadi di Surabaya.

SUMUTPOS.CO – DUKA mendalam juga dirasakan warga Sumatera Utara, khususnya Kota Medan, dalam peristiwa teror bom di tiga gereja di Kota Surabaya, Jawa Timur. Tadi malam (13/5), di Lapangan Merdeka Medan,  elemen pemuda di Sumut menggelar aksi 1.000 lilin sebagai bentuk belasungkawa atas tragedi bom tersebut.

Seribuan massa itu sudah berkumpul sejak pukul 20.00 WIB. Masing-masing perwakilan elemen pemuda kemudian berorasi secara bergantian. Sesekali lagu-lagu perjuangan terdengar dari barisan massa dipandu pimpinan massa. Mulai lagu “Padamu Negeri hingga “Darah Juang” bergemuruh ditambah cahaya temaram lilin yang dipegang massa.

Beberapa massa bahkan terlihat meneteskan air mata ketika bernyanyi dan mendengar orator berbicara. Tak ketinggakan sejumlah tokoh agama juga hadir dalam aksi tersebut. Antara lain Ustaz Martono dan Bhikkhu Dhirapunno.

Menurut Martono, tragedi di Surabaya tidak bisa ditolerir lagi. Kejadian itu mencoba merobek kesatuan NKRI. Kata dia, para terduga teroris itu sudah salah dalam menilai dogma agama. “Di dalam agama tidak ada mengajarkan seperti itu. Mereka menafsirkan Alquran secara sepihak. Sehingga tidak menjadikan Al quran itu sebagai Rahmatan Lil Alamin. Sehingga mereka bisa melakukan perbuatan pemboman dan mengatasnamakan agama. Ini melukai seluruh bangsa Indonesia,” katanya.

Dia pun berharap pemerintah bisa merevisi Undang-undang teroris. Dia juga meminta aparat penegak hukum bisa menumpas terorisme hingga ke akar-akarnya. Terlebih kepada tindakan intoleransi yang dianggapnya sebagai cikal bakal terorisme.

Sementara itu, Dhirapunno menekankan, tragedi itu bisa jadi semangat pemersatu bangsa Indonesia. “Berusaha saling mengerti satu sama lain. Dengan kejadian ini semakin menyatukan kita, untuk saling menjaga. Untuk bersama sama menjaga kerukunan NKRI. Kita berbeda iman tapi kita bersatu dalam kemanusiaan,” katanya.

Koordinator Aksi Irfan Silalahi mengatakan, aksi ini digagas secara mendadak. Begitu mendengar kabar ada ledakan bom di Surabaya, mereka kemudian menyebar undangan melalui media sosial. Irfan mengaku tidak menyangka, aksi itu mendapat respon dari banyak pihak.

“Kami dari Indonesia Peduli Kemanusiaan menyatakan sikap menolak segala bentuk radikalisme dan menolak terorisme. Kami sampaikan belasungkawa yang sedalam-dalamnya kepada seluruh korban yang ada di Surabaya,” kata Irfan.

Dia pun menegaskan, memandang tragedi yang terjadi pagi tadi adalah kejahatan kemanusiaan. “Dari semenjak negara ini berdiri, falsafahnya pancaila. Kita disini tetap satu indonesia. Ini kejahatan kemanusiaan. Kami berharap Polisi bisa bertindak cepat dalam,” tegasnya.

Dalam aksi tersebut, massa juga menandatangani deklarasi antiteroris di atas kain putih. Massa mengakhiri aksinya dengan menyanyikan lagu “Padamu Negeri”.

SUTAN SIREGAR/SUMUT POS
LILIN_Ratusan warga melakukan aksi menyalakan lilin di Lapangan Merdeka Medan, Minggu (13/5) Aksi tersebut sebagai bentuk belasungkawa kepada korban teror bom yang terjadi di Surabaya.

SUMUTPOS.CO – DUKA mendalam juga dirasakan warga Sumatera Utara, khususnya Kota Medan, dalam peristiwa teror bom di tiga gereja di Kota Surabaya, Jawa Timur. Tadi malam (13/5), di Lapangan Merdeka Medan,  elemen pemuda di Sumut menggelar aksi 1.000 lilin sebagai bentuk belasungkawa atas tragedi bom tersebut.

Seribuan massa itu sudah berkumpul sejak pukul 20.00 WIB. Masing-masing perwakilan elemen pemuda kemudian berorasi secara bergantian. Sesekali lagu-lagu perjuangan terdengar dari barisan massa dipandu pimpinan massa. Mulai lagu “Padamu Negeri hingga “Darah Juang” bergemuruh ditambah cahaya temaram lilin yang dipegang massa.

Beberapa massa bahkan terlihat meneteskan air mata ketika bernyanyi dan mendengar orator berbicara. Tak ketinggakan sejumlah tokoh agama juga hadir dalam aksi tersebut. Antara lain Ustaz Martono dan Bhikkhu Dhirapunno.

Menurut Martono, tragedi di Surabaya tidak bisa ditolerir lagi. Kejadian itu mencoba merobek kesatuan NKRI. Kata dia, para terduga teroris itu sudah salah dalam menilai dogma agama. “Di dalam agama tidak ada mengajarkan seperti itu. Mereka menafsirkan Alquran secara sepihak. Sehingga tidak menjadikan Al quran itu sebagai Rahmatan Lil Alamin. Sehingga mereka bisa melakukan perbuatan pemboman dan mengatasnamakan agama. Ini melukai seluruh bangsa Indonesia,” katanya.

Dia pun berharap pemerintah bisa merevisi Undang-undang teroris. Dia juga meminta aparat penegak hukum bisa menumpas terorisme hingga ke akar-akarnya. Terlebih kepada tindakan intoleransi yang dianggapnya sebagai cikal bakal terorisme.

Sementara itu, Dhirapunno menekankan, tragedi itu bisa jadi semangat pemersatu bangsa Indonesia. “Berusaha saling mengerti satu sama lain. Dengan kejadian ini semakin menyatukan kita, untuk saling menjaga. Untuk bersama sama menjaga kerukunan NKRI. Kita berbeda iman tapi kita bersatu dalam kemanusiaan,” katanya.

Koordinator Aksi Irfan Silalahi mengatakan, aksi ini digagas secara mendadak. Begitu mendengar kabar ada ledakan bom di Surabaya, mereka kemudian menyebar undangan melalui media sosial. Irfan mengaku tidak menyangka, aksi itu mendapat respon dari banyak pihak.

“Kami dari Indonesia Peduli Kemanusiaan menyatakan sikap menolak segala bentuk radikalisme dan menolak terorisme. Kami sampaikan belasungkawa yang sedalam-dalamnya kepada seluruh korban yang ada di Surabaya,” kata Irfan.

Dia pun menegaskan, memandang tragedi yang terjadi pagi tadi adalah kejahatan kemanusiaan. “Dari semenjak negara ini berdiri, falsafahnya pancaila. Kita disini tetap satu indonesia. Ini kejahatan kemanusiaan. Kami berharap Polisi bisa bertindak cepat dalam,” tegasnya.

Dalam aksi tersebut, massa juga menandatangani deklarasi antiteroris di atas kain putih. Massa mengakhiri aksinya dengan menyanyikan lagu “Padamu Negeri”.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/