27.8 C
Medan
Saturday, May 18, 2024

Tari Saman Dimeriahkan 12.262 Penari Cetak Rekor Dunia

Foto: Eno Sunarno/Rakyat Aceh
Penari Saman 10001 di Gayo Lues pecahkan rekor MURI.

ACEH, SUMUTPOS.CO – Sejak tahun 2010 yang lalu, Tari Saman yang berasal dari Gayo Lues sudah menjadi milik dunia. Ya, saat itu Unesco meresmikan tarian yang sudah ada sejak abad ke-13 ini sebagai warisan dunia. Kemarin (13/8), Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Gayo Lues mencatatkan tarian ini dalam buku rekor Museum Rekor Indonesia (MURI) dengan penari terbanyak.

Minggu, 13 Agustus 2017 akan menjadi tanggal yang tidak terlupakan bagi warga Kabupaten Gayo Lues Provinsi Aceh. Setidaknya bagi warga Gayo Lues hari tersebut menjadi sejarah. Bagaimana tidak, tarian yang sudah terkenal di dunia ini masuk Museum Rekor Indonesia (MURI) untuk kategori Penari Saman terbanyak.

Awalnya, kabupaten yang memiliki 24 kecamatan ini mendaftarkan 10.001 Penari Saman, tapi pada hari pelaksana, ada tambahan sekitar 2.261 yang berasal dari berbagai kecamatan dan Kabupaten Aceh Timur, sehingga menjadi 12.262 penari yang terlibat. Ya, para penari ini ingin ikut serta merasakan sensasi menjadi bagian sejarah dari Tari Saman.

Untuk memenuhi target, Pemkab Gayo Lues mewajibkan semua kecamatan untuk turut serta dalam acara ini. Dimana setiap kecamatan diwajibkan mengirimkan warganya minimal 400 orang yang berjenis kelamin laki-laki untuk turut serta. Adapun yang paling banyak mengirimkan wakilnya dari kecamatan Blangkejeren yang berjumlah lebih dari 1.000 orang.

Karena tidak semua warga bisa ikut serta, para penari Saman ini terdiri dari berbagai kalangan, ada yang masih duduk di bangku sekolah tingkat SMP, SMA, ada juga yang pekerja baik di pemerintahan maupun di swasta.

Untuk memeriahkan acara ini, pemerintah Gayo Lues pun harus menyiapkan kaos yang bercorak adat Gayo Lues yang didominasi dengan warna hitam, hijau, dan merah. Tepuk tanggan membahana di Stadion Seribu Bukit Blangkejeren sejak awal anggin yang bersuara nyaring mulai mengeluarkan senandung.

Mendengar senandung tersebut, belasan ribu pria yang duduk bersama di tengah stadion mulai menegakkan badan. Masing-masing mulai menyiapkan kedua telapak tangannya di atas dada, dan ada juga yang mulai melepaskan tali seperti topi dari atas kepalanya.

Sesekali, posisi belasan ribu pria ini berganti posisi seperti setengah sujud. Sekali juga, posisi mereka seperti kepala menengadah. Kadang, secara serentak, para penari ini berubah gaya seperti gerakan salat memberi salam. Dan yang pasti, setiap berubah gerakan, maka tepuk tangan dan senyum sumringah terlihat dari wajah para penonton.

Foto: Eno Sunarno/Rakyat Aceh
Penari Saman 10001 di Gayo Lues pecahkan rekor MURI.

ACEH, SUMUTPOS.CO – Sejak tahun 2010 yang lalu, Tari Saman yang berasal dari Gayo Lues sudah menjadi milik dunia. Ya, saat itu Unesco meresmikan tarian yang sudah ada sejak abad ke-13 ini sebagai warisan dunia. Kemarin (13/8), Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Gayo Lues mencatatkan tarian ini dalam buku rekor Museum Rekor Indonesia (MURI) dengan penari terbanyak.

Minggu, 13 Agustus 2017 akan menjadi tanggal yang tidak terlupakan bagi warga Kabupaten Gayo Lues Provinsi Aceh. Setidaknya bagi warga Gayo Lues hari tersebut menjadi sejarah. Bagaimana tidak, tarian yang sudah terkenal di dunia ini masuk Museum Rekor Indonesia (MURI) untuk kategori Penari Saman terbanyak.

Awalnya, kabupaten yang memiliki 24 kecamatan ini mendaftarkan 10.001 Penari Saman, tapi pada hari pelaksana, ada tambahan sekitar 2.261 yang berasal dari berbagai kecamatan dan Kabupaten Aceh Timur, sehingga menjadi 12.262 penari yang terlibat. Ya, para penari ini ingin ikut serta merasakan sensasi menjadi bagian sejarah dari Tari Saman.

Untuk memenuhi target, Pemkab Gayo Lues mewajibkan semua kecamatan untuk turut serta dalam acara ini. Dimana setiap kecamatan diwajibkan mengirimkan warganya minimal 400 orang yang berjenis kelamin laki-laki untuk turut serta. Adapun yang paling banyak mengirimkan wakilnya dari kecamatan Blangkejeren yang berjumlah lebih dari 1.000 orang.

Karena tidak semua warga bisa ikut serta, para penari Saman ini terdiri dari berbagai kalangan, ada yang masih duduk di bangku sekolah tingkat SMP, SMA, ada juga yang pekerja baik di pemerintahan maupun di swasta.

Untuk memeriahkan acara ini, pemerintah Gayo Lues pun harus menyiapkan kaos yang bercorak adat Gayo Lues yang didominasi dengan warna hitam, hijau, dan merah. Tepuk tanggan membahana di Stadion Seribu Bukit Blangkejeren sejak awal anggin yang bersuara nyaring mulai mengeluarkan senandung.

Mendengar senandung tersebut, belasan ribu pria yang duduk bersama di tengah stadion mulai menegakkan badan. Masing-masing mulai menyiapkan kedua telapak tangannya di atas dada, dan ada juga yang mulai melepaskan tali seperti topi dari atas kepalanya.

Sesekali, posisi belasan ribu pria ini berganti posisi seperti setengah sujud. Sekali juga, posisi mereka seperti kepala menengadah. Kadang, secara serentak, para penari ini berubah gaya seperti gerakan salat memberi salam. Dan yang pasti, setiap berubah gerakan, maka tepuk tangan dan senyum sumringah terlihat dari wajah para penonton.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/