30 C
Medan
Tuesday, May 28, 2024

Banjir Bandang Itu Tanda Ada Penggundulan Hutan di Hulu

Sementara itu, Kepala Bidang Data BMKG Wilayah I Medan, Sunardi menuturkan peristiwa banjir bandang di kawasan wisata air terjun Dua Warna, Sibolangit tidak hanya disebabkan oleh tingginya curah hujan di kawasan tersebut. Berdasarkan catatan, hujan yang turun pada waktu kejadian di kawasan tersebut masih tergolong normal yakni setinggi 53 mm.

“Kalau hujannya belum ekstrem sebenarnya. Hanya kalau namanya banjir bandang itu ‘kan disebabkan penggundulan hutan. Jadi, artinya diatas tidak ada penyerapan lagi. Lalu, pada saat jadi hujan dia langsung turun, akhirnya jadi bandang,” terangnya.

Menurutnya, banyaknya korban yang jatuh dalam peristiwa banjir ini dikarenakan banjir yang datang tidak memberikan peringatan seperti hujan. “Kalau dia tahu hujan pasti akan meninggalkan tempat. Makanya kita menyampaikan ke masyarakat, bagi yang pergi ke pegunungan, sungai, kalau ada gerimis gelap di daerah lain karena kemungkinan di tempat kita tidak hujan, untuk lebih berhati-hati,” imbaunya.

Di daerah lain, lanjut Sunardi, pada hari yang sama (Minggu, 15/5) dengan terjadinya banjir tersebut juga mengalami hujan seperti di Lubukpakam, dan daerah-daerah lain yang menyebabkan terjadinya banjir. Seperti di Madina, yang mencapai 96 mm.

Dia menambahkan, hal berbeda terjadi di laut. Tinggi gelombang laut diperkirakan akan menurun. Dari pengamatan BMKG di peraian Nias, Sibolga dan Pantai Barat, gelombang laut saat ini berada di ketinggian 4 meter. “Tapi mungkin akan segera menurun dalam waktu dekat,” pungkasnya.

BMKG Wilayah I Medan mengingatkan potensi terjadinya banjir dan longsor masih berpotensi, karena saat ini sudah memasuki musim penghujan. Untuk itu, masyarakat yang hendak berwisata kepegunungan maupun sungai diimbau untuk lebih berhati-hati.

Hinngga saat ini, ada 500 orang anggota Tim SAR yang dikerahkan, gabungan dari unsur TNI, Polri, Basarnas, BPBD, Tagana, Mahasiswa, relawan, dan beberapa unsur lain. Dalam pencariannya, tim sudah menemukan 17 jenazah dari 21 korban yang terdata.

Hingga hari kedua pasca bencana banjir bandang di Air Terjun Dua Warna, Sibolangit, Tim DVI Polda Sumut memastikan sudah 10 jenazah teridentifikasi. Ke-10 jenazah tersebut terdiri dari empat laki-laki dan enam perempuan.

Diutarakannya, sejauh ini yang sudah melapor ke pos antemortem sebanyak 24 orang, dan itu merupakan data korban mahasiswa. Oleh karena itu, pihaknya masih terus bekerja dan doakan saja semoga cepat teridentifikasi semua.

“Sudah 6 jenazah yang diserahkan kepada pihak keluarga, sedangkan 4 jenazah lagi akan segera menyusul. Kita berkoordinasi dengan dinas kesehatan provinsi, bahwa semua biaya proses pemulangan dari kamar mayat sampai rumah duka sudah ditanggung. Termasuk juga peti, ambulans dan proses perawatan jenazah,” kata Farid yang juga sebagai Kepala RS Bhayangkara Medan.

Menurut Farid, proses identifikasi dilakukan melalui gigi geligi, sidik jari atau tanda-tanda medis. Prosesnya yaitu rekonsiliasi atau kecocokan. Jadi, yang menentukan apakah itu jenazah si A atau B, bukan dari laporan data antemortem. Tetapi, kondisi jenazah dan kelengkapan data pembandingnya. “Dalam proses identifikasi mengalami kendala, sehingga 6 jenazah lagi belum dapat dipastikan atas nama siapa. Kendala yang dihadapi, karena data antemortem yang bisa kami bandingkan kadang-kadang mengalami problem, atau tidak bisa dibandingkan. Sehingga, kami berharap ada surat keterangan atau sidik jari yang asli agar bisa dibandingkan dengan data postmortemnya,” ungkap Farid.

(ris/sam/bal/dik/ril)

Sementara itu, Kepala Bidang Data BMKG Wilayah I Medan, Sunardi menuturkan peristiwa banjir bandang di kawasan wisata air terjun Dua Warna, Sibolangit tidak hanya disebabkan oleh tingginya curah hujan di kawasan tersebut. Berdasarkan catatan, hujan yang turun pada waktu kejadian di kawasan tersebut masih tergolong normal yakni setinggi 53 mm.

“Kalau hujannya belum ekstrem sebenarnya. Hanya kalau namanya banjir bandang itu ‘kan disebabkan penggundulan hutan. Jadi, artinya diatas tidak ada penyerapan lagi. Lalu, pada saat jadi hujan dia langsung turun, akhirnya jadi bandang,” terangnya.

Menurutnya, banyaknya korban yang jatuh dalam peristiwa banjir ini dikarenakan banjir yang datang tidak memberikan peringatan seperti hujan. “Kalau dia tahu hujan pasti akan meninggalkan tempat. Makanya kita menyampaikan ke masyarakat, bagi yang pergi ke pegunungan, sungai, kalau ada gerimis gelap di daerah lain karena kemungkinan di tempat kita tidak hujan, untuk lebih berhati-hati,” imbaunya.

Di daerah lain, lanjut Sunardi, pada hari yang sama (Minggu, 15/5) dengan terjadinya banjir tersebut juga mengalami hujan seperti di Lubukpakam, dan daerah-daerah lain yang menyebabkan terjadinya banjir. Seperti di Madina, yang mencapai 96 mm.

Dia menambahkan, hal berbeda terjadi di laut. Tinggi gelombang laut diperkirakan akan menurun. Dari pengamatan BMKG di peraian Nias, Sibolga dan Pantai Barat, gelombang laut saat ini berada di ketinggian 4 meter. “Tapi mungkin akan segera menurun dalam waktu dekat,” pungkasnya.

BMKG Wilayah I Medan mengingatkan potensi terjadinya banjir dan longsor masih berpotensi, karena saat ini sudah memasuki musim penghujan. Untuk itu, masyarakat yang hendak berwisata kepegunungan maupun sungai diimbau untuk lebih berhati-hati.

Hinngga saat ini, ada 500 orang anggota Tim SAR yang dikerahkan, gabungan dari unsur TNI, Polri, Basarnas, BPBD, Tagana, Mahasiswa, relawan, dan beberapa unsur lain. Dalam pencariannya, tim sudah menemukan 17 jenazah dari 21 korban yang terdata.

Hingga hari kedua pasca bencana banjir bandang di Air Terjun Dua Warna, Sibolangit, Tim DVI Polda Sumut memastikan sudah 10 jenazah teridentifikasi. Ke-10 jenazah tersebut terdiri dari empat laki-laki dan enam perempuan.

Diutarakannya, sejauh ini yang sudah melapor ke pos antemortem sebanyak 24 orang, dan itu merupakan data korban mahasiswa. Oleh karena itu, pihaknya masih terus bekerja dan doakan saja semoga cepat teridentifikasi semua.

“Sudah 6 jenazah yang diserahkan kepada pihak keluarga, sedangkan 4 jenazah lagi akan segera menyusul. Kita berkoordinasi dengan dinas kesehatan provinsi, bahwa semua biaya proses pemulangan dari kamar mayat sampai rumah duka sudah ditanggung. Termasuk juga peti, ambulans dan proses perawatan jenazah,” kata Farid yang juga sebagai Kepala RS Bhayangkara Medan.

Menurut Farid, proses identifikasi dilakukan melalui gigi geligi, sidik jari atau tanda-tanda medis. Prosesnya yaitu rekonsiliasi atau kecocokan. Jadi, yang menentukan apakah itu jenazah si A atau B, bukan dari laporan data antemortem. Tetapi, kondisi jenazah dan kelengkapan data pembandingnya. “Dalam proses identifikasi mengalami kendala, sehingga 6 jenazah lagi belum dapat dipastikan atas nama siapa. Kendala yang dihadapi, karena data antemortem yang bisa kami bandingkan kadang-kadang mengalami problem, atau tidak bisa dibandingkan. Sehingga, kami berharap ada surat keterangan atau sidik jari yang asli agar bisa dibandingkan dengan data postmortemnya,” ungkap Farid.

(ris/sam/bal/dik/ril)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/