31.7 C
Medan
Monday, May 20, 2024

Ibu, Saya Kini Pecandu..

Foto: Diva/Sumut Pos
Boy mantan begal (kanan) bersama Kapolda Sumut Irjen Paulus Waterpauw.

SUMUTPOS.CO – Kata Begal memang sedang marak jadi pembicaraan di Medan. Begal sendiri didefinisikan sebagai aksi kejahatan jalanan, merampok pengguna sepedamotor. Pelakunya brutal, kejam dan tak manusiawi. Tak segan melukai korban tak berdaya alih-alih mereka yang melawa. Cuma dua nasib korban begal, kalau tidak tewas dibegal sekarat jadi pilihan yang paling dekat.

Polisi menganalisis, kebanyakan pelaku begal ini pencandu aku narkoba. Kebutuhan ekonomi bukan lagi menjadi faktor utama mereka melakukan aksi. Tak lebih tak kurang karena ketagihan barang haram itu.

Kisah mengharukan datang dari seorang mantan Begal, Boy, bukan nama sebenarnya. Pemuda ini dulunya aktif melakukan aksi pembegalan. Tak dipungkiri dia merupakan seorang pengguna narkotika di massanya.

Bercerita soal kelakuan buruknya dulu, dia mengaku menyesal.

“Dulu saya seorang ‘sampah’ yang sudah dibuang. Tapi saya sekarang sampah yang akan didaur ulang karena sudah masuk panti rehabilitasi,” ujar Boy mengawali cerita.

Boy sengaja didatangkan untuk memberikan testimoni bagaimana keganasan dia dan rekan-rekannya saat memangsa korban, dalam acara Forum Diskusi Mari Bersama-sama Perangi Begal dan Narkoba yang dihelat di Rumah Makan JM Bariani House Jalan Pemuda, Selasa (17/10).

Di hadapan Kapolda Sumut Irjen Paulus Waterpauw, mengenakan sebo, pria yang mengaku tinggal di kawasan Jalan Mesjid Taufik, satu dari sekian banyaknya lokasi yang menjadi basis narkoba di Kota Medan mengisahkan aksinya dulu.

Dalam melakukan aksi begal, Boy memiliki empat teman. Ada yang bertugas sebagai navigator, pemantau dan pengeksekusi. Sasarannya adalah orang-orang yang memiliki duit.

“Untuk menjalankan aksi di lokasi pesta, kami terlebih dahulu melihat tamu undangan yang biasanya memakai perhiasan mencolok. Sementara untuk mobil, kami mengambil barang-barang berharga saja,” sebut boy.

Dikatakan Boy, aksi begal maupun jambret yang dia dan rekan-rekannya lakukan bukan mau menujukkan siapa mereka. Gaya hiduplah yang membuat mereka seperti itu dan Boy tak habis fikir mengapa ia tega melakukan perampokan sementara korban-korbannya bersusah payah mendapatkannya.

Sementara untuk pembegalan sepeda motor, kata Boy, itu dilakukan karena banyaknya permintaan. Mereka ‘memetik’ sepeda motor sesuai pengorderan. Salah satu lokasi favorit mereka beraksi adalah kawasan Krakatau di salah satu Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU).

Foto: Diva/Sumut Pos
Boy mantan begal (kanan) bersama Kapolda Sumut Irjen Paulus Waterpauw.

SUMUTPOS.CO – Kata Begal memang sedang marak jadi pembicaraan di Medan. Begal sendiri didefinisikan sebagai aksi kejahatan jalanan, merampok pengguna sepedamotor. Pelakunya brutal, kejam dan tak manusiawi. Tak segan melukai korban tak berdaya alih-alih mereka yang melawa. Cuma dua nasib korban begal, kalau tidak tewas dibegal sekarat jadi pilihan yang paling dekat.

Polisi menganalisis, kebanyakan pelaku begal ini pencandu aku narkoba. Kebutuhan ekonomi bukan lagi menjadi faktor utama mereka melakukan aksi. Tak lebih tak kurang karena ketagihan barang haram itu.

Kisah mengharukan datang dari seorang mantan Begal, Boy, bukan nama sebenarnya. Pemuda ini dulunya aktif melakukan aksi pembegalan. Tak dipungkiri dia merupakan seorang pengguna narkotika di massanya.

Bercerita soal kelakuan buruknya dulu, dia mengaku menyesal.

“Dulu saya seorang ‘sampah’ yang sudah dibuang. Tapi saya sekarang sampah yang akan didaur ulang karena sudah masuk panti rehabilitasi,” ujar Boy mengawali cerita.

Boy sengaja didatangkan untuk memberikan testimoni bagaimana keganasan dia dan rekan-rekannya saat memangsa korban, dalam acara Forum Diskusi Mari Bersama-sama Perangi Begal dan Narkoba yang dihelat di Rumah Makan JM Bariani House Jalan Pemuda, Selasa (17/10).

Di hadapan Kapolda Sumut Irjen Paulus Waterpauw, mengenakan sebo, pria yang mengaku tinggal di kawasan Jalan Mesjid Taufik, satu dari sekian banyaknya lokasi yang menjadi basis narkoba di Kota Medan mengisahkan aksinya dulu.

Dalam melakukan aksi begal, Boy memiliki empat teman. Ada yang bertugas sebagai navigator, pemantau dan pengeksekusi. Sasarannya adalah orang-orang yang memiliki duit.

“Untuk menjalankan aksi di lokasi pesta, kami terlebih dahulu melihat tamu undangan yang biasanya memakai perhiasan mencolok. Sementara untuk mobil, kami mengambil barang-barang berharga saja,” sebut boy.

Dikatakan Boy, aksi begal maupun jambret yang dia dan rekan-rekannya lakukan bukan mau menujukkan siapa mereka. Gaya hiduplah yang membuat mereka seperti itu dan Boy tak habis fikir mengapa ia tega melakukan perampokan sementara korban-korbannya bersusah payah mendapatkannya.

Sementara untuk pembegalan sepeda motor, kata Boy, itu dilakukan karena banyaknya permintaan. Mereka ‘memetik’ sepeda motor sesuai pengorderan. Salah satu lokasi favorit mereka beraksi adalah kawasan Krakatau di salah satu Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU).

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/