35 C
Medan
Sunday, April 28, 2024

Korban Selamat: Kapal Oleng Kelebihan Muatan

Foti: Iqbal/Sumut Pos
Riko, korban selamat dari peristiwa tenggelamnya KM Sinar Bangun di Danau Toba, saat dirawat di Puskesmas Simarmata, Selasa (19/6) siang.

SIMANINDO, SUMUTPOS.CO – Korban selamat dari kecelakaan maut KM Sinar Bangun di perairan Danau Toba, Riko Saputra mengaku sebelum terbalik, kapal oleng ke sebelah kanan. Bahkan dari atas kapal disebutkan, air danau bisa dijangkau tangan sehingga menguatkan dugaan kelebihan muatan.

“Awalnya air tidak begitu berombak. Tetapi sampai di tengah, ombak mulai besar ditambah angin kencang,” ujar Riko saat dirawat di Puskesmas Simarmata, Selasa (19/6) siang.

Dalam kondisi cuaca yang buruk ditambah angin kencang, Riko –yang mengaku akan pulang ke Kota Pinang bersama delapan rekannya yang lain–, tidak merasa panik sebelumnya. Meskipun kondisi kapal oleng dihantam ombak dan angin kencang. Bahkan dirinya yang berada di level dua (tengah) lantai kapal, tetap pada tempat duduk tanpa kepanikan.

“Karena banyak kereta (sepeda motor) yang oleng ke kanan, dan tidak bisa balik lagi, makanya kapal terbalik,” katanya.

Keselamatannya sendiri, kata Riko, saat kapal terbalik dirinya berjuang keluar dari dalam kapal melalui jendela kapal berukuran kecil. Dengan kemampuan berenang, dirinya bisa lolos dari maut dan berhasil keluar ke permukaan bersama sejumlah orang lainnya yang selamat.

“Sebagian besar yang selamat itu pegang helm. Karena saya juga pegang helm, jadi posisi masih bisa mengapung. Itupun kalau penyelamat tidak segera datang, kami tidak tahu lagi sampai berapa lama bisa bertahan. Karena kondisinya ombak besar,” sebutnya yang memperhitungkan ada lebih dari 100 penumpang yang menaiki KM Sinar Bangun tersebut.

Bisa Jangkau Air Danau
Hal senada juga diungkapkan Sandri Marianto Sianturi. Bahkan katanya, kelebihan muatan dapat dirasakan saat kapal berjalan. Saat itu, dirinya bisa menjangkau permukaan air danau karena posisi lantai kapal tenggelam lebih dalam.

“Biasanya dari atas kapal, itu air danau tidak bisa kita jangkau pakai tangan. Tetapi ini, lantai kapal itu dekat dengan air. Berarti ini sudah terlalu banyak muatannya,” katanya.

Selain itu lanjut Sandri, sebelum berangkat dirinya juga sudah mempertanyakan kepada anak buah kapal yang bertugas terkait beban penumpang yang diperkirakan melebihi kapasitas. Namun dirinya hanya mendapat senyum dan jawaban meyakinkan soal keamanan kapal.

“Saya udah tanya, aman nggak ini kalau terlalu banyak muatannya. Tapi dia (awak kapal) cuma senyum aja dan bilang aman, udah biasa seperti ini’. Apalagi ‘kan sebelumnya (dari Tigaras), seperti ini juga (ramainya), tetapi ombak tidak begitu besar,” sebutnya.

Hingga berita ini diturunkan pukul 15.00 Wib, tim masih melakukan pencarian kembali. (Bal)

Foti: Iqbal/Sumut Pos
Riko, korban selamat dari peristiwa tenggelamnya KM Sinar Bangun di Danau Toba, saat dirawat di Puskesmas Simarmata, Selasa (19/6) siang.

SIMANINDO, SUMUTPOS.CO – Korban selamat dari kecelakaan maut KM Sinar Bangun di perairan Danau Toba, Riko Saputra mengaku sebelum terbalik, kapal oleng ke sebelah kanan. Bahkan dari atas kapal disebutkan, air danau bisa dijangkau tangan sehingga menguatkan dugaan kelebihan muatan.

“Awalnya air tidak begitu berombak. Tetapi sampai di tengah, ombak mulai besar ditambah angin kencang,” ujar Riko saat dirawat di Puskesmas Simarmata, Selasa (19/6) siang.

Dalam kondisi cuaca yang buruk ditambah angin kencang, Riko –yang mengaku akan pulang ke Kota Pinang bersama delapan rekannya yang lain–, tidak merasa panik sebelumnya. Meskipun kondisi kapal oleng dihantam ombak dan angin kencang. Bahkan dirinya yang berada di level dua (tengah) lantai kapal, tetap pada tempat duduk tanpa kepanikan.

“Karena banyak kereta (sepeda motor) yang oleng ke kanan, dan tidak bisa balik lagi, makanya kapal terbalik,” katanya.

Keselamatannya sendiri, kata Riko, saat kapal terbalik dirinya berjuang keluar dari dalam kapal melalui jendela kapal berukuran kecil. Dengan kemampuan berenang, dirinya bisa lolos dari maut dan berhasil keluar ke permukaan bersama sejumlah orang lainnya yang selamat.

“Sebagian besar yang selamat itu pegang helm. Karena saya juga pegang helm, jadi posisi masih bisa mengapung. Itupun kalau penyelamat tidak segera datang, kami tidak tahu lagi sampai berapa lama bisa bertahan. Karena kondisinya ombak besar,” sebutnya yang memperhitungkan ada lebih dari 100 penumpang yang menaiki KM Sinar Bangun tersebut.

Bisa Jangkau Air Danau
Hal senada juga diungkapkan Sandri Marianto Sianturi. Bahkan katanya, kelebihan muatan dapat dirasakan saat kapal berjalan. Saat itu, dirinya bisa menjangkau permukaan air danau karena posisi lantai kapal tenggelam lebih dalam.

“Biasanya dari atas kapal, itu air danau tidak bisa kita jangkau pakai tangan. Tetapi ini, lantai kapal itu dekat dengan air. Berarti ini sudah terlalu banyak muatannya,” katanya.

Selain itu lanjut Sandri, sebelum berangkat dirinya juga sudah mempertanyakan kepada anak buah kapal yang bertugas terkait beban penumpang yang diperkirakan melebihi kapasitas. Namun dirinya hanya mendapat senyum dan jawaban meyakinkan soal keamanan kapal.

“Saya udah tanya, aman nggak ini kalau terlalu banyak muatannya. Tapi dia (awak kapal) cuma senyum aja dan bilang aman, udah biasa seperti ini’. Apalagi ‘kan sebelumnya (dari Tigaras), seperti ini juga (ramainya), tetapi ombak tidak begitu besar,” sebutnya.

Hingga berita ini diturunkan pukul 15.00 Wib, tim masih melakukan pencarian kembali. (Bal)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/