28 C
Medan
Thursday, May 2, 2024

Cacing Pita 2,8 Meter di Perut Warga Simalungun

Foto: Istimewa
Cacing pita sepanjang 2,8 meter yang ditemukan di perut seorang warga Simalungun, ditunjukkan seorang relawan penelitian.

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Islam Sumatera Utara (UISU) menemukan cacing pita sepanjang 2,8 meter dari tubuh seorang warga Desa Nagari Dolok, Silau Kahean, Simalungun, Kamis (21/9) lalu.

Sebelumnya, seorang perempuan dari Fukuoka, Jepang, Yukiko Kunitake (38), dilaporkan melahirkan cacing pita sepanjang 7,7 meter di Rumah Sakit Pusat Kyushu. Para medis mengatakan, jika cacing tersebut bahkan telah memvaksinasi tubuh Yukiko hingga 16 tahun.

Sebelumnya, cacing pita terbesar ditemukan di tubuh pria Meksiko pada 2006. Cacing tersebut mencapai 62 meter dan memiliki berat sekitar 83 kilogram.

Penemuan ini diungkapkan dr Umar Zein dalam seminar proposal penelitian Survei Epidemiologi dan Observasi Kasus Taeniasis di Desa Nagari Dolok, Silau Kahaean, Simalungun yang digelar di lantai 7 gedung FK UISU, Jalan STM, Medan Johor, Kamis (19/10) siang.

Dijelaskan Umar Zein, awalnya seorang warga Desa Nagari Dolok, Silau Kahaean, Simalungun datang kepadanya untuk berobat karena keluhan di perut. Setelah diperiksa, didiagnosa kalau orang tersebut menderita Taeniasis atau penyakit akibat parasit berupa cacing pita yang tergolong dalam genus Taenia yang dapat menular dari hewan ke manusia, maupun sebaliknya.

Mengingat 3 tahun lalu juga ada kasus serupa dari daerah yang sama, kata Umar Zein, dirinya membentuk tim untuk melakukan penelitian. Kemudian, mereka mengambil sampel 29 orang suspect Taeniasis dan diberikan obat Paraziquantel 1 tablet ukuran 600 Mg setiap orang. Selanjutnya, setiap orang diberikan obat pencahar.

“Kemudian semua orang itu BAB. Hasilnya, ada keluar proglotid yang keluar bersama tinja setelah pemberian obat  Praziquantel. Setelah itu Strobila atau skolek yang keluar, menandakan cacingnya sudah mati. Namun, ada kita temukan satu cacing sepanjang 2,8 Meter,” ujar Umar.

Menurut Umar, berdasarkan laporan yang diterimanya, faktor resiko yang menyebabkan itu karena kebiasaan mengkonsumsi hinasumba dan naihollat yang dagingnya dimasak tidak sempurna. Dijelaskan Umar, Taeniasis dapat disebabkan dari daging babi dan sapi, bila dimasak tidak sempurna.

Foto: Istimewa
Cacing pita sepanjang 2,8 meter yang ditemukan di perut seorang warga Simalungun, ditunjukkan seorang relawan penelitian.

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Islam Sumatera Utara (UISU) menemukan cacing pita sepanjang 2,8 meter dari tubuh seorang warga Desa Nagari Dolok, Silau Kahean, Simalungun, Kamis (21/9) lalu.

Sebelumnya, seorang perempuan dari Fukuoka, Jepang, Yukiko Kunitake (38), dilaporkan melahirkan cacing pita sepanjang 7,7 meter di Rumah Sakit Pusat Kyushu. Para medis mengatakan, jika cacing tersebut bahkan telah memvaksinasi tubuh Yukiko hingga 16 tahun.

Sebelumnya, cacing pita terbesar ditemukan di tubuh pria Meksiko pada 2006. Cacing tersebut mencapai 62 meter dan memiliki berat sekitar 83 kilogram.

Penemuan ini diungkapkan dr Umar Zein dalam seminar proposal penelitian Survei Epidemiologi dan Observasi Kasus Taeniasis di Desa Nagari Dolok, Silau Kahaean, Simalungun yang digelar di lantai 7 gedung FK UISU, Jalan STM, Medan Johor, Kamis (19/10) siang.

Dijelaskan Umar Zein, awalnya seorang warga Desa Nagari Dolok, Silau Kahaean, Simalungun datang kepadanya untuk berobat karena keluhan di perut. Setelah diperiksa, didiagnosa kalau orang tersebut menderita Taeniasis atau penyakit akibat parasit berupa cacing pita yang tergolong dalam genus Taenia yang dapat menular dari hewan ke manusia, maupun sebaliknya.

Mengingat 3 tahun lalu juga ada kasus serupa dari daerah yang sama, kata Umar Zein, dirinya membentuk tim untuk melakukan penelitian. Kemudian, mereka mengambil sampel 29 orang suspect Taeniasis dan diberikan obat Paraziquantel 1 tablet ukuran 600 Mg setiap orang. Selanjutnya, setiap orang diberikan obat pencahar.

“Kemudian semua orang itu BAB. Hasilnya, ada keluar proglotid yang keluar bersama tinja setelah pemberian obat  Praziquantel. Setelah itu Strobila atau skolek yang keluar, menandakan cacingnya sudah mati. Namun, ada kita temukan satu cacing sepanjang 2,8 Meter,” ujar Umar.

Menurut Umar, berdasarkan laporan yang diterimanya, faktor resiko yang menyebabkan itu karena kebiasaan mengkonsumsi hinasumba dan naihollat yang dagingnya dimasak tidak sempurna. Dijelaskan Umar, Taeniasis dapat disebabkan dari daging babi dan sapi, bila dimasak tidak sempurna.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/