27.8 C
Medan
Saturday, May 18, 2024

Pernak-pernik Bermotif Kuda Sulit Dicari

Kurang lebih dari dua minggu lagi, masyarakat Tionghoa akan merayakan hari besar Tahun Baru China 2565 atau yang sering disebut Imlek. Seiring itu, tahun pun berganti, dari Tahun Ular ke Tahun  Kuda.

PAMER: Pedagang bernama Aay memperlihatkan pernak-pernik Imlek yang dijualnya di Pasar Beruang.//Anita/sumut pos
PAMER: Pedagang bernama Aay memperlihatkan pernak-pernik Imlek yang dijualnya di Pasar Beruang.//Anita/sumut pos

Dalam persiapannya, selain mempersiapkan pakaian serta makanan di hari istimewa tersebut, masyarakat Tionghoa pun tak melupakan pernak-pernik atau hiasan rumah.

Di Pasar Beruang yang berada di Jalan Madong Lubis, Medan, pernak-pernik imlek menjadi buruan utama. Tak heran bila gambar Shio Kuda yang menjadi buruan utama pembeli semakin sulit didapat.

Aay (44), salah seorang penjual berbagai jenis hiasan Imlek mengatakan bahwa dirinya menjual kertas stiker bergambar kuda, ikan serta yang bergambar uang emas cina. Selain itu dirinya juga menjual bunga hias seperti, bunga mei hua atau bunga sakura, bambu-bambuan, padi-padian, buah persik dan buah apel.

“Yang paling dicari pembeli adalah berbagai jenis gantungan serta gambar stiker dengan aneka bentuk, seperti lampu lampion, gentong duit, kacang, uang emas dan tulisan cina yang memiliki arti yang baik. Ada juga yang mencari stiker bergambar, yang biasa ditempel di pintu luar rumah atau di dinding ruang tamu,” kata Aay kepada Sumut Pos, Senin (20/1).

Ia menuturkan harga untuk hiasan-hiasan di Pasar Beruang berkisar dari harga Rp30 ribu sampai Rp150 ribu untuk stiker bergambar. Sedangkan hiasan gantungan ditawarkan mulai dari harga Rp5 ribu sampai Rp75ribu.

“Kalau untuk stiker dan gantungan kunci yang bergambar kuda sudah habis. Tapi untuk gambar uang cina, guci, ikan dan lainnya masih bisa didapat. Sementara itu harga untuk bunga hias mulai dari Rp75 ribu sambai Rp2 juta,” tutur pria yang sudah 9 tahun berjualan di Pasar Beruang ini.

Aay mengatakan bahwa bunga hias yang dijualnya memiliki arti atau filosofi setiap jenisnya. Biasanya, bunga hiasan dipercaya sebagai penarik rejeki. Sedangkan padi-padian diidentikkan dengan kata panen. Hal ini dimaksud agar sang pemilik dapat memanen banyak rejeki di sepanjang tahun. Sama halnya seperti gentong duit yang terdapat pada hiasan gantungan. Gentong tersebut diumpamakan sebagai tempat uang sang pemilik agar terisi penuh sepanjang tahun.

“Penjualan kebutuhan Imlek tahun ini mengalami peningkatan kenaikan sekitar 30% dibanding tahu lalu. Kalau tahun lalu hiasan gantungan dijual Rp5 ribu pada tahun lalu dijual seharga Rp3 ribu. Untuk bunga hias juga begitu. Ornamen pendukung lainnya yang juga laris adalah lilin merah dan uang emas yang terbuat dari tembaga kuning berhiaskan permata. Dua benda ini biasanya sih diletakkan di tempat sembahyang umat Budha di rumah,” terangnya.

Selain Aay, ada juga Cici Amei. Jika Aay menjual pernak-pernik berbahan kertas dan plastik, maka Cici Amey jutsru menjual pernak-pernik dari bahan giok. “Untuk merayakan Imlek yang berlangsung 31 Januari nanti saya menjual gantungan untuk hiasan rumah, cincin, gelang dan kalung. Harganya berfariasi. Ada yang Rp30 ribu, tapi ada juga yang mencapai Rp150 ribu.

Sementara itu, dari pantauan Sumut Pos di Pasar Ramai, para pembeli yang berbelanja di sini banyak yang membeli pakaian tradisional China, yang dominasi warnanya adalah merah. (nit/ije)

Kurang lebih dari dua minggu lagi, masyarakat Tionghoa akan merayakan hari besar Tahun Baru China 2565 atau yang sering disebut Imlek. Seiring itu, tahun pun berganti, dari Tahun Ular ke Tahun  Kuda.

PAMER: Pedagang bernama Aay memperlihatkan pernak-pernik Imlek yang dijualnya di Pasar Beruang.//Anita/sumut pos
PAMER: Pedagang bernama Aay memperlihatkan pernak-pernik Imlek yang dijualnya di Pasar Beruang.//Anita/sumut pos

Dalam persiapannya, selain mempersiapkan pakaian serta makanan di hari istimewa tersebut, masyarakat Tionghoa pun tak melupakan pernak-pernik atau hiasan rumah.

Di Pasar Beruang yang berada di Jalan Madong Lubis, Medan, pernak-pernik imlek menjadi buruan utama. Tak heran bila gambar Shio Kuda yang menjadi buruan utama pembeli semakin sulit didapat.

Aay (44), salah seorang penjual berbagai jenis hiasan Imlek mengatakan bahwa dirinya menjual kertas stiker bergambar kuda, ikan serta yang bergambar uang emas cina. Selain itu dirinya juga menjual bunga hias seperti, bunga mei hua atau bunga sakura, bambu-bambuan, padi-padian, buah persik dan buah apel.

“Yang paling dicari pembeli adalah berbagai jenis gantungan serta gambar stiker dengan aneka bentuk, seperti lampu lampion, gentong duit, kacang, uang emas dan tulisan cina yang memiliki arti yang baik. Ada juga yang mencari stiker bergambar, yang biasa ditempel di pintu luar rumah atau di dinding ruang tamu,” kata Aay kepada Sumut Pos, Senin (20/1).

Ia menuturkan harga untuk hiasan-hiasan di Pasar Beruang berkisar dari harga Rp30 ribu sampai Rp150 ribu untuk stiker bergambar. Sedangkan hiasan gantungan ditawarkan mulai dari harga Rp5 ribu sampai Rp75ribu.

“Kalau untuk stiker dan gantungan kunci yang bergambar kuda sudah habis. Tapi untuk gambar uang cina, guci, ikan dan lainnya masih bisa didapat. Sementara itu harga untuk bunga hias mulai dari Rp75 ribu sambai Rp2 juta,” tutur pria yang sudah 9 tahun berjualan di Pasar Beruang ini.

Aay mengatakan bahwa bunga hias yang dijualnya memiliki arti atau filosofi setiap jenisnya. Biasanya, bunga hiasan dipercaya sebagai penarik rejeki. Sedangkan padi-padian diidentikkan dengan kata panen. Hal ini dimaksud agar sang pemilik dapat memanen banyak rejeki di sepanjang tahun. Sama halnya seperti gentong duit yang terdapat pada hiasan gantungan. Gentong tersebut diumpamakan sebagai tempat uang sang pemilik agar terisi penuh sepanjang tahun.

“Penjualan kebutuhan Imlek tahun ini mengalami peningkatan kenaikan sekitar 30% dibanding tahu lalu. Kalau tahun lalu hiasan gantungan dijual Rp5 ribu pada tahun lalu dijual seharga Rp3 ribu. Untuk bunga hias juga begitu. Ornamen pendukung lainnya yang juga laris adalah lilin merah dan uang emas yang terbuat dari tembaga kuning berhiaskan permata. Dua benda ini biasanya sih diletakkan di tempat sembahyang umat Budha di rumah,” terangnya.

Selain Aay, ada juga Cici Amei. Jika Aay menjual pernak-pernik berbahan kertas dan plastik, maka Cici Amey jutsru menjual pernak-pernik dari bahan giok. “Untuk merayakan Imlek yang berlangsung 31 Januari nanti saya menjual gantungan untuk hiasan rumah, cincin, gelang dan kalung. Harganya berfariasi. Ada yang Rp30 ribu, tapi ada juga yang mencapai Rp150 ribu.

Sementara itu, dari pantauan Sumut Pos di Pasar Ramai, para pembeli yang berbelanja di sini banyak yang membeli pakaian tradisional China, yang dominasi warnanya adalah merah. (nit/ije)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/