26.7 C
Medan
Saturday, May 18, 2024

Dinsos Akui Kesulitan Atasi Gepeng dan Orang Gila

File/SUMUT POS
Seorang gepeng tertidur diatas trotoar saat ruas Jalan Guru Patimpus Medan tampak sepi, belum lama ini

SUMUTPOS.CO – Dinas Sosial (Dinsos) Kota Medan mendukung program pihak kepolisian untuk menertibkan kaum gelandangan dan pengemis (gepeng), serta orang gila yang ada di Kota Medan. Penertiban terhadap kaum marjinal ini, sejatinya intens dilakukan Dinsos Kota Medan.

Kepala Dinas Sosial Kota Medan Endar Sutan Lubis mengungkapkan, guna meminimalisir atau bahkan ‘membersihkan’ kaum marjinal di Kota Medan, dibutuhkan kerja sama seluruh pemangku kepentingan termasuk elemen masyarakat. Sebab Dinsos sendiri yang bekerja tidak akan mampu melakukan hal tersebut.

“Kehadiran gepeng, orang gila dan sejenisnya itu memang sangat meresahkan masyarakat. Mereka kerap mengganggu kenyamanan pengendara di jalan raya. Saat berhenti di persimpangan lampu merah misalnya, mereka suka mengetok kaca mobil pengendara,” katanya kepada Sumut Pos, Rabu (21/2).

Selama ini, kesulitan Dinsos dalam menertibkan kaum marjinal tersebut lantaran ada mobilisasi terhadap mereka. Endar mengaku ketika pihaknya ingin menertibkan pada pagi hari, mereka justru baru keluar di sore hari. “Jadi seperti main kucing-kucingan kami sama mereka. Seperti ada yang mobilisasi juga. Makanya kita sangat mendukung program kepolisian untuk itu,” katanya.

Selain adanya mobilisasi terhadap kaum marjinal ini, lanjutnya, hal terpenting diperlukan solusi konkrit dalam rangka mengurangi keberdaan mereka di kota ini. Contohnya, ketika diamankan saat penertiban, mereka dibawa ke panti rehabilitasi untuk dilakukan pembinaan. Setelah itu, kalaupun ada pihak keluarga yang bisa dihubungi, diminta untuk membuat surat pernyataan tidak mengulangi perbuatannya. “Tapi setelah mereka keluar lagi, kembali juga turun ke jalan. Kita tangkap lagi, lalu dia buat lagi. Jadi gitu-gitu aja,” katanya.

Mayoritas keberadaan gepeng dan orang gila yang ada di Medan, diakuinya, justru berasal dari luar Medan. Itu diketahui setelah identitasnya dicek saat sudah dibawa ke panti rehabilitasi. “Semua yang memiliki permasalahan sebenarnya tetap kami tangani. Seperti baru-baru ini ada orang tua yang tidak mampu lagi urus anaknya, sudah kita serahkan ke panti asuhan,” katanya.

File/SUMUT POS
Seorang gepeng tertidur diatas trotoar saat ruas Jalan Guru Patimpus Medan tampak sepi, belum lama ini

SUMUTPOS.CO – Dinas Sosial (Dinsos) Kota Medan mendukung program pihak kepolisian untuk menertibkan kaum gelandangan dan pengemis (gepeng), serta orang gila yang ada di Kota Medan. Penertiban terhadap kaum marjinal ini, sejatinya intens dilakukan Dinsos Kota Medan.

Kepala Dinas Sosial Kota Medan Endar Sutan Lubis mengungkapkan, guna meminimalisir atau bahkan ‘membersihkan’ kaum marjinal di Kota Medan, dibutuhkan kerja sama seluruh pemangku kepentingan termasuk elemen masyarakat. Sebab Dinsos sendiri yang bekerja tidak akan mampu melakukan hal tersebut.

“Kehadiran gepeng, orang gila dan sejenisnya itu memang sangat meresahkan masyarakat. Mereka kerap mengganggu kenyamanan pengendara di jalan raya. Saat berhenti di persimpangan lampu merah misalnya, mereka suka mengetok kaca mobil pengendara,” katanya kepada Sumut Pos, Rabu (21/2).

Selama ini, kesulitan Dinsos dalam menertibkan kaum marjinal tersebut lantaran ada mobilisasi terhadap mereka. Endar mengaku ketika pihaknya ingin menertibkan pada pagi hari, mereka justru baru keluar di sore hari. “Jadi seperti main kucing-kucingan kami sama mereka. Seperti ada yang mobilisasi juga. Makanya kita sangat mendukung program kepolisian untuk itu,” katanya.

Selain adanya mobilisasi terhadap kaum marjinal ini, lanjutnya, hal terpenting diperlukan solusi konkrit dalam rangka mengurangi keberdaan mereka di kota ini. Contohnya, ketika diamankan saat penertiban, mereka dibawa ke panti rehabilitasi untuk dilakukan pembinaan. Setelah itu, kalaupun ada pihak keluarga yang bisa dihubungi, diminta untuk membuat surat pernyataan tidak mengulangi perbuatannya. “Tapi setelah mereka keluar lagi, kembali juga turun ke jalan. Kita tangkap lagi, lalu dia buat lagi. Jadi gitu-gitu aja,” katanya.

Mayoritas keberadaan gepeng dan orang gila yang ada di Medan, diakuinya, justru berasal dari luar Medan. Itu diketahui setelah identitasnya dicek saat sudah dibawa ke panti rehabilitasi. “Semua yang memiliki permasalahan sebenarnya tetap kami tangani. Seperti baru-baru ini ada orang tua yang tidak mampu lagi urus anaknya, sudah kita serahkan ke panti asuhan,” katanya.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/