32.8 C
Medan
Thursday, May 9, 2024

Korban: Ngeri… Suara Tangis dan Panik di Mana-mana!

Foto: SUTAN SIREGAR/SUMUT POS Puluhan warga melihat sisa bangunan yang terbakar di Jalan Taman makam pahlawan Gudang Arang Belawan, Minggu (21/8). Akibat kebakaran, setidaknya mengakibatkan 120 unit rumah terbakar dan 1 orang meninggal.
Foto: SUTAN SIREGAR/SUMUT POS
Puluhan warga melihat sisa bangunan yang terbakar di Jalan Taman makam pahlawan Gudang Arang Belawan, Minggu (21/8). Akibat kebakaran, setidaknya mengakibatkan 120 unit rumah terbakar dan 1 orang meninggal.

BELAWAN, SUMUTPOS.CO – Kebakaran hebat yang meludeskan 122 rumah panggung di Lorong Supir Lingkungan 29 Gudang Arang Kelurahan Belawan 1 Kecamatan Medan Belawan, menyisakan trauma dan gangguan psikis bagi para korban.

Saat ini, mereka hanya bisa termenung ketika mengingat kobaran api
yang membakar kampung itu. “Di mana-mana api berkobar. Ngeri kita melihatnya,” kenang Rodiah (43) seorang warga korban kebakaran, Minggu (21/8) kemarin.

Rodiah menuturkan, saat kejadian dirinya sedang duduk-duduk di dalam rumah menunggu waktu azan salat maghrib. Tiba-tiba, ibu beranak tiga ini mendengar suara keras disertai teriakan kebakaran dari luar rumahnya. Begitu pintu dibuka, nyala api disertai asap pekat sudah membumbung ke langit. “Kejadiannya lima menit sebelum azan maghrib. Api pertama kali muncul dari rumah si Beyek. Katanya tabung kompor gas meledak,” sebutnya.

Api kian marak saat angin dari arah laut bertiup kencang. Kondisi ini membuat api turut nenjilat rumahnya, untuk selanjutnya selang beberapa menit kemudian rumahnya pun ikut terbakar. Tak pelak, Rodiah bersama suami dan anak-anaknya pun berhamburan keluar rumah untuk menyelamatkan diri. “Kampung ini menjadi lautan api, suara tangis dan kepanikan di mana-mana,” ungkapnya.

Rodiah mengaku jika dirinya sempat membuka lemari untuk menyelamatkan sejumlah pakaian, tetapi gagal lantaran kobaran api yang terkena tiupan angina semakin membesar. Bahkan, dalam sekejap sudah merambat ke bangunan rumah lainnya. “Akhirnya saya memilih menyelamatkan diri. Harta saya saat ini cuma baju yang melekat di badan inilah. Yang lain semuanya hangus,” tutur, Rodiah.

Korban lainnya, Ismiana (38) bercerita bahwa ketika kebakaran terjadi dirinya sedang beristirahat di kamar. Namun begitu, karena kejadian begitu cepat, praktis tak satu pun barang miliknya bias diselamatkan.

Pascakebakaran yang meludeskan permukiman di kampung ini, Ismiana berharap dukungan dan bantuan untuk kembali membangun rumah para korban yang kini telah menjadi puing.

Foto: SUTAN SIREGAR/SUMUT POS Puluhan warga melihat sisa bangunan yang terbakar di Jalan Taman makam pahlawan Gudang Arang Belawan, Minggu (21/8). Akibat kebakaran, setidaknya mengakibatkan 120 unit rumah terbakar dan 1 orang meninggal.
Foto: SUTAN SIREGAR/SUMUT POS
Puluhan warga melihat sisa bangunan yang terbakar di Jalan Taman makam pahlawan Gudang Arang Belawan, Minggu (21/8). Akibat kebakaran, setidaknya mengakibatkan 120 unit rumah terbakar dan 1 orang meninggal.

BELAWAN, SUMUTPOS.CO – Kebakaran hebat yang meludeskan 122 rumah panggung di Lorong Supir Lingkungan 29 Gudang Arang Kelurahan Belawan 1 Kecamatan Medan Belawan, menyisakan trauma dan gangguan psikis bagi para korban.

Saat ini, mereka hanya bisa termenung ketika mengingat kobaran api
yang membakar kampung itu. “Di mana-mana api berkobar. Ngeri kita melihatnya,” kenang Rodiah (43) seorang warga korban kebakaran, Minggu (21/8) kemarin.

Rodiah menuturkan, saat kejadian dirinya sedang duduk-duduk di dalam rumah menunggu waktu azan salat maghrib. Tiba-tiba, ibu beranak tiga ini mendengar suara keras disertai teriakan kebakaran dari luar rumahnya. Begitu pintu dibuka, nyala api disertai asap pekat sudah membumbung ke langit. “Kejadiannya lima menit sebelum azan maghrib. Api pertama kali muncul dari rumah si Beyek. Katanya tabung kompor gas meledak,” sebutnya.

Api kian marak saat angin dari arah laut bertiup kencang. Kondisi ini membuat api turut nenjilat rumahnya, untuk selanjutnya selang beberapa menit kemudian rumahnya pun ikut terbakar. Tak pelak, Rodiah bersama suami dan anak-anaknya pun berhamburan keluar rumah untuk menyelamatkan diri. “Kampung ini menjadi lautan api, suara tangis dan kepanikan di mana-mana,” ungkapnya.

Rodiah mengaku jika dirinya sempat membuka lemari untuk menyelamatkan sejumlah pakaian, tetapi gagal lantaran kobaran api yang terkena tiupan angina semakin membesar. Bahkan, dalam sekejap sudah merambat ke bangunan rumah lainnya. “Akhirnya saya memilih menyelamatkan diri. Harta saya saat ini cuma baju yang melekat di badan inilah. Yang lain semuanya hangus,” tutur, Rodiah.

Korban lainnya, Ismiana (38) bercerita bahwa ketika kebakaran terjadi dirinya sedang beristirahat di kamar. Namun begitu, karena kejadian begitu cepat, praktis tak satu pun barang miliknya bias diselamatkan.

Pascakebakaran yang meludeskan permukiman di kampung ini, Ismiana berharap dukungan dan bantuan untuk kembali membangun rumah para korban yang kini telah menjadi puing.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/