27.8 C
Medan
Friday, May 17, 2024

Pertama di Indonesia: Ivan jadi ‘Pengantin’ Belajar lewat Internet

Adakah latar belakang tertentu yang membuat Ivan menjadi radikal? Suhardi menuturkan bahwa Ivan masih terus diperiksa. Biasanya, ada alasan tertentu yang membuat seseorang bisa seirama dengan radikalisme. “Contohnya anak Imam Samudera yang akhirnya tewas di Syria,” ungkapnya.

Dari kasus Ivan, Suhardi mengajak orang tua untuk lebih memperhatikan tumbuh kembang anak. Meski tidak pernah bergaul dengan orang berpaham radikal, anak sekarang bisa saja teracuni ideologi teroris melalui internet.

BNPT mencatat, saat ini ada lebih dari 9 ribu situs dan media sosial yang menyebarkan pemahaman radikal. Pemblokiran situs adalah salah satu cara untuk memberangus penyebaran paham membahayakan tersebut. Namun, itu harus diikuti dengan operasi lain. Sebab, setelah situs diblokir, bisa saja pembuatnya membuat situs baru. “Makanya, semua harus ikut terlibat. BNPT berupaya mengoorinasi dengan semua kementerian,” paparnya.

Di tempat terpisah, Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) ikut angkat bicara terkait dengan seseorang yang menjadi teroris karena internet. Dia menegaskan, situs-situs yang menjurus ke ajakan berbuat teror dan radikalisme akan ditutup oleh pemerintah.

“Medsos-medsos berbahaya, pemerintah dapat menyetopnya,” kata JK setelah memberikan kuliah umum kepada peserta Sekolah Staf dan Pemimpin Tinggi (Sespimti) di Istana Wakil Presiden, Jalan Medan Merdeka Selatan, kemarin. Situs yang berbahaya seperti itu akan diperlakukan seperti situs-situs porno yang selama ini telah ditutup.

“Kita memang harus hati-hati dan harus lebih dewasa memperlihatkannya,” ungkap dia.

Lebih lanjut JK, yang berkali-kali terlibat sebagai juru damai untuk beberapa konflik besar di Indonesia, menuturkan bahwa masyarakat tidak boleh mudah terprovokasi. Apalagi menyangkutpautkan satu persoalan kekerasan dengan isu-isu agama. Sebab, itu akan sangat mudah merembet dan menjadi konflik yang lebih luas.

“Poso dan Ambon itu akar persoalannya bukan masalah agama, tapi masalah demokrasi (pemilihan kepala daerah, Red). Kalau Aceh, masalah ketidakadilan ekonomi,” kata JK di hadapan 135 perwira peserta Sespimti.

Dia mengingatkan para perwira polisi bahwa penyebaran informasi saat ini begitu cepat dengan melalui media sosial dan internet. Hal itu sangat berbahaya bila dimanfaatkan untuk menyebarkan kebencian dan paham radikal.

“Kalau dulu 2-3 pekan baru tersebar, sekarang 3-4 menit lewat medsos,” ujar dia. (idr/byu/jun/dod/c11/ang)

Adakah latar belakang tertentu yang membuat Ivan menjadi radikal? Suhardi menuturkan bahwa Ivan masih terus diperiksa. Biasanya, ada alasan tertentu yang membuat seseorang bisa seirama dengan radikalisme. “Contohnya anak Imam Samudera yang akhirnya tewas di Syria,” ungkapnya.

Dari kasus Ivan, Suhardi mengajak orang tua untuk lebih memperhatikan tumbuh kembang anak. Meski tidak pernah bergaul dengan orang berpaham radikal, anak sekarang bisa saja teracuni ideologi teroris melalui internet.

BNPT mencatat, saat ini ada lebih dari 9 ribu situs dan media sosial yang menyebarkan pemahaman radikal. Pemblokiran situs adalah salah satu cara untuk memberangus penyebaran paham membahayakan tersebut. Namun, itu harus diikuti dengan operasi lain. Sebab, setelah situs diblokir, bisa saja pembuatnya membuat situs baru. “Makanya, semua harus ikut terlibat. BNPT berupaya mengoorinasi dengan semua kementerian,” paparnya.

Di tempat terpisah, Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) ikut angkat bicara terkait dengan seseorang yang menjadi teroris karena internet. Dia menegaskan, situs-situs yang menjurus ke ajakan berbuat teror dan radikalisme akan ditutup oleh pemerintah.

“Medsos-medsos berbahaya, pemerintah dapat menyetopnya,” kata JK setelah memberikan kuliah umum kepada peserta Sekolah Staf dan Pemimpin Tinggi (Sespimti) di Istana Wakil Presiden, Jalan Medan Merdeka Selatan, kemarin. Situs yang berbahaya seperti itu akan diperlakukan seperti situs-situs porno yang selama ini telah ditutup.

“Kita memang harus hati-hati dan harus lebih dewasa memperlihatkannya,” ungkap dia.

Lebih lanjut JK, yang berkali-kali terlibat sebagai juru damai untuk beberapa konflik besar di Indonesia, menuturkan bahwa masyarakat tidak boleh mudah terprovokasi. Apalagi menyangkutpautkan satu persoalan kekerasan dengan isu-isu agama. Sebab, itu akan sangat mudah merembet dan menjadi konflik yang lebih luas.

“Poso dan Ambon itu akar persoalannya bukan masalah agama, tapi masalah demokrasi (pemilihan kepala daerah, Red). Kalau Aceh, masalah ketidakadilan ekonomi,” kata JK di hadapan 135 perwira peserta Sespimti.

Dia mengingatkan para perwira polisi bahwa penyebaran informasi saat ini begitu cepat dengan melalui media sosial dan internet. Hal itu sangat berbahaya bila dimanfaatkan untuk menyebarkan kebencian dan paham radikal.

“Kalau dulu 2-3 pekan baru tersebar, sekarang 3-4 menit lewat medsos,” ujar dia. (idr/byu/jun/dod/c11/ang)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/