34 C
Medan
Monday, May 27, 2024

BPJS Mudahkan Deteksi Penyakit Kronis

Pelayanan BPJS Kesehatan

SUMUTPOS.CO  – Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan, meluncurkan fitur mobile screening, Rabu (1/2). Dengan fitur tersebut, peserta BPJS Kesehatan bakal semakin mudah mendeteksi penyakit kronis.

Fitur Mobile Screening ini berada di dalam aplikasi BPJS Kesehatan Mobile sebelumnya. Namun fungsinya lebih efektif. Dengan fitur ini, peserta BPJS Kesehatan tidak lagi perlu repot untuk melakukan screening riwayat kesehatan manual.

Menurut Kepala BPJS Kesehatan Cabang Utama Medan, dr Sudarto KS, peluncuran fitur ini untuk meningkatkan kesadaran masyarakat mengelola penyakit kronis sejak dini. Sebab, selama ini masyarakat sering mengabaikan gejala penyakit kronis seperti diabetes, hypertensi, ginjal kronik dan jantung koroner.

”Nah, dengan adanya fitur ini, masyarakat bisa mendeteksi penyakit tersebut sejak dini dan mampu mencegah peningkatan. Bukan seperti selama ini, masyarakat sadar setelah penyakit itu memasuki fase lanjut,” ungkap Sudarto KS di Medan, Rabu (1/2).

Dijelaskan Sudarto, penggunaan fitur screening mobile dilakukan dengan terlebih dahulu mendownload aplikasi BPJS Kesehatan Mobile. Setelah itu, peserta melakukan registrasi dengan memasukkan nomor peserta BPJS Kesehatan dan data diri, kemudian melakukan login.

“Setelah itu, peserta memilih menu skrining riwayat kesehatan. Begitu menu skrining riwayat dibuka, akan muncul 47 pertanyaan yang diantaranya kebiasaan dan aktifitas sehari-hari, penyakit yang pernah diidap, riwayat penyakit dalam keluarga dan pola makan,” jelas Sudarto.

Dengan menjawab semua pertanyaan, peserta akan memperoleh hasil screening riwayat kesehatan. Apabila hasilnya menyebut peserta memiliki resiko rendah, maka peserta akan disarankan menjaga pola hidup sehat dan latihan fisik mimimal 30 menit setiap hari.

Tapi, bila hasilnya peserta memiliki resiko sedang ataupun tinggi Diabetes Militus, akan keluar nomor legalisasi atau nomor screening skunder. Peserta kemudian diarahkan mengunjungi Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP), untuk memperoleh tindak lanjut serta melakukan pengecekan gula darah puasa dan gula darah post priandial.

“Apabila peserta terdeteksi menderita resiko sedang atau tinggi, 3 penyakit lain yakni hypertensi, ginjal kronik ataupun jantung koroner, akan disarankan untuk berkonaultasi ke FKTP tempat peserta terdaftar, untuk dilakukan tindak lanjut,” ungkapnya.

Sudarto mengungkapkan, berdasarkan hasil screening riwayat kesehatan, peserta JKN dan KIS  di Indonesia pada Tahun 2016, terdapat sebayak 702.944 peserta menderita Diabetes Melitus risiko rendah, 36.225 risiko sedang dan 651 resiko tinggi. Sementara untuk kategori penyakit hypertensi, 632.760 beresiko rendah, 104.967 beresiko sedang, dan 831 beresiko tinggi. Untuk penyakit jantung koroner,  680.172 peserta berisiko rendah, 57.692 berisiko sedang dan 1.956 berisiko tinggi.

“Semakin dini peserta mengetahui resiko kesehatannya, semakin cepat juga upaya pengelolaan resiko dilakukan, sehingga jumlah penderita penyakit kronis itu akan menurun. Efek jangka penjangnya yakni, menurunnya pembiayaan 4 penyakit kronis itu, sehingga program JKN dan KIS dapat terus berjalan dan memberi manfaat pada peserta,” pungkasnya. (ain/dek)

 

Pelayanan BPJS Kesehatan

SUMUTPOS.CO  – Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan, meluncurkan fitur mobile screening, Rabu (1/2). Dengan fitur tersebut, peserta BPJS Kesehatan bakal semakin mudah mendeteksi penyakit kronis.

Fitur Mobile Screening ini berada di dalam aplikasi BPJS Kesehatan Mobile sebelumnya. Namun fungsinya lebih efektif. Dengan fitur ini, peserta BPJS Kesehatan tidak lagi perlu repot untuk melakukan screening riwayat kesehatan manual.

Menurut Kepala BPJS Kesehatan Cabang Utama Medan, dr Sudarto KS, peluncuran fitur ini untuk meningkatkan kesadaran masyarakat mengelola penyakit kronis sejak dini. Sebab, selama ini masyarakat sering mengabaikan gejala penyakit kronis seperti diabetes, hypertensi, ginjal kronik dan jantung koroner.

”Nah, dengan adanya fitur ini, masyarakat bisa mendeteksi penyakit tersebut sejak dini dan mampu mencegah peningkatan. Bukan seperti selama ini, masyarakat sadar setelah penyakit itu memasuki fase lanjut,” ungkap Sudarto KS di Medan, Rabu (1/2).

Dijelaskan Sudarto, penggunaan fitur screening mobile dilakukan dengan terlebih dahulu mendownload aplikasi BPJS Kesehatan Mobile. Setelah itu, peserta melakukan registrasi dengan memasukkan nomor peserta BPJS Kesehatan dan data diri, kemudian melakukan login.

“Setelah itu, peserta memilih menu skrining riwayat kesehatan. Begitu menu skrining riwayat dibuka, akan muncul 47 pertanyaan yang diantaranya kebiasaan dan aktifitas sehari-hari, penyakit yang pernah diidap, riwayat penyakit dalam keluarga dan pola makan,” jelas Sudarto.

Dengan menjawab semua pertanyaan, peserta akan memperoleh hasil screening riwayat kesehatan. Apabila hasilnya menyebut peserta memiliki resiko rendah, maka peserta akan disarankan menjaga pola hidup sehat dan latihan fisik mimimal 30 menit setiap hari.

Tapi, bila hasilnya peserta memiliki resiko sedang ataupun tinggi Diabetes Militus, akan keluar nomor legalisasi atau nomor screening skunder. Peserta kemudian diarahkan mengunjungi Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP), untuk memperoleh tindak lanjut serta melakukan pengecekan gula darah puasa dan gula darah post priandial.

“Apabila peserta terdeteksi menderita resiko sedang atau tinggi, 3 penyakit lain yakni hypertensi, ginjal kronik ataupun jantung koroner, akan disarankan untuk berkonaultasi ke FKTP tempat peserta terdaftar, untuk dilakukan tindak lanjut,” ungkapnya.

Sudarto mengungkapkan, berdasarkan hasil screening riwayat kesehatan, peserta JKN dan KIS  di Indonesia pada Tahun 2016, terdapat sebayak 702.944 peserta menderita Diabetes Melitus risiko rendah, 36.225 risiko sedang dan 651 resiko tinggi. Sementara untuk kategori penyakit hypertensi, 632.760 beresiko rendah, 104.967 beresiko sedang, dan 831 beresiko tinggi. Untuk penyakit jantung koroner,  680.172 peserta berisiko rendah, 57.692 berisiko sedang dan 1.956 berisiko tinggi.

“Semakin dini peserta mengetahui resiko kesehatannya, semakin cepat juga upaya pengelolaan resiko dilakukan, sehingga jumlah penderita penyakit kronis itu akan menurun. Efek jangka penjangnya yakni, menurunnya pembiayaan 4 penyakit kronis itu, sehingga program JKN dan KIS dapat terus berjalan dan memberi manfaat pada peserta,” pungkasnya. (ain/dek)

 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/