27.8 C
Medan
Saturday, May 18, 2024

Uber Ilmu Sekaligus Pamer Batik Ulos Samosir

Bupati Samosir Mangindar Simbolon Kuliah di Harvard, Amerika Serikat

Mangindar Simbolon merupakan satu dari 19 bupati/wali kota yang hari ini, Jumat (16/9), akan berangkat ke AS. Di Negeri Paman Sam, bupati Samosir itu akan menimba ilmu di Harvard University. Apa saja persiapannya?

Soetomo Samsu-Jakarta

Jika selama ini ada pejabat ke luar negeri dicap semata plesiran, yang diikuti Mangindar ini tidak bisa dianggap main-main. Bagaimana tidak? Untuk persiapannya saja, lima hari para peserta sudah diigembleng para profesor di Badan Diklat Kemendagri, Jakarta.

Di masa persiapan ini, para peserta sudah ‘melahap’ materi perkuliahan singkat dari para pakar pemerintahan daerah. Antara lain pakar public policy dari Universitas Indonesia (UI) Prof Eko Prasojo, DR Wahyudi Kumorotomo dari Universitas Gadjah Mada (UGM), bahkan ada guru besar yang didatangkan dari Harvard University.

Bukan kuliah biasa, para peserta harus membedah kasus di pemerintahan lokal. Kasusnya pun tak boleh sembarangann
“Harus yang berat, yang tinggi tantangannya, dan dicari solusinya,” ujar Mangindar saat ditemui koran ini saat jeda mengikuti masa pembekalan di gedung Badan Diklat, Kemendagri, Kalibata, Jakarta, Kamis (15/9).

Masa persiapan ini, selain bermanfaat untuk pengayaan kemampuan menyelesaikan persoalan pelik, sekaligus menciptakan suasana agar peserta tak kaget begitu masuk ke ruang kuliah Harvard University. “Jadwal jam per jam kita sudah dikasih tahu. Begitu kita sampai di sana, kita harus langsung mengikuti kebiasaan di sana. Begitu ketat dan berat,” imbuh pria yang sebagian rambutnya memutih itu.

Materi perkuliahan di Harvard, termasuk jadwalnya, juga sudah diserahkan ke para peserta seminggu yang lalu. Termasuk juga kegiatan di luar bangku kuliah, yang berupa studi kasus di sejumlah negara bagian di AS. Dari berkas materi yang sudah diterimanya itu, Mangindar mengaku sudah tahu materi pokok kuliah singkat, yakni berakhir 16 Oktober 2011.

“Nanti kita studi kasusnya di North Carolina, karena di sana dinilai sebagai pemerintahan lokal yang sangat demokratis dan lebih inovatif. Inti pelatihan ke Harvard ini kan dua hal itu yang akan dituju,” kata Mangindar.

Efektif, nanti tiga minggu kuliah di Harvard. “Dua minggu di kelas, satu minggu kunjungan ke beberapa negara bagian. Mereka nantinya wajib baca tiga kasus setiap harinya dan wajib mencari solusinya,” ujar Prof Eko Prasojo, yang ikut memberikan pembekalan kepada para peserta.

Eko Prasojo yakin, program Kemendagri dengan menggandeng lembaga nirlaba Rajawali Foundation ini sangat bermanfaat bagi para kepala daerah. “Ini akan menambah kapasitas mereka dan memberikan filosofi baru pemerintahan,” ujar Eko.

Pandangan senada disampaikan Dr Wahyudi Kumorotomo dari UGM. Katanya, selama ini ada pandangan miring jika ada kepala daerah yang berbondong-bondong peri ke luar negeri. “Yang ini lain. Ini sangat positif,” ujarnya.
Mangindar sendiri mengaku perkuliahan singkat di Harvard ini cukup berat. “Ada celetukan kawan-kawan, ini seperti kuliah S3. Sepulang dari sana, kita juga diminta membuat laporan ilmiah, laporan akademis, bukan laporan perjalanan,” kata Mangindar.

Sebenarnya, selain Mangindar, ada Bupati Serdang Bedagai Erry Nuradi yang juga ikut ke Harvard. Hanya saja, koran ini kemarin tidak berhasil menemui Erry di gedung Badan Diklat Kemendagri. Kepala Bappeda Pemkab Serdang Bedagai Taufik Batubara dan Kepala Bappeda Pemkab Samosir Hotraja Sitanggang juga ikut serta.

Sebelumnya, Kapuspen Kemendagri Reydonnyzar Moenek menjelaskan, biaya program ini semua ditanggung Harvard Kennedy School of Managemen, termasuk biaya akomodasi dan konsumsinya. Untuk perjalanan dinas dan uang saku dibiayai APBD. “Tetapi kecil, tidak signifikan,” kata Dony, panggilan Reydonnyzar.

Harvard University dipilih karena merupakan lembaga internasional yang kredibel dan terpercaya. “Harvard lembaga school of government terbaik. Kebanyakan lembaga birokrasi di asia belajarnya di sini. Juga untuk menambah wawasan kepala daerah,” papar Dony.

Mangindar pun tak menampik bahwa dirinya cukup bangga bisa ikut terpilih berangkat ke Harvard. “Ibu Menteri/Kepala Bappenas Armida Alisjahbana di Medan beberapa hari lalu mengatakan kepada saya,’jangankan ilmunya, nama Harvard-nya saja sudah hebat’, begitu kata Ibu menteri. Jadi saya bangga. Anak saya juga bangga, sekaligus bisa menjadi motivasi mereka bahwa bapaknya bisa kuliah di Harvard, meski hanya singkat,” begitu Mangindar, yang kemarin mengenai baju batik motif ulos, mengungkapkan perasaannya.

“Ini batik ulos produk asli warga Samosir. Selama di Harvard nanti saya juga akan memakai baju seperti ini. kalau ada yang tanya, kain apa itu? Saya akan jelaskan. Saya akan perkenalkan budaya kita ke sana. Kalau Danau Toba, mereka sudah pada tahu,” pungkasnya, seraya pamit akan kembali masuk ke ruang kelas pembekalan. (*)

Bupati Samosir Mangindar Simbolon Kuliah di Harvard, Amerika Serikat

Mangindar Simbolon merupakan satu dari 19 bupati/wali kota yang hari ini, Jumat (16/9), akan berangkat ke AS. Di Negeri Paman Sam, bupati Samosir itu akan menimba ilmu di Harvard University. Apa saja persiapannya?

Soetomo Samsu-Jakarta

Jika selama ini ada pejabat ke luar negeri dicap semata plesiran, yang diikuti Mangindar ini tidak bisa dianggap main-main. Bagaimana tidak? Untuk persiapannya saja, lima hari para peserta sudah diigembleng para profesor di Badan Diklat Kemendagri, Jakarta.

Di masa persiapan ini, para peserta sudah ‘melahap’ materi perkuliahan singkat dari para pakar pemerintahan daerah. Antara lain pakar public policy dari Universitas Indonesia (UI) Prof Eko Prasojo, DR Wahyudi Kumorotomo dari Universitas Gadjah Mada (UGM), bahkan ada guru besar yang didatangkan dari Harvard University.

Bukan kuliah biasa, para peserta harus membedah kasus di pemerintahan lokal. Kasusnya pun tak boleh sembarangann
“Harus yang berat, yang tinggi tantangannya, dan dicari solusinya,” ujar Mangindar saat ditemui koran ini saat jeda mengikuti masa pembekalan di gedung Badan Diklat, Kemendagri, Kalibata, Jakarta, Kamis (15/9).

Masa persiapan ini, selain bermanfaat untuk pengayaan kemampuan menyelesaikan persoalan pelik, sekaligus menciptakan suasana agar peserta tak kaget begitu masuk ke ruang kuliah Harvard University. “Jadwal jam per jam kita sudah dikasih tahu. Begitu kita sampai di sana, kita harus langsung mengikuti kebiasaan di sana. Begitu ketat dan berat,” imbuh pria yang sebagian rambutnya memutih itu.

Materi perkuliahan di Harvard, termasuk jadwalnya, juga sudah diserahkan ke para peserta seminggu yang lalu. Termasuk juga kegiatan di luar bangku kuliah, yang berupa studi kasus di sejumlah negara bagian di AS. Dari berkas materi yang sudah diterimanya itu, Mangindar mengaku sudah tahu materi pokok kuliah singkat, yakni berakhir 16 Oktober 2011.

“Nanti kita studi kasusnya di North Carolina, karena di sana dinilai sebagai pemerintahan lokal yang sangat demokratis dan lebih inovatif. Inti pelatihan ke Harvard ini kan dua hal itu yang akan dituju,” kata Mangindar.

Efektif, nanti tiga minggu kuliah di Harvard. “Dua minggu di kelas, satu minggu kunjungan ke beberapa negara bagian. Mereka nantinya wajib baca tiga kasus setiap harinya dan wajib mencari solusinya,” ujar Prof Eko Prasojo, yang ikut memberikan pembekalan kepada para peserta.

Eko Prasojo yakin, program Kemendagri dengan menggandeng lembaga nirlaba Rajawali Foundation ini sangat bermanfaat bagi para kepala daerah. “Ini akan menambah kapasitas mereka dan memberikan filosofi baru pemerintahan,” ujar Eko.

Pandangan senada disampaikan Dr Wahyudi Kumorotomo dari UGM. Katanya, selama ini ada pandangan miring jika ada kepala daerah yang berbondong-bondong peri ke luar negeri. “Yang ini lain. Ini sangat positif,” ujarnya.
Mangindar sendiri mengaku perkuliahan singkat di Harvard ini cukup berat. “Ada celetukan kawan-kawan, ini seperti kuliah S3. Sepulang dari sana, kita juga diminta membuat laporan ilmiah, laporan akademis, bukan laporan perjalanan,” kata Mangindar.

Sebenarnya, selain Mangindar, ada Bupati Serdang Bedagai Erry Nuradi yang juga ikut ke Harvard. Hanya saja, koran ini kemarin tidak berhasil menemui Erry di gedung Badan Diklat Kemendagri. Kepala Bappeda Pemkab Serdang Bedagai Taufik Batubara dan Kepala Bappeda Pemkab Samosir Hotraja Sitanggang juga ikut serta.

Sebelumnya, Kapuspen Kemendagri Reydonnyzar Moenek menjelaskan, biaya program ini semua ditanggung Harvard Kennedy School of Managemen, termasuk biaya akomodasi dan konsumsinya. Untuk perjalanan dinas dan uang saku dibiayai APBD. “Tetapi kecil, tidak signifikan,” kata Dony, panggilan Reydonnyzar.

Harvard University dipilih karena merupakan lembaga internasional yang kredibel dan terpercaya. “Harvard lembaga school of government terbaik. Kebanyakan lembaga birokrasi di asia belajarnya di sini. Juga untuk menambah wawasan kepala daerah,” papar Dony.

Mangindar pun tak menampik bahwa dirinya cukup bangga bisa ikut terpilih berangkat ke Harvard. “Ibu Menteri/Kepala Bappenas Armida Alisjahbana di Medan beberapa hari lalu mengatakan kepada saya,’jangankan ilmunya, nama Harvard-nya saja sudah hebat’, begitu kata Ibu menteri. Jadi saya bangga. Anak saya juga bangga, sekaligus bisa menjadi motivasi mereka bahwa bapaknya bisa kuliah di Harvard, meski hanya singkat,” begitu Mangindar, yang kemarin mengenai baju batik motif ulos, mengungkapkan perasaannya.

“Ini batik ulos produk asli warga Samosir. Selama di Harvard nanti saya juga akan memakai baju seperti ini. kalau ada yang tanya, kain apa itu? Saya akan jelaskan. Saya akan perkenalkan budaya kita ke sana. Kalau Danau Toba, mereka sudah pada tahu,” pungkasnya, seraya pamit akan kembali masuk ke ruang kelas pembekalan. (*)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/