25 C
Medan
Monday, June 3, 2024

Mengintip Bekas Kantor Mindo Rosalina Manullang

Dulu Tempat Main Bola Uang, Sekarang Sarang Nyamuk

Puluhan miliar rupiah uang kontan mengalir setiap harinya di kantornya. Tiga brankas besi berukuran besar pun pernah menjadi penguhuninya. Lalu seperti apa kondisi kantor Rosa
saat ini?

DIMAS RYANDI, Jakarta

SIANG itu suasana Gedung Tower Permai Jalan Warung Buncit Raya No 27 Mampang, Jakarta Selatan tampak sepi. Tak ada aktivitas para pekerja ataupun satpam yang siaga di pos jaganya. Dua gembok berkarat berukuran sedang pun terlihat kuat mengunci pagar besi setinggi 1.5 meter bercat hitam bergaya minimalis itu.

Dari balik pagar yang sebelumnya biasa menjadi gerbang masuk bangunan berlantai 6 itu hanya tampak tumpukan debu yang mulai pekat menyelimuti lantai dan kaca cendela lobi.

Pos jaga yang berada dipojokan depan pintu utama gedung-pun tampak terkunci. Hanya ada galon air meneral kosong, gelas kotor, beberapa hangar (gantungan baju) dan antena miring. Tumpukan kardus tak beraturan dan genset besar berselimut terpal biru, juga tampak jelas menjadi penghias bagian belakang parkiran gedung yang dulu sempat menjadi markas terpidana kasus suap pembangunan Wisma Atlet Sea Games Mindo Rosalina Manullang dan bosnya, mantan Bendahara Umum Partai Demokrat Muhammad Nazaruddin.

Di gedung yang didominasi cat warna putih dengan garis merah serta kaca-kaca besar berwarna biru itulah, Rosa (panggilan Mindo Rosalina Manullang, Red) aktif menjalankan semua perintah bosnya dari lantai tiga. Sementara untuk lantai lima, dikhususkan sebagai ruangan para notaris yang disebut-sebut menjadi otak pembuat perusahaan fiktif yang selama ini digunakan untuk kepentingan tender dan proyek Nazaruddin.

Mantan pengacara Mindo Rosalina Manulang mengungkapkan, dari gedung tersebut semuanya dioraganisir secara sitematis. Dilantai paling atas, lantai 6, Nazaruddin mengendalikan kegiatan di gedung itu untuk melakukan kegiatan ilegalnya.

“Dia mengendalikan kegiatan yang diduga kuat kental aroma korupsinya. Sementara di lantai 5  berkantor para notaris yang juga dikendalikan oleh Nazaruddin. Dari para notaris ini, Nazaruddin menciptakan perusahaan-perusahaan fiktif dan identitas palsu,” paparnya.

Hal itu  diperkuat dengan temuan tim penyidik KPK yang berhasil menemukan 155 daftar perusahaan dimana disebutkan ada 20 perusahaan yang sudah menghasilkan. Tidak hanya itu, dari kantor itu juga didapat 3 brankas yang mempunyai fungsi masing-masing. Ada pula 1 brankas yang khusus menyimpan keuntungan atau fee dari proyek-proyek itu. “Saya melihat ada brankas itu,” ujar sumber INDOPOS (Grup Sumut Pos) yang mengaku pernah bekerja di gedung tersebut.

Selang beberapa saat INDOPOS mengelilingi kantor tersebut, tak diduga ternyata ada satu orang yang mengaku Satpam keluar dari pintu lobi bangunan itu. Pria tak berseragam bertubuh ceking bercelana biru tua itu langsung menghampiri INDOPOS yang kebetulan masih berdiri di balik gerbang. Dirinya mengaku baru ditempatkan di gedung ini setelah terjadi penggeledahan KPK.

“Sekarang sudah tidak ada apa-apalagi Mas. Pos satpam saja sudah jadi sarang nyamuk, jadi saya mending jaga di dalam saja,” jelas pria yang mangku bernama Akmal (30 tahun).

Akmal mengatakan, saat ini kondisi gedung yang sempat berganti nama beberapa kali itu  sudah sangat tidak layak untuk ditinggali. Semua fasilitas yang ada sudah mati, listrik, AC, air dan lift sudah tidak ada yang berfungsi. “Begitu juga CCTV-nya Mas,” imbuhnya.

Penelusuran INDOPOS menyebutkan, gedung tersebut sudah berganti dengan nama Menara Lintas. Hal itu diketahui ketika satpam menjelaskan bahwa atasannya menyuruh untuk menjaga gedung Menara Lintas. Namun salahsatu office boy yang kebetulan sempat bekerja di situ mengatkan kalau gedung tersebut sebelumnya bernama Gedung Tower Permai.

“Ya benar itu Tower Permai, Mas. Tetapi namanya sudah dicopot sekitar satu bulan yang lalu,” kata pemuda yang enggan menyebutkan namanya itu.

Tidak hanya saat terjadi penggeledahan oleh KPK, Gedung Tower Permai juga sempat menjadi perhatian masyarakat ketika sebuah tali yang menopang gondola itu putus kala petugas akan memasang papan nama di gedung itu, Rabu 7 Juli 2010 silam.

Bahkan, cerita lain dari gedung itu kalau bosnya Rosa, Nazaruddin, memiliki cara tersendiri dalam menangani keuangan. Hampir setiap sore, ada acara “main bola” di kantornya. Tidak tanggung-tanggung, yang jadi bola itu buntalan uang cash yang digulung-gulung.

Setiap sore Nazaruddin memerintahkan ada cash opname alias uang tunai, yang disiapkan untuk dipakai mendadak. “Jumlahnya bisa sampai Rp30 miliar setiap hari,” kata Abdullah Hehamahua, Ketua Komite Etik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).

Uang dari sekitar 15 perusahaan milik Nazaruddin itu dikumpulkan setiap sore, sehingga Nazaruddin bisa mengambil berapa saja, kapan saja, untuk diberikan kepada siapa saja. Untuk mengatur uang-uang itu, para pegawai Nazaruddin sampai harus menggunakan kaki sehingga mereka mengistilahkannya sebagai main bola. “Uangnya dibundel-bundel dari bank sehingga bisa ditendang-tendang seperti bola,” kata Abdullah.(*)

Dulu Tempat Main Bola Uang, Sekarang Sarang Nyamuk

Puluhan miliar rupiah uang kontan mengalir setiap harinya di kantornya. Tiga brankas besi berukuran besar pun pernah menjadi penguhuninya. Lalu seperti apa kondisi kantor Rosa
saat ini?

DIMAS RYANDI, Jakarta

SIANG itu suasana Gedung Tower Permai Jalan Warung Buncit Raya No 27 Mampang, Jakarta Selatan tampak sepi. Tak ada aktivitas para pekerja ataupun satpam yang siaga di pos jaganya. Dua gembok berkarat berukuran sedang pun terlihat kuat mengunci pagar besi setinggi 1.5 meter bercat hitam bergaya minimalis itu.

Dari balik pagar yang sebelumnya biasa menjadi gerbang masuk bangunan berlantai 6 itu hanya tampak tumpukan debu yang mulai pekat menyelimuti lantai dan kaca cendela lobi.

Pos jaga yang berada dipojokan depan pintu utama gedung-pun tampak terkunci. Hanya ada galon air meneral kosong, gelas kotor, beberapa hangar (gantungan baju) dan antena miring. Tumpukan kardus tak beraturan dan genset besar berselimut terpal biru, juga tampak jelas menjadi penghias bagian belakang parkiran gedung yang dulu sempat menjadi markas terpidana kasus suap pembangunan Wisma Atlet Sea Games Mindo Rosalina Manullang dan bosnya, mantan Bendahara Umum Partai Demokrat Muhammad Nazaruddin.

Di gedung yang didominasi cat warna putih dengan garis merah serta kaca-kaca besar berwarna biru itulah, Rosa (panggilan Mindo Rosalina Manullang, Red) aktif menjalankan semua perintah bosnya dari lantai tiga. Sementara untuk lantai lima, dikhususkan sebagai ruangan para notaris yang disebut-sebut menjadi otak pembuat perusahaan fiktif yang selama ini digunakan untuk kepentingan tender dan proyek Nazaruddin.

Mantan pengacara Mindo Rosalina Manulang mengungkapkan, dari gedung tersebut semuanya dioraganisir secara sitematis. Dilantai paling atas, lantai 6, Nazaruddin mengendalikan kegiatan di gedung itu untuk melakukan kegiatan ilegalnya.

“Dia mengendalikan kegiatan yang diduga kuat kental aroma korupsinya. Sementara di lantai 5  berkantor para notaris yang juga dikendalikan oleh Nazaruddin. Dari para notaris ini, Nazaruddin menciptakan perusahaan-perusahaan fiktif dan identitas palsu,” paparnya.

Hal itu  diperkuat dengan temuan tim penyidik KPK yang berhasil menemukan 155 daftar perusahaan dimana disebutkan ada 20 perusahaan yang sudah menghasilkan. Tidak hanya itu, dari kantor itu juga didapat 3 brankas yang mempunyai fungsi masing-masing. Ada pula 1 brankas yang khusus menyimpan keuntungan atau fee dari proyek-proyek itu. “Saya melihat ada brankas itu,” ujar sumber INDOPOS (Grup Sumut Pos) yang mengaku pernah bekerja di gedung tersebut.

Selang beberapa saat INDOPOS mengelilingi kantor tersebut, tak diduga ternyata ada satu orang yang mengaku Satpam keluar dari pintu lobi bangunan itu. Pria tak berseragam bertubuh ceking bercelana biru tua itu langsung menghampiri INDOPOS yang kebetulan masih berdiri di balik gerbang. Dirinya mengaku baru ditempatkan di gedung ini setelah terjadi penggeledahan KPK.

“Sekarang sudah tidak ada apa-apalagi Mas. Pos satpam saja sudah jadi sarang nyamuk, jadi saya mending jaga di dalam saja,” jelas pria yang mangku bernama Akmal (30 tahun).

Akmal mengatakan, saat ini kondisi gedung yang sempat berganti nama beberapa kali itu  sudah sangat tidak layak untuk ditinggali. Semua fasilitas yang ada sudah mati, listrik, AC, air dan lift sudah tidak ada yang berfungsi. “Begitu juga CCTV-nya Mas,” imbuhnya.

Penelusuran INDOPOS menyebutkan, gedung tersebut sudah berganti dengan nama Menara Lintas. Hal itu diketahui ketika satpam menjelaskan bahwa atasannya menyuruh untuk menjaga gedung Menara Lintas. Namun salahsatu office boy yang kebetulan sempat bekerja di situ mengatkan kalau gedung tersebut sebelumnya bernama Gedung Tower Permai.

“Ya benar itu Tower Permai, Mas. Tetapi namanya sudah dicopot sekitar satu bulan yang lalu,” kata pemuda yang enggan menyebutkan namanya itu.

Tidak hanya saat terjadi penggeledahan oleh KPK, Gedung Tower Permai juga sempat menjadi perhatian masyarakat ketika sebuah tali yang menopang gondola itu putus kala petugas akan memasang papan nama di gedung itu, Rabu 7 Juli 2010 silam.

Bahkan, cerita lain dari gedung itu kalau bosnya Rosa, Nazaruddin, memiliki cara tersendiri dalam menangani keuangan. Hampir setiap sore, ada acara “main bola” di kantornya. Tidak tanggung-tanggung, yang jadi bola itu buntalan uang cash yang digulung-gulung.

Setiap sore Nazaruddin memerintahkan ada cash opname alias uang tunai, yang disiapkan untuk dipakai mendadak. “Jumlahnya bisa sampai Rp30 miliar setiap hari,” kata Abdullah Hehamahua, Ketua Komite Etik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).

Uang dari sekitar 15 perusahaan milik Nazaruddin itu dikumpulkan setiap sore, sehingga Nazaruddin bisa mengambil berapa saja, kapan saja, untuk diberikan kepada siapa saja. Untuk mengatur uang-uang itu, para pegawai Nazaruddin sampai harus menggunakan kaki sehingga mereka mengistilahkannya sebagai main bola. “Uangnya dibundel-bundel dari bank sehingga bisa ditendang-tendang seperti bola,” kata Abdullah.(*)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/