30 C
Medan
Wednesday, June 26, 2024

Oknum Polisi di Sumut Lakukan 74 Kekerasan

JAKARTA-Tindak kekerasan yang dilakukan aparat kepolisian di jajaran Polda Sumatera Utara terhadap masyarakat sipil, tercatat hingga 74 kasus sepanjang 2012. Angka ini jauh lebih tinggi dibanding tahun-tahun sebelumnya, hingga menempatkan oknum polisi urutan tertinggi pelaku kekerasan dan penyiksaan dibanding oknum aparat lainnya.

Kepastian ini diperoleh dari catatan akhir tahun Indonesia Police Watch (IPW) yang secara khusus diberikan Ketua Presidium IPW, Neta S Pane di Jakarta, Minggu (23/12). “Sejak lima tahun terakhir, aksi kekerasan lebih banyak dilakukan polisi ketimbang militer. Pada semester pertama tahun 2012 misalnya, dari 29 tindakan kekerasan terhadap warga sipil, 25 kasus dilakukan oknum Polri dan hanya 4 kasus yang dilakukan oknum TNI,” ujarnya.

Menurut Neta, kasus-kasus penyiksaan terjadi di sejumlah lokasi. Mulai saat polisi melakukan penangkapan, di arena-arena demonstrasi masyarakat, lokasi-lokasi tambang, perkebunan, dan bahkan di ruang-ruang pemeriksaan saat warga dimintai keterangannya.

“Sebagian korban kekerasan itu sebenarnya sudah mengadu ke Mabes Polri, Komisi 3 DPR, Kompolnas, Kontras, YLBH (Yayasan Lembaga Bantuan Hukum,red) dan sejumlah lembaga berkompeten lainnya,” ujarnya.

Namun sayang, dalam kesempatan kali ini Neta belum menjelaskan berapa dari kasus tersebut yang berhasil ditindak hingga ke tingkat hukum. Selain besarnya angka tindak kekerasan yang dilakukan oknum kepolisian, IPW menurut Neta, juga mencatat sebuah kenyataan yang mengejutkan. Karena ternyata pada tahun 2012, jumlah oknum polisi yang diduga terlibat kasus narkoba di Sumut, mencapai 42 orang.

“Jumlah ini juga mengalami kenaikan jika dibanding tahun 2010 yang hanya 13 polisi dan 2009 ada 30 oknum polisi di Sumut yang terlibat narkoba. Pada semesta pertama tahun 2012 saja, Direktorat Reserse Narkoba Polda Sumut sudah mengamankan 17 polisi terkait kasus narkoba. Data-data ini diperkirakan lebih banyak lagi. Sebab banyak kasus yang melibatkan oknum polisi tidak muncul ke permukaan,” katanya.

Sebagai salah satu catatan, Neta mengingatkan kembali kasus narkoba yang paling spektakuler di sumut, yang terjadi pada 22 Februari 2012 lalu. Saat itu diketahui Wakil Direktur Reserse Narkoba Polda Sumut, AKBP Apriyanto Basuki Rahmat, dicopot dari jabatannya karena terlibat kasus narkoba.
Untuk itu guna semakin memaksimalkan kinerja kepolisian memasuki tahun 2013, IPW mengharapkan Polda Sumut dapa lebih maksimal lagi dalam mengawasi kinerja jajarannya. Karena walau bagaimana pun, polisi merupakan pelayan masyarakat. Sehingga ketika masyarakat sudah tidak lagi merasakan kenyamanan, berarti ada yang salah dengan struktur kerja aparat yang ada.

“Jadi IPW mengimbau jajaran elit Poldasu agar lebih ketat lagi mengawasi kinerja jajarannya. Agar di 2013 sikap-sikap negatif polisi di Sumut itu benar-benar bisa diminimalisir,” katanya.

Setahun 28 Polisi Tewas saat Bertugas

Di sisi lain, kemarin IPW juga melansir data tentang polisi yang meninggal dunia saat menjalankan tugas sepanjang 2012. Dari catatan IPW, sepanjang 2012 ini 28 polisi tewas, sedangkan 12 lainnya mengalami luka-luka saat menjalankan tugas.

Neta mengungkapkan, sebagian besar yang tewas atau 23 polisi adalah adalah petugas jajaran bawah yang meninggal akibat dibunuh pelaku kriminal. “Angka ini mengalami kenaikan jika dibandingkan tahun 2011 yang hanya 20 polisi tewas,” kata Neta.

Tragisnya, kata Neta, pada  2012 ini ada empat polisi yang dibakar masyarakat. Dua di antaranya tewas sedangkan dua lainnya luka-luka. “Dalam tahun-tahun sebelumnya, aksi pembakaran terhadap polisi ini tidak pernah terjadi,” katanya.

Diungkapkannya pula, tren lainnya adalah aksi bunuh diri polisi di tempat tugasnya. IPW mencatat ada dua anggota Polri  yang bunuh diri di kantor polisi. Selain itu ada dua polisi tewas ditembak rekannya sendiri.

Dari pendataan IPW sepanjang  2012, sebu Neta, Papua merupakan daerah paling rawan bagi kepolisian. Ada delapan  peristiwa konflik orang tak dikenal (OTK) dengan polisi di Papua yang menewaskan 10 anggota Poliri.

Di peringkat kedua dalam kategori daerah paling rawan adalah Sulawesi Tengah. Ada lima peristiwa konflik polisi dengan orang tak dikenal yang menyebabkan lima polisi tewas.

Selanjutnya daerah terawan ketiga adalah Solo, Jawa Tengah. Di daerah yang pernah dipimpin Jokowi itu ada empat peristiwa konflik polisi dengan OTK. “Yang menewaskan dua polisi dan empat luka-luka,” tegasnya.

Ia menambahkan, IPW sejak awal tahun ini sudah memprediksi bahwa polisi akan menjadi sasaran dari para pelaku kejahatan, baik teroris maupun kriminal lainnya. Untuk itu, Polri harus segera introspeksi dan berbenah, melatih jajaran bawahnya dengan maksimal, membenahi psikologi dan stabilitas emosional personilnya, serta meningkatkan kualitas pendidikan di Sekolah Kepolisian Negara (SPN).

“Jangan hanya tiga hingga lima bulan seperti sekarang ini. Minimal dua tahun agar polisi-polisi di jajaran bawah bisa benar-benar terlatih dan profesional, terutama menghadapi para pelaku kriminal,” pungkas penulis buku “Jangan Bosan Mengkritik Polisi” itu. (gir/boy/jpnn)

JAKARTA-Tindak kekerasan yang dilakukan aparat kepolisian di jajaran Polda Sumatera Utara terhadap masyarakat sipil, tercatat hingga 74 kasus sepanjang 2012. Angka ini jauh lebih tinggi dibanding tahun-tahun sebelumnya, hingga menempatkan oknum polisi urutan tertinggi pelaku kekerasan dan penyiksaan dibanding oknum aparat lainnya.

Kepastian ini diperoleh dari catatan akhir tahun Indonesia Police Watch (IPW) yang secara khusus diberikan Ketua Presidium IPW, Neta S Pane di Jakarta, Minggu (23/12). “Sejak lima tahun terakhir, aksi kekerasan lebih banyak dilakukan polisi ketimbang militer. Pada semester pertama tahun 2012 misalnya, dari 29 tindakan kekerasan terhadap warga sipil, 25 kasus dilakukan oknum Polri dan hanya 4 kasus yang dilakukan oknum TNI,” ujarnya.

Menurut Neta, kasus-kasus penyiksaan terjadi di sejumlah lokasi. Mulai saat polisi melakukan penangkapan, di arena-arena demonstrasi masyarakat, lokasi-lokasi tambang, perkebunan, dan bahkan di ruang-ruang pemeriksaan saat warga dimintai keterangannya.

“Sebagian korban kekerasan itu sebenarnya sudah mengadu ke Mabes Polri, Komisi 3 DPR, Kompolnas, Kontras, YLBH (Yayasan Lembaga Bantuan Hukum,red) dan sejumlah lembaga berkompeten lainnya,” ujarnya.

Namun sayang, dalam kesempatan kali ini Neta belum menjelaskan berapa dari kasus tersebut yang berhasil ditindak hingga ke tingkat hukum. Selain besarnya angka tindak kekerasan yang dilakukan oknum kepolisian, IPW menurut Neta, juga mencatat sebuah kenyataan yang mengejutkan. Karena ternyata pada tahun 2012, jumlah oknum polisi yang diduga terlibat kasus narkoba di Sumut, mencapai 42 orang.

“Jumlah ini juga mengalami kenaikan jika dibanding tahun 2010 yang hanya 13 polisi dan 2009 ada 30 oknum polisi di Sumut yang terlibat narkoba. Pada semesta pertama tahun 2012 saja, Direktorat Reserse Narkoba Polda Sumut sudah mengamankan 17 polisi terkait kasus narkoba. Data-data ini diperkirakan lebih banyak lagi. Sebab banyak kasus yang melibatkan oknum polisi tidak muncul ke permukaan,” katanya.

Sebagai salah satu catatan, Neta mengingatkan kembali kasus narkoba yang paling spektakuler di sumut, yang terjadi pada 22 Februari 2012 lalu. Saat itu diketahui Wakil Direktur Reserse Narkoba Polda Sumut, AKBP Apriyanto Basuki Rahmat, dicopot dari jabatannya karena terlibat kasus narkoba.
Untuk itu guna semakin memaksimalkan kinerja kepolisian memasuki tahun 2013, IPW mengharapkan Polda Sumut dapa lebih maksimal lagi dalam mengawasi kinerja jajarannya. Karena walau bagaimana pun, polisi merupakan pelayan masyarakat. Sehingga ketika masyarakat sudah tidak lagi merasakan kenyamanan, berarti ada yang salah dengan struktur kerja aparat yang ada.

“Jadi IPW mengimbau jajaran elit Poldasu agar lebih ketat lagi mengawasi kinerja jajarannya. Agar di 2013 sikap-sikap negatif polisi di Sumut itu benar-benar bisa diminimalisir,” katanya.

Setahun 28 Polisi Tewas saat Bertugas

Di sisi lain, kemarin IPW juga melansir data tentang polisi yang meninggal dunia saat menjalankan tugas sepanjang 2012. Dari catatan IPW, sepanjang 2012 ini 28 polisi tewas, sedangkan 12 lainnya mengalami luka-luka saat menjalankan tugas.

Neta mengungkapkan, sebagian besar yang tewas atau 23 polisi adalah adalah petugas jajaran bawah yang meninggal akibat dibunuh pelaku kriminal. “Angka ini mengalami kenaikan jika dibandingkan tahun 2011 yang hanya 20 polisi tewas,” kata Neta.

Tragisnya, kata Neta, pada  2012 ini ada empat polisi yang dibakar masyarakat. Dua di antaranya tewas sedangkan dua lainnya luka-luka. “Dalam tahun-tahun sebelumnya, aksi pembakaran terhadap polisi ini tidak pernah terjadi,” katanya.

Diungkapkannya pula, tren lainnya adalah aksi bunuh diri polisi di tempat tugasnya. IPW mencatat ada dua anggota Polri  yang bunuh diri di kantor polisi. Selain itu ada dua polisi tewas ditembak rekannya sendiri.

Dari pendataan IPW sepanjang  2012, sebu Neta, Papua merupakan daerah paling rawan bagi kepolisian. Ada delapan  peristiwa konflik orang tak dikenal (OTK) dengan polisi di Papua yang menewaskan 10 anggota Poliri.

Di peringkat kedua dalam kategori daerah paling rawan adalah Sulawesi Tengah. Ada lima peristiwa konflik polisi dengan orang tak dikenal yang menyebabkan lima polisi tewas.

Selanjutnya daerah terawan ketiga adalah Solo, Jawa Tengah. Di daerah yang pernah dipimpin Jokowi itu ada empat peristiwa konflik polisi dengan OTK. “Yang menewaskan dua polisi dan empat luka-luka,” tegasnya.

Ia menambahkan, IPW sejak awal tahun ini sudah memprediksi bahwa polisi akan menjadi sasaran dari para pelaku kejahatan, baik teroris maupun kriminal lainnya. Untuk itu, Polri harus segera introspeksi dan berbenah, melatih jajaran bawahnya dengan maksimal, membenahi psikologi dan stabilitas emosional personilnya, serta meningkatkan kualitas pendidikan di Sekolah Kepolisian Negara (SPN).

“Jangan hanya tiga hingga lima bulan seperti sekarang ini. Minimal dua tahun agar polisi-polisi di jajaran bawah bisa benar-benar terlatih dan profesional, terutama menghadapi para pelaku kriminal,” pungkas penulis buku “Jangan Bosan Mengkritik Polisi” itu. (gir/boy/jpnn)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/