28.9 C
Medan
Saturday, May 4, 2024

Kejahatan Konvensional Turun, Terorisme Meningkat

Kapolri Jenderal Polisi Tito Karnavian memberi kuliah umum tentang Pergulatan Politik Internasional dan Dampaknya Bagi NKRI yang Ber-Bhinneka di Gedung Pertemuan Universitas Trunojoyo Madura, kamis (29/12). A.YUSRON FARISANDY/JPRM
Kapolri Jenderal Polisi Tito Karnavian memberi kuliah umum tentang Pergulatan Politik Internasional dan Dampaknya Bagi NKRI yang Ber-Bhinneka di Gedung Pertemuan Universitas Trunojoyo Madura, kamis (29/12). A.YUSRON FARISANDY/JPRM

JAKARTA, SUMUTPOS.CO  —Penanganan kasus yang dilakukan Polri sepanjang 2016 mengalami perkembangan positif. Pada 2016 dipastikan kejahatan konvensional menurun drastis hingga 57 persen, bila dibandingkan dengan 2015 . Namun, sayangnya kejahatan terorisme justru meningkat 107 persen.

Kapolri Jenderal Tito Karnavian menuturkan, selama 2016 itu terdapat 262.089 kejahtan konvensional, seperti pencurian, penipuan, perampokan dan penggelapan. Pada 2015 jumlah kejahatan konvensional itu jauh lebih banyak dengan 324.783 kasus. ”Ini memang ada perbaikan signifikan untuk kasus konvensional,” terangnya.

Penurunan jumlah kejahatan konvensional ini bisa terjadi karena Polri berupaya meningkatkan peran Babinkamtibmas yang berperan menjadi mata-mata sekaligus ujung tombak yang pertama kali menyelesaikan permasalahan. ”Ya, kedepan peran Babinkamtibmas tentu harus lebih dikuatkan,” ujarnya.

Namun, ternyata jumlah kasus terorisme yang masuk dalam kejahatan transnasional meningkat drastis. Pada 2015 terdapat 88 kasus terorisme, namun pada 2016 jumlah itu melonjak menjadi 170 kasus teroris. ”Artinya, kasus terorisme naik 107 persen,” tuturnya.

Apa penyebab kenaikan tersebut? Titi menjawab bahwa kenaikan jumlah kasus terorisme itu dikarenakan strategi dari ISIS. Saat ini semua mengetahui bahwa ISIS dalam keadaan terkepung, kelompok yang dipimpin Amerika Serikat menyerang ISIS. Kelompok Rusia juga menyerang ISIS. ”Dengan kondisi terdesak itu, mereka berupaya mengalihkan perhatian,” ungkapnya.

Caranya, dengan menginstruksikan semua jaringan ISIS yang berada di luar negeri untuk melakukan aksi terorisme. Tentu saja, salah satunya di Indonesia. ”Maka, hampir serempak semua negara terjadi aksi terorisme,” paparnya ditemui di Ruang Rupatama Mabes Polri kemarin.

Dia mengatakan, karena itu tanpa menyelesaikan sumber terorisme yakni, ISIS. Akan sia-sia bila hanya mencegah aksi terorisme yang dilakukan di Indonesia. ”Sumber masalahnya selesaikan, baru di Indonesia juga akan bisa diobati,” tuturnya.

Sementara Kadivhumas Mabes Polri Irjen Boy Rafli Amar menuturkan, Polri berupaya untuk bisa menangkap WNI yang menjadi anggota ISIS Bahrun Naim melalui kerjasama internasional. ”Kami kerjasama dengan negara terkait untuk mendeteksi keberadaannya,” ujarnya.

Namun, tentunya tidak mudah untuk menangkapnya karena kondisi daerah tersebut yang sedang dalam kondisi konflik. ”Namun, pasti suatu saat dia akan tertangkap,” paparnya.

 Polri Tetapkan Siaga Satu

Sementara, perayaan akhir tahun menjadi perhatian Polri. Korps Bhayangkara melakukan pengamanan tertutup dan terbuka pada sejumlah lokasi di Indonesia. Di antaranya adalah objek-objek vital dan lokasi perayaan tahun baru. ”Semua dalam monitor,” kata Kepala Bagian Penerangan Umum (Kabagpenum) Divhumas Mabes Polri Kombespol Martinus Sitompul kemarin.

Ada sejumlah lokasi yang diamankan dengan metode tertutup. Hal tersebut dilakukan agar tidak ada yang mengetahui berapa jumlah personil yang dikerahkan. ”Tapi, kondisi ini selalu dianalisa,” ujarnya.

Analisa dan evaluasi dilakukan setiap saat dalam menghadapi situasi yang berkembang. Ada analisa intelijen untuk memprediksi keamanan dalam beberapa hari kedepan. ”Semua diamankan, jumlah personil masih sama dengan penjagaan saat natal,” kata Martinus. Status pengamanan Tahun Baru sama seperti Natal. Yakni, siaga satu.

Direktorat Tindak Pidana Narkoba (Ditipid Narkoba) Bareskrim juga mewaspadai momen tahun baru. Berkaca pada pengalaman, penggunaan narkoba meningkat pada pergantian tahun. Karena itu, akan dilakukan operasi. ”Razia sebelum tahun dilakukan agar tidak menggunakan atau memesan narkotika,” kata . Direktur Ditipid Narkoba Brigjen Eko Daniyanto.

Operasi tersebut ilakukan serentak antara Bareskrim, Badan Narkotika Nasional dan Polda Metro Jaya. Semua Polda se-Indonesia juga akan melakukan razia di semua tempat hiburan. ”Targetnya, tahun baru aman semua,” ujarnya. (idr/ca/jpg)

Kapolri Jenderal Polisi Tito Karnavian memberi kuliah umum tentang Pergulatan Politik Internasional dan Dampaknya Bagi NKRI yang Ber-Bhinneka di Gedung Pertemuan Universitas Trunojoyo Madura, kamis (29/12). A.YUSRON FARISANDY/JPRM
Kapolri Jenderal Polisi Tito Karnavian memberi kuliah umum tentang Pergulatan Politik Internasional dan Dampaknya Bagi NKRI yang Ber-Bhinneka di Gedung Pertemuan Universitas Trunojoyo Madura, kamis (29/12). A.YUSRON FARISANDY/JPRM

JAKARTA, SUMUTPOS.CO  —Penanganan kasus yang dilakukan Polri sepanjang 2016 mengalami perkembangan positif. Pada 2016 dipastikan kejahatan konvensional menurun drastis hingga 57 persen, bila dibandingkan dengan 2015 . Namun, sayangnya kejahatan terorisme justru meningkat 107 persen.

Kapolri Jenderal Tito Karnavian menuturkan, selama 2016 itu terdapat 262.089 kejahtan konvensional, seperti pencurian, penipuan, perampokan dan penggelapan. Pada 2015 jumlah kejahatan konvensional itu jauh lebih banyak dengan 324.783 kasus. ”Ini memang ada perbaikan signifikan untuk kasus konvensional,” terangnya.

Penurunan jumlah kejahatan konvensional ini bisa terjadi karena Polri berupaya meningkatkan peran Babinkamtibmas yang berperan menjadi mata-mata sekaligus ujung tombak yang pertama kali menyelesaikan permasalahan. ”Ya, kedepan peran Babinkamtibmas tentu harus lebih dikuatkan,” ujarnya.

Namun, ternyata jumlah kasus terorisme yang masuk dalam kejahatan transnasional meningkat drastis. Pada 2015 terdapat 88 kasus terorisme, namun pada 2016 jumlah itu melonjak menjadi 170 kasus teroris. ”Artinya, kasus terorisme naik 107 persen,” tuturnya.

Apa penyebab kenaikan tersebut? Titi menjawab bahwa kenaikan jumlah kasus terorisme itu dikarenakan strategi dari ISIS. Saat ini semua mengetahui bahwa ISIS dalam keadaan terkepung, kelompok yang dipimpin Amerika Serikat menyerang ISIS. Kelompok Rusia juga menyerang ISIS. ”Dengan kondisi terdesak itu, mereka berupaya mengalihkan perhatian,” ungkapnya.

Caranya, dengan menginstruksikan semua jaringan ISIS yang berada di luar negeri untuk melakukan aksi terorisme. Tentu saja, salah satunya di Indonesia. ”Maka, hampir serempak semua negara terjadi aksi terorisme,” paparnya ditemui di Ruang Rupatama Mabes Polri kemarin.

Dia mengatakan, karena itu tanpa menyelesaikan sumber terorisme yakni, ISIS. Akan sia-sia bila hanya mencegah aksi terorisme yang dilakukan di Indonesia. ”Sumber masalahnya selesaikan, baru di Indonesia juga akan bisa diobati,” tuturnya.

Sementara Kadivhumas Mabes Polri Irjen Boy Rafli Amar menuturkan, Polri berupaya untuk bisa menangkap WNI yang menjadi anggota ISIS Bahrun Naim melalui kerjasama internasional. ”Kami kerjasama dengan negara terkait untuk mendeteksi keberadaannya,” ujarnya.

Namun, tentunya tidak mudah untuk menangkapnya karena kondisi daerah tersebut yang sedang dalam kondisi konflik. ”Namun, pasti suatu saat dia akan tertangkap,” paparnya.

 Polri Tetapkan Siaga Satu

Sementara, perayaan akhir tahun menjadi perhatian Polri. Korps Bhayangkara melakukan pengamanan tertutup dan terbuka pada sejumlah lokasi di Indonesia. Di antaranya adalah objek-objek vital dan lokasi perayaan tahun baru. ”Semua dalam monitor,” kata Kepala Bagian Penerangan Umum (Kabagpenum) Divhumas Mabes Polri Kombespol Martinus Sitompul kemarin.

Ada sejumlah lokasi yang diamankan dengan metode tertutup. Hal tersebut dilakukan agar tidak ada yang mengetahui berapa jumlah personil yang dikerahkan. ”Tapi, kondisi ini selalu dianalisa,” ujarnya.

Analisa dan evaluasi dilakukan setiap saat dalam menghadapi situasi yang berkembang. Ada analisa intelijen untuk memprediksi keamanan dalam beberapa hari kedepan. ”Semua diamankan, jumlah personil masih sama dengan penjagaan saat natal,” kata Martinus. Status pengamanan Tahun Baru sama seperti Natal. Yakni, siaga satu.

Direktorat Tindak Pidana Narkoba (Ditipid Narkoba) Bareskrim juga mewaspadai momen tahun baru. Berkaca pada pengalaman, penggunaan narkoba meningkat pada pergantian tahun. Karena itu, akan dilakukan operasi. ”Razia sebelum tahun dilakukan agar tidak menggunakan atau memesan narkotika,” kata . Direktur Ditipid Narkoba Brigjen Eko Daniyanto.

Operasi tersebut ilakukan serentak antara Bareskrim, Badan Narkotika Nasional dan Polda Metro Jaya. Semua Polda se-Indonesia juga akan melakukan razia di semua tempat hiburan. ”Targetnya, tahun baru aman semua,” ujarnya. (idr/ca/jpg)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/