31 C
Medan
Wednesday, May 29, 2024

Genjot Selain Bali, Kemenpar Boyong TA/TO India ke Joglosemar

Bukan itu saja, untuk hari ketiga, Kemenpar akan mengajak TA/TO India itu Experiencing Andong Village Tour, makan siang di Manohara Resort Borobudur, berkunjung ke Borobudur, belanja ke Mirota atau Malioboro dan menginap di Sheraton Mustika Yogyakarta Resort. Dan hari keempat, para TA/TO tersebut dibawa berkunjung ke Prambanan, Sewu dan Plaosan, makan di rumah makan Padang, kunjungan ke Gunung Merapi, dan keesokannya pulang ke India.

Vinsensius kembali memaparkan, Famtrip adalah salah satu strategi untuk menjaring kunjungan wisman India ke Indonesia, disamping mengikuti bursa-bursa wisata tetap yang ada di India. Kemenpar memang berfikir keras untuk mengubah para wisatawan asal India ini agar tidak selalu bertujuan ke Bali saja.

Menurut VJ, Joglosemar juga masuk daerah yang di-branding dalam pemasaran pariwisata internasional oleh Kemenpar. Ketiga daerah memiliki potensi di bidang budaya, belanja, dan kuliner, untuk mendongkrak kunjungan wisatawan mancanegara (wisman).

”Semoga mereka juga membuat paketnya ke Solo setelah mengetahui Jogja dan Semarang. Karena, salah satu alasan turis mancanegara datang ke Indonesia adalah melihat wisata alam budaya dan karya manusia,” tambah Heri Retno.

Dia memaparkan, wisata budaya menyumbang pasar terbesar mencapai 60 persen. Wisata budaya masih terbagi menjadi warisan budaya dan sejarah sebesar 20 persen, belanja dan kuliner 45 persen, serta wisata kota dan desa sebesar 35 persen.

Berdasarkan data tersebut, Kota Jogja, Solo, dan Semarang, layak masuk daftar daerah yang di-branding dalam pemasaran pariwisata internasional.Untuk branding pemasaran di mancanegara, Kota Jogja, Solo, maupun Semarang bisa mengusulkan pilihan tematik keunggulan daerahnya masing-masing. Seperti keris, batik, serta beragam kekayaan budaya maupun kulinernya.

”Bandara Adisucipto dan Ahmad Yani yang masuk great Yogyakarta memiliki kontribusi besar sebagai pintu masuk utama wisman. Bisa dikunjungi setelah dari Bali atau sesudah dari Semarang dan Jogja,” kata VJ dan Heri Retno.

“Jika ingin menggenjot wisman, maka akomodasi dan segala kelengkapannya harus disiapkan dengan baik juga,” katanya. VJ juga meminta agar mengaktifkan connection Joglosemar, di mana masing-masing bandaranya sudah berstatus internasional. “Jadi kelak orang mau ke Joglosemar, bisa via Adi Sucipto Jogja, Adi Sumarmo Solo dan Ahmad Yani Semarang, lalu dikoneksi melalui overland, jalur darat,” tandasnya.

Menpar Arief Yahya mengatakan, famtrip adalah satu cara memperkenalkan destinasi wisata yang sangat efektif. Peserta bisa merasakan atmosfer atau suasana batin di destinasi tersebut, lalu menceritakan kepada komunitas atau customersnya. Mereka bahkan bisa langsung menjual paket-paket khusus yang sudah pernah dia jalani selama famtrip itu. Mereka juga bisa bercerita kepada khalayak akan keistimewaan orang Indonesia dengan aneka perbedaannya.

“Jadi apa saja yang menjadi keunggulan destinasi kita bisa terekplorasi dengan akurat, lalu promosi apa yang cocok atas destinasi itu dengan lengkap. Ini model promosi yang cukup efektif, apalagi mereka adalah pelaku bisnis Pariwisata. Outputnya bisa langsung ke paket-paket wisata ke Joglosemar, dan mereka menjadi endorsernya,” kata Arief Yahya. (rel)

 

Bukan itu saja, untuk hari ketiga, Kemenpar akan mengajak TA/TO India itu Experiencing Andong Village Tour, makan siang di Manohara Resort Borobudur, berkunjung ke Borobudur, belanja ke Mirota atau Malioboro dan menginap di Sheraton Mustika Yogyakarta Resort. Dan hari keempat, para TA/TO tersebut dibawa berkunjung ke Prambanan, Sewu dan Plaosan, makan di rumah makan Padang, kunjungan ke Gunung Merapi, dan keesokannya pulang ke India.

Vinsensius kembali memaparkan, Famtrip adalah salah satu strategi untuk menjaring kunjungan wisman India ke Indonesia, disamping mengikuti bursa-bursa wisata tetap yang ada di India. Kemenpar memang berfikir keras untuk mengubah para wisatawan asal India ini agar tidak selalu bertujuan ke Bali saja.

Menurut VJ, Joglosemar juga masuk daerah yang di-branding dalam pemasaran pariwisata internasional oleh Kemenpar. Ketiga daerah memiliki potensi di bidang budaya, belanja, dan kuliner, untuk mendongkrak kunjungan wisatawan mancanegara (wisman).

”Semoga mereka juga membuat paketnya ke Solo setelah mengetahui Jogja dan Semarang. Karena, salah satu alasan turis mancanegara datang ke Indonesia adalah melihat wisata alam budaya dan karya manusia,” tambah Heri Retno.

Dia memaparkan, wisata budaya menyumbang pasar terbesar mencapai 60 persen. Wisata budaya masih terbagi menjadi warisan budaya dan sejarah sebesar 20 persen, belanja dan kuliner 45 persen, serta wisata kota dan desa sebesar 35 persen.

Berdasarkan data tersebut, Kota Jogja, Solo, dan Semarang, layak masuk daftar daerah yang di-branding dalam pemasaran pariwisata internasional.Untuk branding pemasaran di mancanegara, Kota Jogja, Solo, maupun Semarang bisa mengusulkan pilihan tematik keunggulan daerahnya masing-masing. Seperti keris, batik, serta beragam kekayaan budaya maupun kulinernya.

”Bandara Adisucipto dan Ahmad Yani yang masuk great Yogyakarta memiliki kontribusi besar sebagai pintu masuk utama wisman. Bisa dikunjungi setelah dari Bali atau sesudah dari Semarang dan Jogja,” kata VJ dan Heri Retno.

“Jika ingin menggenjot wisman, maka akomodasi dan segala kelengkapannya harus disiapkan dengan baik juga,” katanya. VJ juga meminta agar mengaktifkan connection Joglosemar, di mana masing-masing bandaranya sudah berstatus internasional. “Jadi kelak orang mau ke Joglosemar, bisa via Adi Sucipto Jogja, Adi Sumarmo Solo dan Ahmad Yani Semarang, lalu dikoneksi melalui overland, jalur darat,” tandasnya.

Menpar Arief Yahya mengatakan, famtrip adalah satu cara memperkenalkan destinasi wisata yang sangat efektif. Peserta bisa merasakan atmosfer atau suasana batin di destinasi tersebut, lalu menceritakan kepada komunitas atau customersnya. Mereka bahkan bisa langsung menjual paket-paket khusus yang sudah pernah dia jalani selama famtrip itu. Mereka juga bisa bercerita kepada khalayak akan keistimewaan orang Indonesia dengan aneka perbedaannya.

“Jadi apa saja yang menjadi keunggulan destinasi kita bisa terekplorasi dengan akurat, lalu promosi apa yang cocok atas destinasi itu dengan lengkap. Ini model promosi yang cukup efektif, apalagi mereka adalah pelaku bisnis Pariwisata. Outputnya bisa langsung ke paket-paket wisata ke Joglosemar, dan mereka menjadi endorsernya,” kata Arief Yahya. (rel)

 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/