25 C
Medan
Tuesday, November 26, 2024
spot_img

Mentalitas “Wani Piro?” Hambat Calon Pemimpin

JAKARTA – Pakar psikologi politik Universitas Indonesia (UI), Hamdi Muluk menyatakan, Indonesia pada dasarnya tidak kekurangan calon pemimpin bangsa. Menurutnya, munculnya kecemasan tentang bakal kurangnya calon pemimpin karena rekrutmen kader di partai politik yang tidak memberi peluang bagi anak bangsa yang dinilai pantas untuk memimpin.

“Masalah sesungguhnya bukan tidak tersedianya calon pemimpin bangsa. Jumlahnya sangat banyak dan tersebar di berbagai perguruan tinggi, di berbagai lembaga negara maupun di corporate dengan kapasitas sebagai chief executive officer (CEO) dalam dan luar negeri,” kata Hamdi dalam diskusi bertema “Refleksi Kepemimpinan Bangsa ke Depan” di Akbar Tandjung Institute, Jakarta.

Menurutnya, persoalannya kepemimpinan bangsa menjadi rumit karena anak bangsa yang sebenarnya pantas tidak memiliki akses ke partai politik. Kalaupun melakukan pendekatan ke parpol, lanjutnya, anak bangsa yang pantas bisa terbentur persoalan dana untuk menunjang kegiatan politik parpol.

“Kalau mereka proaktif mendekatkan diri ke partai politik, muncul masalah kedua, yakni “wani piro?”” kata Hamdi.
Padahal, lanjutnya, dalam sistem politik di Indonesia menjadikan parpol sebagai satu-satunya sarana untuk memunculkan calon pemimpin bangsa yang dipilih melalui mekanisme pemilihan umum. Karenanya, sistem rekrutmen kader parpol harus diperbaiki.

“Jadi perbaikan sistem rekrutmen kader di internal partai politik itu sangat mendesak untuk dibenahi agar anak bangsa yang punya kapasitas dan kapabilitas memimpin bangsa ini dapat memberikan kontribusi bangsa bangsa dan negaranya sendiri,” cetusnya. (fas/jpnn)

JAKARTA – Pakar psikologi politik Universitas Indonesia (UI), Hamdi Muluk menyatakan, Indonesia pada dasarnya tidak kekurangan calon pemimpin bangsa. Menurutnya, munculnya kecemasan tentang bakal kurangnya calon pemimpin karena rekrutmen kader di partai politik yang tidak memberi peluang bagi anak bangsa yang dinilai pantas untuk memimpin.

“Masalah sesungguhnya bukan tidak tersedianya calon pemimpin bangsa. Jumlahnya sangat banyak dan tersebar di berbagai perguruan tinggi, di berbagai lembaga negara maupun di corporate dengan kapasitas sebagai chief executive officer (CEO) dalam dan luar negeri,” kata Hamdi dalam diskusi bertema “Refleksi Kepemimpinan Bangsa ke Depan” di Akbar Tandjung Institute, Jakarta.

Menurutnya, persoalannya kepemimpinan bangsa menjadi rumit karena anak bangsa yang sebenarnya pantas tidak memiliki akses ke partai politik. Kalaupun melakukan pendekatan ke parpol, lanjutnya, anak bangsa yang pantas bisa terbentur persoalan dana untuk menunjang kegiatan politik parpol.

“Kalau mereka proaktif mendekatkan diri ke partai politik, muncul masalah kedua, yakni “wani piro?”” kata Hamdi.
Padahal, lanjutnya, dalam sistem politik di Indonesia menjadikan parpol sebagai satu-satunya sarana untuk memunculkan calon pemimpin bangsa yang dipilih melalui mekanisme pemilihan umum. Karenanya, sistem rekrutmen kader parpol harus diperbaiki.

“Jadi perbaikan sistem rekrutmen kader di internal partai politik itu sangat mendesak untuk dibenahi agar anak bangsa yang punya kapasitas dan kapabilitas memimpin bangsa ini dapat memberikan kontribusi bangsa bangsa dan negaranya sendiri,” cetusnya. (fas/jpnn)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/