30 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Semua Ingin Serba Cepat

DENPASAR-Dahlan Iskan, pemilik Jawa Pos (Jawa Pos Grup) menyebut, saat ini ada sekitar 130 juta rakyat Indonesia, yang berada di strata menengah. Meski masih ada sekitar 36 juta penduduk, masih sangat miskin.

Bagi kalangan menengah, atau dia menyebut, tidak lagi miskin, semuanya ingin serba cepat, memiliki perilaku independen dan vokal, serta tidak mau lagi diajak menderita.

Fakta-fakta itu, harus ditangkap oleh kalangan media dengan bijak. Selain media tetap harus memiliki agenda setting yang kuat, di bidangnya. Baik elektronik, maupun cetak. ‘’Artinya, sering kali kalangan menengah, yang semuanya serba ingin cepat, tidak sejalan dengan birokrasi kita, yang cenderung lambat. Atau saat mereka berbicara vokal tentang sesuatu, itu semua untuk menunjukkan independensi mereka. semua itu harus bisa ditangkap oleh media,’’ katanya saat menjadi pembicara dalam Pertemuan Puncak Pemimpin Redaksi, di Bali Nusa Dua Convention Center, kemarin.

Sayangnya, sering kali media tidak melihat kondisi tersebut. Apalagi, banyak pemilik media, memanfaatkan media yang dimiliki, untuk kepentingan pribadi, dengan sering tampilnya di media miliknya.

‘’Terutama televisi. Saya tidak setuju, pemilik media sering tampil di televisi. Tapi kalau dia tampil di media cetak, tidak ada masalah. Karena televisi media penyiaran publik. Sedang di koran, orang bisa saja tidak mau beli,’’ sebut Menteri BUMN ini.

Dia lantas mencontohkan, saat masih aktif di Jawa Pos, Dahlan Iskan tidak pernah mau tampil di JTV (televisi milik Jawa Pos). Baru setelah dia memutuskan mundur dari seluruh aktivitas Jawa Pos, Dahlan mau muncul di JTV. ‘’Itu pun karena aktivitas saya sebagai Dirut PLN atau menteri,’’ paparnya.

Menyinggung soal peran media, dia menegaskan agar insan media tidak hanya pada tataran pintar mengeritik, melainkan mampu membuktikannya dengan melakukannya sendiri. Diakuinya, upaya pembuktian itu dia lakukan antara lain dengan bersedia menjadi ketua persebaya dan direktur utama perusahaan daerah Jatim.

“Bersedia menjadi dirut PLN dan menteri BUMN itu adalah upaya saya membuktikan bahwa wartawan tidak hanya mampu mengeritik, tetapi juga dapat membuktikannya. Itu yang ingin saya lakukan,” tegasnya. (*)

DENPASAR-Dahlan Iskan, pemilik Jawa Pos (Jawa Pos Grup) menyebut, saat ini ada sekitar 130 juta rakyat Indonesia, yang berada di strata menengah. Meski masih ada sekitar 36 juta penduduk, masih sangat miskin.

Bagi kalangan menengah, atau dia menyebut, tidak lagi miskin, semuanya ingin serba cepat, memiliki perilaku independen dan vokal, serta tidak mau lagi diajak menderita.

Fakta-fakta itu, harus ditangkap oleh kalangan media dengan bijak. Selain media tetap harus memiliki agenda setting yang kuat, di bidangnya. Baik elektronik, maupun cetak. ‘’Artinya, sering kali kalangan menengah, yang semuanya serba ingin cepat, tidak sejalan dengan birokrasi kita, yang cenderung lambat. Atau saat mereka berbicara vokal tentang sesuatu, itu semua untuk menunjukkan independensi mereka. semua itu harus bisa ditangkap oleh media,’’ katanya saat menjadi pembicara dalam Pertemuan Puncak Pemimpin Redaksi, di Bali Nusa Dua Convention Center, kemarin.

Sayangnya, sering kali media tidak melihat kondisi tersebut. Apalagi, banyak pemilik media, memanfaatkan media yang dimiliki, untuk kepentingan pribadi, dengan sering tampilnya di media miliknya.

‘’Terutama televisi. Saya tidak setuju, pemilik media sering tampil di televisi. Tapi kalau dia tampil di media cetak, tidak ada masalah. Karena televisi media penyiaran publik. Sedang di koran, orang bisa saja tidak mau beli,’’ sebut Menteri BUMN ini.

Dia lantas mencontohkan, saat masih aktif di Jawa Pos, Dahlan Iskan tidak pernah mau tampil di JTV (televisi milik Jawa Pos). Baru setelah dia memutuskan mundur dari seluruh aktivitas Jawa Pos, Dahlan mau muncul di JTV. ‘’Itu pun karena aktivitas saya sebagai Dirut PLN atau menteri,’’ paparnya.

Menyinggung soal peran media, dia menegaskan agar insan media tidak hanya pada tataran pintar mengeritik, melainkan mampu membuktikannya dengan melakukannya sendiri. Diakuinya, upaya pembuktian itu dia lakukan antara lain dengan bersedia menjadi ketua persebaya dan direktur utama perusahaan daerah Jatim.

“Bersedia menjadi dirut PLN dan menteri BUMN itu adalah upaya saya membuktikan bahwa wartawan tidak hanya mampu mengeritik, tetapi juga dapat membuktikannya. Itu yang ingin saya lakukan,” tegasnya. (*)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/